Chapter 10 ㅡ Police Departure

150 48 2
                                    

Aksi tembak-menembak itu telah usai, tetapi tidak dengan hujan derasnya.

Usai menghubungi pihak kepolisian pusat, mereka segera mengerahkan beberapa tim tambahan untuk mengawasi mobil-mobil evakuasi di perjalanan.

Kepala departemen kepolisian itu berterimakasih kepada Soul, dan sebagai hadiahnya ia dibebaskan dari undang-undang yang berlaku.

Kini Soul duduk di kursi penumpangnya semula, di paling belakang dengan Jongseob disampingnya yang diam saja.

"Hei, kau bisa bernafas lega sekarang. Monster itu sudah mati." Soul menepuk bahu Jongseob.

Pemuda Kim itu mengangguk, lalu mengambil nafas panjang.

Perjalan memakan waktu duapuluh menit. Dan akhirnya mereka sampai pada gedung departemen kepolisian pusat.

Para murid yang selamat segera digiring masuk, termasuk Jiung, Intak, Keeho, Theo, dan Jongseob. Sementara Soul dipanggil anggota kepolisian lain untuk bertemu kepala polisi.

Jiung menunduk lega, sedari tadi jantungnya berdegup kencang kini berangsur-angsur normal.

Mereka dikumpulkan pada hall departemen itu. Wakil kepolisian pusat segera memberikan perlengkapan tidur seadanya. Yah, karena siapa yang menyangka mereka akan datang disini bukan?

Theo menerima selimut, bantal, juga matras kecil untuk digelar dan tidur bersama dua orang lainnya.  Maka ia memilih Keeho dan Jongseob.

Waktu terus berlalu, walaupun tampak sulit namun beberapa murid memaksakan untuk tetap terlelap. Mereka tidak tahu apa yang terjadi esok bukan?

Termasuk Jiung, ia masih menatap langit-langit hall walaupun lampu hall ini sudah dimatikan. Sungguh sulit untuk tertidur baginya. Padahal Intak yang disebelahnya sudah terlelap, mungkin dia kelelahan.

Kriett...

Suara pintu hall terbuka pelan. Jantung Jiung berdegup kencang lagi, apakah itu monster yang datang? Atau zombie tiba-tiba menerobos masuk?.

Jiung memejamkan mata, ia harus cepat tidur. Suara langkah kaki itu kian mendekatinya.

Drap, drap, drap...

'Oh tidak!'

"Kau belum tidur, hyung?" Suara itu mengagetkannya. Jiung dengan cepat membuka matanya.

Soul ada di hadapannya, menatapnya setengah membungkuk.

"E-eh? Ya..." Jiung menggaruk rambutnya.

Soul berhenti memandangi Jiung, ia duduk di matras kosong yang berada di samping Jiung. "Mau susu hangat untuk menenangkan pikiran?" Pemuda Jepang itu menyerahkan segelas cangkir kertas.

Jiung merubah posisinya menjadi duduk sila, ia menerima cangkir susu hangat itu. "Terimakasih," Soul mengangguk.

Sesaat kemudian senyap, mereka berdua tidak melontarkan pertanyaan apa-apa.

Dari yang Jiung amati, seragam Soul sudah berganti dengan kemeja putih biasa dan celana training, mungkin diberi oleh anggota kepolisian disini.

"Kau masih takut, hyung?" Jiung menatap Soul terkejut, lalu mengangguk patah-patah.

"Ya... sejujurnya aku tak mengerti dengan apa yang ku lakukan tadi." Soul terkekeh pelan.

"Hanya saja... ini terlihat familiar sekali." Jiung terdiam mencerna kalimat Soul, tetapi Pemuda Jepang itu sudah terlebih dahulu merebahkan diri pada matras dan menggunakan selimutnya.

"Aku tidur duluan, hyung. Selamat malam." Pamit Soul.

"Ah... iya." Menyisakan Jiung yang kalut dengan pikirannya dan setengah susu di cangkir kertas.

scared, p1harmony. [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang