25. Reveal

44 13 56
                                    

Haiii, sebelum kalian baca ceritanya, aku mau promosi akun Instagram-ku, @agnimaniks. Di sana, aku posting hal-hal tentang cerita yang aku tulis juga tentang kepenulisan.

Yuk, boleh banget di-follow, @agnimaniks untuk sneak peak cerita :D

Udah, deh. Itu aja. Selamat membaca :D

***

Ini sudah hampir tiga jam sejak Tretan bilang mau ke toilet. Namun, sampai sekarang lelaki itu belum juga kembali. Mark mulai curiga kalau asistennya itu kembali menjelajah waktu.

Sedetik kemudian, suara bel pintu ruangan laboratoriumnya yang berbunyi nyaring berhasil mengagetkan lelaki itu. Dalam perjalanannya menuju pintu, pikiran Mark berdebat tentang apa yang harus ia lakukan pada Tretan setelah ini. Apakah ia mesti berpura-pura tidak mengetahui rahasia lelaki itu, atau menanyakan yang sejujurnya. Lama dia melamuni tombol di pintu sebelum memutuskan untuk menekannya, membuat penghalang antara dirinya dan sosok di seberang pintu menjadi bergeser.

"Kau lama seka-" Mark tidak jadi menyelesaikan ucapannya ketika menyadari bahwa orang di balik pintu bukanlah orang yang ia harapkan. Mark segera membungkuk sedikit untuk memberi salam. "Selamat siang, Sir Revano," ucapnya.

Lelaki di depan Mark yang wajahnya dipenuhi bulu halus itu tersenyum seadanya. Segera ia melenggang masuk ke laboratorium Mark meski tak ditawari. "Jadi, bagaimana?" tanya Sir Revano sembari pintu menutup di belakangnya.

"Maaf, Sir. Aku belum berhasil menyelesaikan Tesla."

Sir Revano berjalan menuju kerangka Tesla yang terbaring di atas meja. "Masih sampai di sini? Lama sekali." Dia melirik Mark yang menggenggam kedua tangannya. "Katakan padaku apa yang kau butuhkan untuk menyelesaikan robot ini dengan cepat. Kau butuh asisten?"

Mark menggeleng. "Bukan itu, Sir. Aku sudah mendapatkan seorang asisten, tapi ... andai saja blueprint dari robot terdahulu bisa aku dapatkan."

"Tidak bisa," tolak Sir Revano, tegas hingga tak mampu dibantah oleh Mark. "Itu adalah blueprint robot yang gagal. Kau tidak bisa menggunakan itu."

"Tentu, tapi kurasa aku bisa memperbaiki-"

"Tidak ada yang perlu diperbaiki. Buat yang baru." Sir Revano mendekatkan wajahnya, lalu berbisik, "Bukankah kau ingin membuktikan kalau kau lebih hebat dari Keyko?" Ia diam sejenak, memberi waktu untuk kata-katanya itu menyusup ke otak Mark. "Aku yakin, Keyko mampu membuat yang lebih baik daripada ini." Ia lalu beranjak keluar, membiarkan kata-katanya bekerja merasuki jiwa Mark.

Sambil memandangi kerangka Tesla, kembali asumsi berkecamuk dalam pikirannya. Ucapan Sir Revano berhasil mengacaukan emosinya. Meski sudah bertahun-tahun terpisah dengan sang sahabat, tetap saja Mark terus bersaing dengan sahabatnya itu. Ia yakin, saat ini pun Keyko tidak sedang bersantai menikmati hidup, tapi mengasah diri agar jadi lebih baik. Lama ia merenungi nasib sahabat sekaligus saingannya itu. Tidak terpikir apa yang telah dilakukan sang sahabat sejak terakhir kali mereka bertemu, sepuluh tahun lalu.

Muncul lagi pemikiran, jika sang sahabat mungkin telah menyerah dan tidak lagi menggeluti dunia ilmu pengetahuan. Kalau memang Keyko masih bergelut di bidang ilmu pengetahuan seperti waktu mereka berpisah dulu, maka mungkin dirinya pasti sudah muncul dengan penemuan-penemuan baru. Sudah pasti, Keyko akan menggemparkan dunia. Namun, sampai saat ini, tanda-tanda keberadaan lelaki itu tak pernah terendus oleh Mark. Jika bukan karena Stella, ia pasti berpikir kalau Keyko telah tiada. Hanya wanita itu yang tau keberadaan Keyko yang telah dirahasiakan selama bertahun-tahun. Namun, sudah sejak dua hari yang lalu Stella tidak terlihat batang hidungnya di kantin Oasis. Wanita yang merupakan juru masak itu hilang kabarnya.

The Light-workerWhere stories live. Discover now