03

2.4K 271 5
                                    

"Silahkan masuk, ke pintu sebelah sini." Kata suara asing yang satu lagi, tapi sepertinya itu bukan untuk kami.

Salah satu pintu dari ruangan ini terbuka dan munculah orang-orang dari sekte kami. Ada Wei Wuxian, Hanguang-jun dan paman juga. Terus ada– ayah? Ibu? Apa aku salah liat? Mereka sudah tiada bukan? Bukannya aku mendoakan mereka tiada atau apa, hanya saja ini tidak masuk akal.

"A-Ling."

Itu ibu.

Itu suara ibuku.

Itu benar benar ibuku.

Aku lari kearahnya dan saat hampir dekat denganya, badanku mematung. Rasanya aku tidak bisa bergerak. Ada rasa sesak didadaku, tapi aku juga bahagia.

Kemudian ibu membawaku kedalam pelukannya. Aku dipeluk oleh... Ibuku. Ibu yang melahirkanku. Aku menangis tersedu-sedu selama beberapa menit dipelukannya, kemudian melihat ke arah ayahku.

"Ayah," gumamku.

Aku mendekatinya, dia tersenyum padaku, kemudian, aku meninjunya, aku sudah bersumpah sebelumnya kalau kalian lupa. Maka aku akan menepati sumpah itu. Orang-orang yang berada di sekelilingku terkejut, aku sih tidak peduli dan langsung memeluk ayahku.

Ayahku yang (mungkin) masih shock karena baru saja dihajar oleh anaknya sendiri, kini mematung. Dan kemudian membalas pelukanku.

"Aku masih belum puas memukul ayah! Bisa-bisanya ayah bilang seperti itu kepada ibuku!" teriakku di dalam pelukannya. Orang-orang disekeliling kami terkikik mendengar perkataanku.

"Kau juga melihat masa laluku juga ternyata?" lirih ayahku sambil terkekeh. Aku mengangguk, dan melepas pelukannya.

Mataku teralihkan pada Wei Wuxian, dia masih mematung, entah karena apa, mungkin karena masih shock juga.

"A-Xian, sini." Ibu merentangkan tangannya.

"Shijie." Suaranya bergetar. Wei Wuxian tanpa pikir panjang langsung memeluk ibuku, sambil menangis, seperti yang aku lakukan sebelumnya. Sambil terus menerus merapalkan kata maaf, dan ibu yang terus berkata bahwa semua bukan salahnya.

"A-Xian, semakin kecil saja," gurau ibuku. Wei Wuxian mempoutkan pipinya, menjijikan. "Shijieee, salahkan tubuh baruku ini," rengeknya.

Ibu terkekeh, ibu sangat cantik. Sekarang tatapan ibu tertuju pada paman, dia merentangkan salah satu tangannya dan langsung disambut oleh paman. Sekarang dia menjadi lelaki ketiga yang menangis dibadan ibu.

Ibuku sangat hebat bukan? Dia bisa membuat seorang Yiling Patriark dan Sandu Shengshou menangis dipelukannya. Oh, jangan lupa, dia juga membuat ayah merakku jatuh cinta.

"A-Xian, a-Cheng, maaf tidak bisa menepati janji bahwa kita akan selalu bersama."

"Ibu, jangan peluk adik-adikmu terus, aku iri." Ibu terkekeh dan aku ikut menyelip diantara pelukan bertiga saudara itu.

Sedangkan disisi lain.

"Paman Ning? Paman terlihat seperti sebelum menjadi hantu."

"Aku juga tidak tau kenapa, aneh juga rasanya karena sudah tidak lama seperti ini."

"A-Ning, a-Yuan."

Sizhui dan Wen Ning menoleh kearah suara lembut yang memanggil nama mereka.

"Nenek, bibi Qing."

"Jie jie."

Sizhui langsung memeluk neneknya, sedangkan Wen Ning langsung mendapatkan ceramah dari Wen Qing dan juga pelukan.

The Truth And Love Where stories live. Discover now