40

445 65 7
                                    

Selamat membaca!

"Enak?" tanya Seungwoo.

"Enak Om! Lebih enak dari ayam bakar di kantin," jawab Sunoo yang sedang melahap ayam bakar buatan Seungwoo. Seungwoo terkekeh mendengar jawabannya.

"Makasih banyak ya Om, udah bikin repot banget. Sampe dibolehin tidur di kamarnya," kata Heeseung.

"Gak masalah, keselamatan kalian lebih penting dari apapun. Kalau kalian kenapa-napa nanti Ryujin bisa marah besar," balas Seungwoo sambil tertawa pelan.

Ah, tiba-tiba Seungwoo jadi merindukan putri kesayangannya. Sudah lama ia tidak melakukan aktivitas layaknya seorang ayah, seperti masak untuk sarapan bersama, merapikan baju-baju mereka, dan banyak lagi.

"Oh iya, kalian sekolah kan hari ini? Mau diantar? Sekalian om mau berangkat kerja," tawar Seungwoo.

"Maunya sih sekolah Om, cuman ya gimana? Buku pelajaran, seragam, sepatu, semuanya ada di rumah," jawab Jake.

"Maaf kalau om gak sopan, tapi apa kalian mau cerita kenapa kalian pergi dari rumah?" Tanya Seungwoo. Betul juga, semalam Heeseung belum menjelaskan alasan mereka meminta untuk menginap di rumahnya.

"Ah iya, kalau begitu saya ceritakan ya Om," kata Heeseung.

"Bahasanya santai aja Heeseung, anggep aja om adalah papa kalian," kata Seungwoo kepada Heeseung dan yang lainnya.

"Beneran? Kalo gitu Sunoo boleh panggil pake 'papa' gitu Om?" tanya Sunoo, Sunghoon yang mendengar perkataan adiknya pun memukul lengannya pelan.

"Heh sembarangan, yakali Om Seungwoo mau dipanggil papa sama orang yang bukan anaknya," kata Sunghoon.

"Boleh, om mau kok dipanggil papa." Seungwoo sudah lama tidak dipanggil dengan panggilan itu, mungkin dengan kehadiran Heeseung dan adik-adiknya bisa membuat rasa rindunya kepada Ryujin berkurang.

"Oke kalo gitu Paa," kata Sunoo. Ia bahagia sekali, semasa hidupnya ia tidak tahu rasanya memiliki seorang ayah. Ternyata rasanya sebahagia ini ya? Padahal Seungwoo bukan benar-benar ayahnya, mereka juga baru pertama kali bertemu hari ini. Tapi entah kenapa rasanya sudah seperti dengan ayahnya sendiri.

"Kalian juga ya, gak usah malu-malu panggil papa aja, apa lagi Heeseung. Kamu kan pacar anak om," kata Seungwoo.

"Oke deh P-Pa," balas Heeseung terbata-bata, ia masih belum terbiasa berbicara dengan bahasa santai dengan Seungwoo. Seungwoo pun menatap hangat ketujuh anak ini.

"Ayo Heeseung, lanjutin ceritanya," pinta Seungwoo. Hampir saja Heeseung lupa, ia pun menceritakan kejadian yang ia dan keenam adiknya alami semalam. Sesuai yang ia duga, begitu dirinya selesai bercerita, Seungwoo memasang wajah kaget. Bahkan ia menghentikan kegiatan makannya sebentar.

"Kalian astaga ... kalian hebat sekali. Kalian beneran gapapa? Apa pernah terluka parah gara-gara bunda kalian? Bunda kalian siapa? Nanti kalau bisa papa bawa ini ke pihak kepolisian," kata Seungwoo. Ia tidak mau anak ini dihantui rasa takut kalau suatu hari bertemu dengan bundanya. Jadi lebih baik bundanya diberi hukuman sesegera mungkin.

"Gak usah Om—eh Pa maksudnya, kita gak mau nyari masalah lagi sama bunda. Pergi dari rumah udah paling bener," kata Jay.

"Tapi ... itu kejam banget loh, kalian masih maklumin?" tanya Seungwoo.

"Gak tau lah Pa, gak tega juga ngeliat bunda dibawa ke polisi gitu. Mending kita aja yang pergi gak usah ketemu bunda lagi," kata Jungwon. Seungwoo memijat pelipisnya, anak-anak ini terlalu baik. Padahal bundanya jelas-jelas berniat untuk membunuh mereka, tapi mereka masih punya rasa kasihan terhadap bundanya.

Kamu akan menyukai ini

          

"Ya sudah kalo gitu kalian hari ini istirahat aja, nanti pulang kerja kita belanja gimana?" tanya Seungwoo. Mata ketujuh anak tersebut berbinar, apakah Seungwoo manusia sungguhan? Atau malaikat pelindung yang Tuhan kirim untuk mereka?

