(15) Melamar?

1K 157 29
                                    

Ada beberapa part yang ke acak
Biar ga pusing, tolong perhatikan no urut di judul partnya yaaa:*

~happy reading~

Jadi, ini part yang di tunggu-tunggu gess😂

" Sebentar lagi aku akan lulus dari pondok Pesantren ini, dan aku akan melakukan ujian tes beberapa hari lagi, aku minta doanya ya sama kamu." kata Fadil lembut.

"Ya, aku pasti akan mendoakan kakak." jawab Selfya pelan.

"Apa aku boleh menatap matamu sebentar?" pinta Fadil
Ia sangat ingin melihat mata indah Selfya yang selalu menyejukkan hati nya. Selfya langsung menggeleng cepat. Ini sungguh lancang.

"Kenapa?" nanar Fadil
Ada nada sedikit kecewa didalamnya.
Namun dirinya memaklumi kalau dirinya sudah cukup lancang.

"Aku minta sama Kak Fadil buat jauhi aku, mulai sekarang." ucap Selfya tegas namun nadanya sedikit bergetar, karena ia sedang menahan tangisnya.
Padangannya kian menunduk, jarinya terus meremas khimar yang ia pakai.

Fadil terkejut, "Kenapa kamu tiba-tiba bilang seperti itu? Apa Kakak punya salah?" tentu saja Fadil tidak sanggup menuruti perintah Selfya. Ia sudah terlanjur mencintai Selfya, sulit baginya untuk melepaskannya begitu saja.

Air mata Selfya turun perlahan lalu ia menatap Fadil sebentar, "Aku mohon sama Kak Fadil ... tolong jauhi aku, aku ga mau kita terus-menerus terjerumus dalam dosa, Kak." Selfya berucap lirih.

Fadil menggeleng pelan, "Aku ga bisa." lirih Fadil

"Ke-kenapa? Kenapa ga bisa? Aku bukan muhrim Kakak hiks. " Selfya menangis dihadapan Fadil. Marsha dan Rani hanya menyaksikan mereka, sesekali mengusap punggung Selfya pelan untung menenangkannya.

"AKU MENCINTAIMU FYA, AKU TIDAK SANGGUP MENJAUH DARIMU WALAU SEBENTAR SAJA!!!" Fadil berteriak.

"Lebih baik Kakak buang perasaan Kakak itu!" perkataan Selfya sukses menusuk hati Fadil.

"Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi?" tanya Fadil dengan nada yang sedikit bergetar. Hatinya berteriak sakit.

"Aku benci kenapa perasaan ini tumbuh Kak." jawab Selfya pelan namun bisa di dengar oleh Fadil.

"Kenapa perasaan ini hadir tanpa adanya ikatan halal, aku ga mau seperti ini." kata Selfya lalu mengusap air matanya kasar.

"Apakah jatuh cinta itu salah Fya?" Lirih Fadil

"Allah yang menanamkan rasa ini Fya. Aku gak bisa menolak nya! Aku telah jatuh cinta padamu, jadi tolong jangan memaksaku untuk melupakan mu, demi Allah aku tidak akan sanggup!" Fadil sedikit berteriak. Perlahan satu tetes air mata Fadil mendarat di kedua pipinya. Fadil menatap Selfya dengan sorot mata penuh luka.

Selfya terdiam, bibirnya terasa kelu. Ia pun semakin terisak. Ya Allah, kenapa rasanya sungguh menyakitkan ketika kita memaksa melupakan seseorang yang bahkan belum kita miliki. Tangisan Selfya sungguh menyayat hati Fadil. Ingin rasanya ia memeluk Selfya detik ini juga, namun ia masih sadar jika perbuatan itu tidak boleh ia lakukan.

Selfya menatap mata Fadil sebentar,  "Kakak harus fokus belajar, agar dapat lulus dari ujian tes dan kakak akan mewujudkan cita-cita kakak." sebenarnya ia tidak sanggup mengatakan hal itu, sangat berat baginya, Namun ia tidak mau egois.

Cinta Di Pesantren (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang