bubur

4.8K 862 212
                                    

setelah telfonan sama san itu, seonghwa langsung cepet-cepet mandi. tadinya dia pengen me-time gitu, tapi ya gajadi. kasian sih, karena seonghwa udah pernah di ceritain sama hongjoong, kalo anak-anak itu lebih suka masakan rumah, daripada delivery. walaupun mereka juga sering delivery.

er, dalam waktu yang cukup singkat--dua bulan-- hongjoong emang udah cerita banyak soal anak-anaknya. seonghwa sih mikirnya selama ini hongjoong butuh temen buat curhat, jadi ayah sekaligus ibu itu seonghwa yakini susah. dan sebuah apresiasi buat hongjoong yang berhasil gedein anak tiga itu dengan baik, meskipun kelakuannya naudzubillah, tapi setidaknya mereka gak sampe ikut tawuran atau jadi anak yang definisi gak beradab.

seonghwa cukup takjub karena itu.

seonghwa bawa mobilnya sendiri, dia mau mampir ke bakery, beli strawberry shortcake buat anak-anak hongjoong. sekalian buat dia sih.

sampe di depan rumah hongjoong, seonghwa nemuin tiga bujang terdampar di sofa. yang aman yeosang sih, dia duduk di single sofa, sedangkan san sama mingi, mereka dempet-dempetan.

"hai, kak thalla," sapa yeosang. seonghwa ngangguk, langsung letakin box shortcake itu di meja.

"er, aku bawain ini buat ganjelan dulu. nanti aku masakin buat kalian, sama buat ayah kalian," kata seonghwa.

"makasih, kak. kak thalla mau masak sekarang?" tanya mingi.

"iya, biar kalian bisa cepet makan juga," kata seonghwa. mingi ngangguk, terus berdiri, "igi bantuin yak, kak."

seonghwa ngangguk, ketawa pelan, sedangkan yeosang ngedengus, "bantuin nggak, ngerecokin iya."

"berisik, jomblo."

"BANG-"

"ayah sakit, kak," omongan san sukses bikin yeosang nutup mulutnya lagi.

...

gak butuh waktu lama bagi seonghwa buat masak. sekarang di meja makan ada bubur sama teriyaki. mingi tadi cuma seonghwa suruh masak nasi doang. sisanya cuma nemenin seonghwa masak, sambil ngobrol.

"siapa yang mau nganterin ini ke ayah kalian?" tanya seonghwa sambil nunjuk nampan yang ditaro bubur sama air putih anget.

"kak thalla aja, deh. ayah kalo sakit, susah disuruh makan kalo bukan sama oma," kata yeosang, sambil nyuap.

"lah, sama kalian aja susah. apalagi sama aku?"

mingi ngegeleng, "pasti bisa. itung-itung latihan sebelum diresmiin sama ayah."

seonghwa naikin sebelah alisnya, "resmi apaan?"

"resmi jadi istri ayah."

"apaan-apaan mingi!!"

san ketawa pelan sebelum buka suara,  "ayah agak rewel sama manja kalo sakit, kak. kuat-kuat ya."

"ini beneran aku yang bawain?" tanya seonghwa. ketiga anak itu ngangguk, mereka lebih milih ngabisin masakannya seonghwa daripada ngasih makan ayahnya, agak durhaka tapi ya gimana. kan ada seonghwa.

mau gak mau seonghwa bawa nampan tadi ke kamar hongjoong. disana dia nemuin hongjoong tidur ngebelakangin pintu.

seonghwa letakin nampan itu di nakas, sebelah ranjang hongjoong.

"pak?"

entah gimana, hongjoong langsung kebangun. dia balik badan, dan agak shock soalnya seonghwa liat dia dalam keadaan astaghfirullah, bare face. walaupun dia yakin dia ganteng sih.

"eh? kok disini?" hongjoong langsung duduk, dan beuh, pusingnya makin berasa. hongjoong langsung merem, sambil pukul-pukul pelan kepalanya.

"jangan dipukul-pukul kayak gitu, pak. gak baik," kata seonghwa, sambil nyodorin mangkok buburnya.

hongjoong nerima itu, "makasih. kamu ditelfon anak-anak ya? maaf ya, ngerepotin," kata hongjoong.

"iya, ditelfon sama san. gak apa, pak. kebetulan lagi gak sibuk," kata seonghwa, nyiapin obat yang bakal hongjoong minum. pereda nyeri kepala sama demam, kata san tadi bapaknya ini demam.

gak butuh waktu lama, buburnya yang dimakan hongjoong udah abis, "buburnya beda. lebih enak dari biasanya, delivery dimana?"

"saya yang masak, pak. san yang minta buat dimasakin," jawab seonghwa.

"ya allah, maaf ya ngerepotin banget," hongjoong merasa gak enak. masalahnya, ini anaknya gak ada konfirmasi kerja sama apa-apa. jadi, pas tau itu masakannya seonghwa, kan jadi dagdigdugser. pengen cepet-cepet halalin.

"eh, gak apa-apa, pak-"

"hongjoong. kalo di luar pekerjaan, gak usah panggil pak, panggil nama aja," kata hongjoong, mutus omongannya seonghwa.

"eh? gak enak saya, pak. kan bapak juga lebih tua dari saya," kata seonghwa.

"panggil apa kek, yang penting bukan bapak. sayang juga boleh," kata hongjoong cengengesan.

"hah?"

"bercanda, terserah kamu. senyamannya kamu, yang penting bukan pak."

seonghwa merah banget mukanya. kurang ajar, ternyata walaupun sakit, hongjoong tetep bisa godain seonghwa.

"s-saya juga bingung mau panggil apa," kata seonghwa, jujur. iya, seonghwa betulan bingung. soalnya dia emang selalu pake panggilan formal ke hongjoong, gak pernah kepikiran mau panggil yang lain. meski kadang seonghwa kesemsem sama hongjoong.

"kamu tuh orang mana sih?"

"jogja, pak," jawab seonghwa. hongjoong langsung senyum.

"kalo gitu pas diluar kerjaan, kamu panggil saya mas aja. mas saka."

seonghwa diem. bingung. walaupun orang tuanya asli jogja, seonghwa ini dibesarin di jakarta. dan dia pun tunggal, gak ada yang bisa dia panggil mas.

rasanya agak malu buat manggil hongjoong dengan panggilan 'mas'. kok kedengerannya kayak istri manggil suami...

"tapi jangan panggil saya mas al. nanti saya dikira aldebaran, saya gak mau jadi suaminya mbak andin soalnya. tapi kalo jadi suaminya mas thalla, bisa didiskusikan lagi."

seonghwa gak banyak bicara, dia langsung keluar dari kamar hongjoong dengan muka merah, nahan teriak.

mulutnya emang diem, tapi batinnya gak berhenti bilang, "ya allah gusti nu agung, kenapa hati hamba rasanya terbuat dari bensin, gampang menguap."

halow! berasa sih agak cringe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

halow! berasa sih agak cringe. aneh banget, lagi gak pede sama ketikan sendiri. jadi kalo aneh maaf😭😭

how to deal with the boysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang