40- Sang Penyembuh

186 23 6
                                    

"Kini sang Bintang sudah kembali."

Di malam yang sunyi dengan angin yang berhembus, Bulan mulai menulis sastra. Gadis itu memilih membuat sajak yang diyakini lebih mudah.

Duduk di pekarangan rumah yang berhadapan dengan rumah Bintang, Bulan dapat merasakan kenangannya dengan Bintang.

Gadis ini kadang-kadang merindukan lelaki itu.

Aku melihat Bintang malam ini
Banyak segala rupa dan jenisnya
Tapi apakah kau tau?
Aku hanya menyukaimu saja

Wahai sang langit
Izinkan aku seorang wanita biasa
Mencintai orang yang setulus Bintang
Yang menemani sang Bulan dengan setia

Kau mungkin ada di ribuan Bintang lainnya
Tapi kau hanya satu dihatiku
Kau selalu menjadi pusat perhatian semua orang
Tapi kau selalu mempusatkan dirimu padaku

Diantara Bintang yang paling terang
Hanya kaulah yang mampu menerangi kekosongan ku
Bulan memang diutus untuk menemani sang Bintang
Tapi aku ingin kau menjadi Bulan ku satu-satunya

Bibir Bulan melengkung sebuah senyuman. Sajaknya ini tentang Bulan dan Bintang yang saling berkaitan. Sajaknya juga tentang kerinduannya pada Bintang.

Mata lentiknya kini melihat ke arah langit. Disana terdapat Bulan purnama dan hanya ada satu bintang disisinya. Sangat jarang hanya ada satu bintang disana.

Matanya kini terpejam, merasakan hawa dingin malam ini.

"Kenapa ngelupain kamu sesulit itu." lirih Bulan pedih. "Aku ngga bahagia sama Arta, Bintang. Tolong kembali."

*****

Pagi ini pagi yang dinanti-nanti karena ada perlombaan basket antar kampus.

Arta sebagai ketua basket sedang mengatur timnya. Lelaki itu tampak sangat tampan pagi ini. Memakai baju basket warna biru dengan nomer punggung 01.

Banyak yang melihat perlombaan itu, tak terkecuali Bulan. Ia datang hanya untuk memberi support pada Arta, selebihnya ia tak minat melihat perlombaan itu.

Bulan juga berdandan cantik dengan baju basket nya. Ia memakai bando bola basket untuk menambah kesan.

Tim Arta kini sudah di tengah lapangan. Mata Arta tertuju pada Bulan yang tengah melambaikan tangan padanya.

"Arta semangat yaaaa." kira-kira itulah suara yang dapat Arta tangkap. Bibirnya tersenyum sesaat Bulan mengucapkan hal tersebut.

Ternyata gadis itu masih ingat padanya.

"Kak Arta semangat ya. Aku sayang kakak." Ara yang entah muncul darimana mencium pipi Arta seketika. Membuat para penonton disana berteriak histeris.

"Eh parah bener si Ara, disini ada pacarnya lho berani banget cium pacar orang sembarangan." Novi yang disamping Bulan berteriak histeris. Gadis itu menatap Bulan kasihan

Bulan melihat adegan itu langsung. Bibirnya diam tak mengucapkan apa-apa. Matanya memanas, hatinya merasa pedih.
Tapi ia berusaha sebisa mungkin untuk tidak menangis. Kali ini ia harus menyemangti Arta.

"Semangat Artaaaa." sahut Bulan kencang. "Semangat kamu harus semangat."

Arta memejamkan matanya. Diseluruh teriakan ia hanya mendengar teriakan Bulan. Gadis itu bahkan terus menyemangatinya.

THE LIGHT LOVES [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon