(22) Pria Sangar

750 127 14
                                    

Selfya, gadis itu tidak ada hentinya membenarkan jilbab yang ia pakai. Pita-pita yang menempel itu membuat dirinya tidak nyaman. Sedangkan Mahasiswa lain tidak ada hentinya memuja pria sangar tadi. Pria sangar itu berdiri tegap di depan sambil memegang mic.
Semua gadis menahan napas.
Marsha di buat gagal fokus melihat seseorang di samping pria itu sebagai panitia ospek. Dirinya berusaha menahan teriakan nya melihat sosok Ali. Ali yang menyadari Marsha memerhatikannya pun nampak acuh.

"Selamat pagi semuanya, perkenalkan nama saya Reza. Saya selaku ketua panitia ospek ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada adik-adik semua, karena sudah memenuhi kewajiban yang telah di tetapkan,"
Pria sangar yang bernama Reza itu tetap memasang ekspresi datarnya. Wajah yang terlihat sangat berwibawa itu membuat para gadis disana menahan jeritan, kecuali Selfya. Dirinya masih saja sibuk membenarkan jilbabnya, tanpa menyadari jika Reza sedang menatapnya tanpa kedip.

"Jadi kita akan mengadakan games seru-seruan. Saya ingin memanggil salah satu dari kalian untuk maju kedepan," Reza tersenyum tipis. Mahasiswi yang menyadari senyuman itu pun spontan menjerit. Sampai akhirnya Reza kembali menormalkan ekspresinya menjadi datar. Ia berdehem keras.
Keadaan menjadi hening.

"Kamu, silahkan maju kedepan," Reza menunjuk Selfya. Selfya mematung. Apakah dirinya tidak salah dengar?

Marsha menyenggol, "Maju, Fya." Marsha setengah berbisik.
Rani mengedarkan pandangannya, ia menangkap sosok pria yang berada tak jauh darinya sedang menatapnya sembari tersenyum. Jantungnya berdetak kencang.

Miqdad, pria itu semakin melebarkan senyumannya melihat Rani yang kini menatapnya.
Namun selang beberapa detik, Rani justru membuang pandangannya. Ia berusaha menormalkan detak jantungnya.
Miqdad menghela napas berat, lalu menatap Ali yang berada di sampingnya. Ia menyenggol lengan Ali pelan, "Ternyata calon istri ane nambah cantik ya, Li."

Ali tidak menjawab. Ia diam-diam memperhatikan Marsha yang sedang memaksa Selfya untuk maju ke depan. Ali tersenyum tipis melihat tingkah Marsha.

"Kenapa masih diam disana? Silahkan maju." Reza kembali bersuara.

Selfya dengan terpaksa pun maju kedepan. Terdengar suara tepuk tangan. Namun tak sedikit juga yang menatap Selfya iri, apalagi ketika melihat Reza yang tak bisa melepaskan pandangannya dari Selfya.

"Kenapa sih harus aku yang maju?" Tanya Selfya pelan, ia menoleh sebentar ke arah Reza. Suaranya kecil, tapi Reza bisa mendengarnya.

Alis Reza terangkat, ia memandang Selfya santai di sertai senyum tipis. "Karna saya pingin,"
Selfya terkejut, ternyata pria di sampingnya ini mendengar ucapannya.

"Sekarang perkenalkan nama kamu," Pinta Reza

"Perkenalkan nama aku Selfya Humaira, anak pertama dari 2 bersaudara. Hobi aku bernyanyi. Aku mempunyai 2 sahabat bernama Marsha dan Rani, mereka sa--"Ucapan Selfya terhenti ketika Reza mengisyaratkannya untuk berhenti.

"Stop. Saya meminta kamu memperkenalkan diri saja, bukan kawan-kawanmu," Reza memandang Selfya gemas. Rani dan Marsha kompak menepuk jidatnya melihat tingkah Selfya.
Selfya tertunduk malu, ia memilin jilbabnya gugup. "Maaf," Ia menunduk dalam.

"Saya ingin kamu bernyanyi salah satu lagu favorit kamu,"

"Hah?"
Selfya menatap Reza. Ia membeo.

"Saya ingin kamu bernyanyi salah satu lagu Favorit kamu," Ucapnya sekali lagi. Miqdad memberikan salah satu mic kepada Selfya.

Selfya memegang erat mic yang berada di tangannya.
Menyanyi adalah memang hobinya. Tapi dirinya tampak malu menujukkan bakat suaranya. Kedua sahabat nya tau jika Selfya mempunyai suara yang indah. Hanya mereka berdua yang tau.

Cinta Di Pesantren (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang