(27) Tembus

395 33 21
                                    

"Fya, kamu di jemput gak? Atau mau bareng aku aja?" Ajak Marsha, sambil menepuk jok motornya.

Selfya menggeleng, "Gak usah sha, aku di jemput papa kok." Tolak Selfya halus.
Jam kuliah telah usai, ia menunggu papah nya menjemputnya di depan gerbang kampus. Rani sudah pulang duluan, karena katanya ada urusan penting.

"Beneran nih?" Tanya Marsha memastikan

Selfya mengangguk, "Iya bentr lagi papa Dateng. Kamu duluan aja."

"Yaudah deh aku duluan. Assalamualaikum." Marsha lalu menancap gas motornya, meninggalkan Selfya.

"Waalaikumussalam."

Selfya menatap sekeliling. Sekarang pukul 5 sore. Area kampus sudah mulai sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa yang masih disana.

Ting
Suara pesan masuk. Selfya segera memeriksa ponselnya.

Papa🤍

Sayang, maaf papa ada meeting, jadi gak bisa jemput kamu. Kamu pesen taksi online aja ya..

Me:
Iya pa, gak papa

Baru saja ia ingin memesan taksi online, Selfya di kejutkan oleh Suara klakson mobil. Selfya menatap heran oleh sebuah mobil asing berhenti di depannya.

Selfya bisa melihat pemilik mobil itu.

"Belum pulang?" Tanya Reza basa basi.

"Kalau udah pulang, Fya udah ada di rumah," ketus Selfya.

Reza terkekeh melihat wajah jengkel Selfya

"Naik ke mobil saya, saya anter kamu pulang," ucap Reza

"Gak usah, makasih." Selfya mencoba mencari kesibukan dengan memainkan ponselnya. Ia melirik Reza yang masih memperhatikannya tanpa kedip.

Selfya melangkahkan kakinya cepat, tanpa mempedulikan mobil Reza yang terus mengikutinya.

"Cepat Fya, saya anter pulang. Kamu gak liat noh langit udah mendung?" Teriak Reza memandang langit yang mulai gelap, beserta suara gemuruh yang mulai terdengar.
Tanpa mempedulikan ucapan Reza, Selfya terus mempercepat langkahnya.

Namun tiba-tiba Selfya mendudukkan dirinya di samping jalan, membuat Reza mengernyit heran. Reza pun keluar dari mobilnya, menghampiri Selfya yang terisak.
Reza semakin di buat heran. Dia berjongkok dan memegang bahu Selfya membuat sang empu menatap dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Kenapa menangis?" Reza mengusap bahu Selfya pelan. Selfya tidak menepisnya, ia memegang perutnya yang semakin nyeri.

"Sa-sakitt, hiks," ucap Selfya lirih.

"Astaghfirullah, ayo saya anter kerumah sakit," kata Reza namun Selfya menggeleng.

"Gak usah kak,"ucap Selfya pelan.

Reza mengusap wajahnya gusar, merasa jengkel kepada Selfya yang selalu menolak pertolongannya. Tangisan Selfya terdengar memilukan namun ia bingung harus buat apa.

"Kakak jangan diem aja, ini tuh sakit tau!"Selfya meringis, sambil mencengkram perutnya.

Reza mengacak rambutnya frustasi. Ia menghela napasnya mencoba untuk tetap sabar. Reza menatap perut Selfya. "Mau saya pijitin?"

Selfya langsung melotot, refleks ia mencubit pinggang Reza kencang membuat Reza berteriak sakit.

"Shhh lagi sakit juga tenaganya masih gede,"ucap Reza pelan. Reza mengusap pinggang yang habis kena cubitan maut Selfya.

Cinta Di Pesantren (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang