39- Ok Not To Be Ok

41 6 0
                                    

"H-Halo?" Suara serak keluar dari mulut gadis bernama Scarlett, ia mendongak dan terkejut bahwa dia tidur bukan di tempatnya.

Melainkan di lantai.

"Anak Mam!! Sorry telfonnya tengah malam, habisnya Mam rindu tiba-tiba sama kamu."

Gadis itu mendirikan punggungnya dulu lalu bangkit duduk di atas kasurnya. Ia mengucek-ngucek mata dan melihat ke arah jam dinding.

Masih setengah tiga pagi.

"Mam gak bisa tidur, nih. Apa ada sesuatu yang terjadi?"

Scarlett tetap diam mendengarkan kalimat Violet, kemudian ia kembali berkata, "Gak ada apa-apa, kok, mam."

"Memori Scarlett udah mulai banyak yang berdatangan," sambung gadis itu membuat panggilan di sebrang sana tak ada respon.

"Mam... Mam gak mau membantu Scarlett ngasih informasi sama sekali, kah?" lirih gadis itu dengan wajah sendu.

"Scarlett butuh banget. Biar semua ini selesai secepatnya."

Setelah mendengar kehebohan di sekolah tentang hubungan dia dengan Hazel, dia tidak terlalu merasa gimana-gimana. Cuman, dia heran bagaimana bisa semua orang mengetahui hal tersebut?

Pertanyaannya adalah apakah selama ini hubungannya ditutup secara rapat? Kenapa?

Apakah berarti tandanya Kristal sebagai teman dekat Scarlett pun tidak tahu apa-apa?

Violet yang disana sembari menatap sebuah laptop menggepalkan tangannya.

"Kamu mau tahu kesalahan apa mamah selama ini? Yaitu ketika mam main percaya aja kalau kamu bakal baik-baik aja kalau ditinggalin selama satu tahun. Kebetulan saat itu mamah dan papah ada kerjaan di luar... Yang buat mamah percaya sama kamu adalah karena kamu tipe anak yang bertanggung jawab."

"Sekarang... Mam mengulangi hal yang sama lagi, kan? Pasti aneh banget buat kamu setelah mendengar alasan mamah barusan."

"Tapi percaya aja sama mamah dan papah. Mamah harus bertanggung jawab dan melakukan sesuatu."

"G-Gimana caranya Mam tahu kalau Scarlett sekarang baik-baik aja?" tanya Scarlett memastikan apa yang dikatakan ibunya.

"Hahaha, kamu barusan gak percaya sama Mam, ya?" balas Violet dengan kekehan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa memang sebenarnya Scarlett merasa demikian. Bayangkan saja bagaimana Violet bisa tahu sedangkan wanita itu saja tidak berada di sisinya sekarang?

Malahan wanita asing yang berada di rumahnya ini.

"Sampai detik ini mam gak tahu penyebab kamu bisa amnesia, Scar. Tante Iris saja gak tahu karena katanya dia sedang ada urusan saat itu. Jadi... Mam gak bisa banyak membantu."

"Satu-satunya cara kamu bertanya sama kakak tiri mam. Tante Iris."

Kalau dipikir-pikir bisa juga, terlebih lagi Scarlett yang tidak banyak meluangkan waktu bersama Tante Iris. Wanita itu lebih suka menyendiri di kamar dan memasak saja apa adanya.

Scarlett pun seperti merasa Tante Iris tidak tahu apa-apa, tetapi sepertinya dia harus melakukan sesuatu. Semacam paksaan pada pertanyaan?

"Kamu akan melihat sendiri nanti Scarlett. Ketika kamu sudah mengingat semua memori kamu, bilang sama mam detik itu juga. Bisa?"

"Okay, Mamah," jawab Scarlett sedikit menegas.

"Semalam Scarlett dapat memori lagi dan kebetulan pingsan di ruangan Dokter Allan. Untung aja ada mereka. Dan, ya--Scarlett masih harus cari tahu kebenarannya dengan bukti."

SCARLETT(A) [❗ON GOING❗]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt