Chapter 01 ㅡ Night

470 97 7
                                    

Jiung baru saja memasuki kamar asrama, yang dimana seorang teman yang lebih muda dengan surai hitam menyapanya.

"Hai hyung, bagaimana kelasmu?" Tanya Intak, yang notabenenya teman sekamar Jiung.

Jiung menghela nafas, ia hanya mengendikkan bahu lalu duduk di kursi makan. "Seperti biasa," jawabnya pendek.

Kamar asrama mereka berukuran sedang, dapur yang langsung berhadapan dengan ranjang tidur, kamar mandi di dalam, meja dan kursi, dan semuanya bercat putih. Tidak ada yang spesial.

"Seminggu ini aku mendapatkan mimpi aneh." Ucap Jiung sembari menuangkan air pada gelas di tangan.

"Hm, mimpi aneh seperti apa?" Intak menoleh pada Jiung, ia nampak tertarik.

Jiung meminum air di gelasnya, lalu meletakannya kembali di meja makan. "Yah seperti yang ku bilang, gedung utama asrama terbakar, suara sirene ada dimana-mana, dan kita melarikan diri." Sejujurnya Jiung sudah pernah bercerita ini, namun Intak tak memerhatikannya tempo hari.

"Ah hyung, bagaimana kalau itu benar-benar terjadi." Ceplos Intak yang kemudian disambar tatapan tajam dari Jiung.

"Tidak, tidak. Aku tidak bisa berfikir apa yang akan kita lakukan kalau benar-benar terjadi hal itu." Jiung memijat dahinya, "tapi itu benar-benar terasa nyata..." gumamnya kemudian.

"Haha, kalau begitu hidupmu akan jadi live action yang seru hyung." Candaan Intak benar-benar tidak bisa Jiung kontrol.

Pemuda itu memilih untuk segera mandi karena badannya sudah lengket-lengket. Ya, tugas menjadi kepala penanggungjawab perpustakaan rupanya susah juga ia jalani.

"Hei, Hwangㅡ masakkan aku sebuah ramyun." Perintah Jiung langsung diangguki Intak, tanpa basi-basi pemuda itu segera meraih panci dan merebus air.

"Mengada-ada saja Jiung Hyung ini..."

Akhirnya Jiung menyelesaikan tugas harian terakhirnya. Ia meregangkan otot-otot lengan, tugasnya sudah usai dan ia akan bebas tugas selama tiga hari kedepan. Begitu pikirnya.

Ia melirik kearah ranjang tidur, dimana Intak sudah tertidur lelap dengan buku komik menutupi wajahnya.

Jiung mematikan lampu belajarnya, kemudian bergegas merebahkan diri di ranjang. Tak lupa mengambil buku Intak dari si empunya daripada tertetes liur.

"Haaah~ hari yang cukup melelahkan." Jiung menatap langit-langit kamar asramanya. Cukup tenang dan menyenangkan. Bulan bersinar terang diluar jendela kamarnya, dan cahayanya sedikit masuk ke kamar asramanya.

"Baiklah, Choi Jiung... selamat tidur," ia menggumam pada dirinya sendiri. "Selamat tidur juga, Hwang." bisiknya kemudian dan terlelap.

...

DUAAAAARRR!!!!

scared, p1harmony. [✓]Where stories live. Discover now