"Boleh Pa?!" tanya Niki bersemangat.

"Tentu saja boleh, beli saja apa yang kalian butuhkan nanti," kata Seungwoo. Heeseung pun mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Seungwoo karena sudah menerimanya dan adik-adiknya di kediamannya. Bahkan sampai membelikannya keperluan seperti baju dan lain-lain.

"Oke! Makasih banyak ya Pa!" balas Niki.

Setelah selesai sarapan, mereka mencuci bekas makannya masing-masing lalu pergi mandi. Sedangkan Seungwoo pergi ke kantornya, jadi sekarang hanya ada mereka bertujuh di rumah. Asisten rumah tangga di rumah Seungwoo sementara tidak bekerja dulu karena sekarang Seungwoo tidak ada tugas ke luar kota. Jadi ia bisa mengurus rumah sendiri tanpa bantuan asisten rumah tangganya.

"Anjir Kak lo ngapain bawa itu?" tanya Jake saat ia melihat Heeseung yang sedang melipat baju miliknya saat ia berumur lima tahun.

"Eh ini tuh kenang-kenangan dari orang tua gue yang gak tau sekarang di mana. Gue mau simpen ini baik-baik," kata Heeseung sambil melipat kaus berwarna merah marun dan terdapat tulisan "namaku Lee Heeseung" di bagian dadanya.

Sedikit cerita tentang masa kecil Heeseung. Saat ia berumur 5 tahun, ia dan keluarganya pergi taman hiburan. Mereka mencoba banyak permainan di sana, Heeseung kecil sangat suka berlarian kesana kemari. Saat orang tuanya lengah, Heeseung berlari tanpa arah sehingga ia terpisah oleh orang tuanya. Tanpa ia sadari hari itu adalah hari terakhir ia bertemu dengan orang tuanya.

Waktu mulai sore dan Heeseung belum bertemu juga dengan orang tuanya. Untungnya ada seseorang baik hati yang membawa Heeseung pulang. Orang itu adalah pengasuh di panti asuhan Heeseung dulu, dan bertemulah ia dengan anak-anak panti asuhan lain yang keenam dari mereka sekarang adalah adik-adiknya.

Sampai sekarang belum diketahui dimana orang tua Heeseung berada, tapi tidak masalah. Sekarang ia sudah punya keluarga baru yaitu Seungwoo dan keenam adiknya.

"Semoga bisa ketemu lagi ya sama orang tua lo kak," kata Jake.

"Gak ketemu juga gapapa, gue udah bahagia juga tanpa mereka. Semoga mereka sehat-sehat terus dan bahagia itu udah cukup buat gue," balas Heeseung sambil memandangi kaus miliknya.

"Gue udah mandi, gantian tuh siapa yang mau. Buruan keburu diserobot sama bocil-bocil," kata Jay yang sedang mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.

Sunghoon yang tadinya sedang bersantai di kasur pun langsung berdiri lalu berjalan ke kamar mandi dengan langkah cepat. Ia berpapasan dengan Sunoo yang juga sedang berjalan ke arah kamar mandi.

"Gue duluan pokoknya," kata Sunghoon sambil mempercepat langkahnya. Sunoo tidak mau kalah, ia juga mempercepat langkahnya.

Tangan Sunoo meraih gagang pintu kamar mandi sedikit lebih lambat dibanding Sunghoon. "Gueeee! Gue udah nungguin kak Jay dari tadi terus lo nyelak gitu aja?! Nonono gak boleh," katanya yang masih memegang tangan Sunghoon yang sedang memegang gagang pintu.

"Yang nyampe duluan siapa?" tanya Sunghoon.

"Gue!" jawab Sunoo asal. Pokoknya ia mau mandi sekarang, ia tidak mau menunggu dua kali.

"Masa? Buktinya?"

"Lo ngalah sekali bisa gak sih astaga, gue emosi nih lama-lama," kata Sunoo lalu mengacak-acak rambutnya saking geramnya dia dengan kakaknya.

"Aw takut banget, yaudah lah sana," kata Sunghoon dengan wajah datarnya. Akhirnya Sunghoon mengalah, sebenarnya ia juga tidak ada niatan untuk mandi lebih dulu, ia hanya ingin melakukan rutinitasnya yaitu menjahili adiknya.

《《《 》》》

Hai haii sudah 40 chapter nih yang kalian baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai haii sudah 40 chapter nih yang kalian baca. Gimana? Makin seru gak nih? Apa malah bosenin? Semoga makin seru yaa xixi

ELYSIUM - EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang