4 | Claim

10.7K 1.6K 1.1K
                                    

Halo! Walaupun vote belum, tapi kalian berusaha di komen sini dan ig, jadi kupost. Btw ini tadinya dua part, kujadiin satu biar pada bisa komen banyak-banyak sampe target. 1K vote dan comment ya!

Bacanya abis buka puasa saja ya. :) Tag-tag aku part fav kalian dong di ig Anoona_Universe.





"Kau mau ke mana pagi-pagi seperti ini Jeongguk? Seingatku, kau tidak ada jadwal bisnis sama sekali," tukas Choi Jimin yang entah bagaimana sudah berada di penthouse milik Jeongguk.

Sebenarnya tempat tinggal pria itu kadang menjadi misteri, sebab lebih suka menginap dari satu tempat ke tempat lainnya. Hotel Jeongguk, rumah Taehyung, atau hotel-hotel lainnya. Kalau membicarakan tentang barang-barangnya khususnya pakaian, Jimin memiliki mall, uangnya berlimpah, dia bisa membeli kapan saja. Katanya, dia tidak suka menyimpan sesuatu terlalu lama sebab ketika pergi atau hilang, akan jadi menyakitikan. Dia tidak suka memiliki hubungan emosinonal dengan apa pun. Hidup cukup lama sudah membuatnya sakit karena harus melihat sekelilingnya pergi atau mati.

Jeongguk mengerti apa yang dirasakan Jimin, hanya saja dia memang tidak pernah mencoba untuk menjalin hubungan serus dengan siapa pun. Jaang juga keluar untuk bersosialisasi, itulah mengapa Jimin bertanya-tanya dengan acara pagi ini.

Hidup Jeongguk dihabiskan untuk menahan diri agar tidak mencelakai orang lain dan—menunggu.

"Ingin bertemu seseorang," jawab Jeongguk.

Lantas satu alis Jimin naik. Posisinya yang tadi berbaring di kasur harum semerbak menjadi bangkit. Duduk. "Wanita?"

"Ya."

"Seks?"

Jeongguk langsung menatap mata Jimin galak. Kekehan lolos di bibir Jimin. "Benar juga, mana ada seks pagi-pagi begini. Ada saja sih, tapi aneh..."

Kembali memandang cermin, Jeongguk mengancingkan jas dan memakai dasi. Pakaian resmi. Rapih sekali. Tampan dan wangi.

"Ryu-ssi, kau ini mau hadir di acara pernikahan atau kau yang mau menikah?" tanya Jimin lagi. Jelas sarkastik, sudah pakai bahasa formal.

Sedari tadi diganggu Jimin, Jeongguk tidak bisa diam lagi. Mau marah dan protes, menyuruh diam saja, tapi kali ini agak berbeda, ia malah melayangkan pertanyaan "Memangnya terlihat seperti itu?"

Anggukan kepala dilayangkan. "Ya. Seperti itu. Ku kira kau mau kencan, tapi ini agak aneh. Kecuali memang kencannya resmi."

Terdiam beberapa saat, Jeongguk meringis sambil memegang telinganya, salah tingkah sendiri. Bukan berdebar manis, tapi bingung dengan keadaan yang ada. "Ini bukan kencan. Jauh dari kencan. Ehm—hanya bertemu. Dia memintaku menemuinya. Dan ya—aku datang. Aku hanya ingin menampilkan sosok pemilik hotel kaya raya, muda dan tampan."

"Kau tidak muda lagi," koreksi Jimin.

"Tapi tetap saja, ini kehidupan pertamaku! Orang-orang juga belum tentu muda. Bisa saja mereka sudah melalui beberapa kali kehidupan. Sudah bereinkarnasi berkali-kali," protes Jeongguk. Suka kesal kalau dibilang sudah tua. Dewasa dan mapan dia lebih suka.

Jimin gemas sendiri. Mau mencubit pipi Jeongguk rasanya. "Ya, kau tetap adik kecil manis untukku," koreksi Jimin. Memang kalau dilihat, Jeongguk tetap saja lucu.

Berpikir sejenak, Jimin mengangguk-anggukan kepalanya. "Jadi—kau ingin bertemu Taeri dan menunjukan pesonamu, begitu?" tanya Jimin memastikan.

"Benar..." Jeongguk menganggukkan kepalanya. Dia kemudian buru-buru menggeleng lagi. "K—kata siapa bertemu dengan Taeri? Siapa juga yang bilang aku mau menunjukkan pesonaku?" koreksinya.

A Perfect VERSATILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang