04

2.2K 255 25
                                    

"A-Ling, menginap di gusu ya?" tanya Wei Wuxian, Rulan mengangguk lemah.

Toh, energinya sudah terkuras sampai habis karena menangis tadi, dan tempat yang paling dekat sekarang adalah Gusu.

"Jiang Cheng, bagaimana denganmu?"

"Aku langsung pulang ke Yunmeng saja, terimakasih tawarannya." Kemudian Jiang Wanyin pergi dengan para murid Yunmeng.

"Hati-hati, paman!" Teriak Rulan.

Jiang Wanyin hanya mengangguk dan langsung mengendarai pedangnya.

Semua pulang ke rumahnya masing-masing. Tetapi Rulan dan Zizhen ikut ke Gusu. Padahal Zizhen sudah dipaksa ayahnya untuk ikut pulang tadi, tapi dia malah bilang kalau belum puas main.

Jingyi jalan dengan sempoyongan sambil mengandeng tangan Zizhen dan Sizhui. Sedangkan Rulan berjalan di belakang Sizhui dengan keningnya yang ditempelkan di punggung Sizhui.

Kepala Rulan sedikit pusing karena menangis tadi. Wei Wuxian menaiki lil'apple dengan Lan Wangji yang menuntunnya. Dan Lan Xichen, Lan Qiren, serta tetua dan murid-murid gusu yang langsung terbang menggunakan pedang.

"Sizhui, ternyata yang dikatakan Jingyi benar."

"Eh? Jingyi bilang apa!?" panik Sizhui

"Kalian lebih tua dariku."

"Oh, kukira sesuatu yang penting. Jin-gogzi, bukankah tidak nyaman berjalan dengan seperti ini?"

"Aku biasa-biasa saja, mungkin kau yang tidak nyaman."

"Tidak, tidak, aku juga, biasa-biasa saja."

Tiba-tiba Rulan terjatuh, jatuh sendiri. Sizhui yang terkejut pun buru-buru memapahnya. "Jin-gonzi, apa anda masih sadar?" tanyanya panik.

"Aku sadar, hanya sedikit pusing."

"Nona muda, kurasa kau sangat pusing, bukan sedikit pusing."

"Zizhen tutup mulutnya, kepalaku tambah pusing. Jangan lupa untuk berlutut padaku selama tiga hari." teriak Rulan.

Tiba-tiba tubuh Rulan sudah diangkat Sizhui dipunggungnya. "Sizhui, aku hanya pusing sedikit. Lagipula aku ini calon ketua sekte, aku kuat."

Sizhui tidak menghiraukan perkataan Rulan dan terus menggendongnya. "Sizhui, bukankah kau harusnya juga lelah ya? Kau juga banyak menangis tadi."

"A-Yuan menangis? Karena apa?" panik Wei Wuxian. "Karena pengorbanan suami budhamu itu, Sizhui menangis sangat keras, asal kau tahu."

"Betulkah begitu a-Yuan? Kau hanya menangisi Lan Zhan? Terus aku bagaimana? Hei, aku ini juga membesarkanmu."

"Wei Wuxian, kau menguburnya bersama lobak, bukan itu konsep dari membesarkan," celetuk Jingyi.

Rulan mengangguk setuju, dan menjulurkan lidahnya ke arah Wei Wuxian.

"Wei-gongzi–" perkataan Sizhui langsung dipotong. "A-Yuan, sudah berapa kali kubilang, jangan panggil aku Wei-gongzi."

Sizhui tersenyum lembut dan bertanya, "Lalu Wei-gongzi ingin dipanggil apa?"

"Ibu!"

Sizhui hampir terjatuh karena perkataan Wei Wuxian. Rulan menepuk pundaknya, "Kalau tidak kuat, turunkan saja aku."

"Ah, tidak apa Jin-gongzi."

Wei Wuxian tertawa terbahak-bahak, "Aduh, apa salahnya sih? Aku yang melahirkan dan menyusuimu loh, kau harus memanggilku ibu."

"Wei Wuxian, tidak tahu malu," celetuk Jingyi.

"Jingyi, salin peraturan sekte lima kali saat sampai nanti, dengan handstand."

"Baik, Hanguang-jun." pasrah Jingyi.

"Handstand!? Wow, pantas saja Sizhui kuat menggendong Jin-gongzi, menulis saja sambil handstand. Keren, keren." Kata Zizhen kagum.

"Betul itu, mereka keren sekali bukan? Bahkan hari itu aku hampir di papapa sambil handstand terus–" Ucapan Wei Wuxian dipotong.

"Wei Ying."

"Tidak tahu malu," Kata Rulan.

"Hei, Ling-ling, kau juga tidak tahu malu, lihat itu, kau sedang digendong oleh anak kesayanganku."

"Bukannya aku mau digendong ya, tapi dia yang memaksa. Aku sih tinggal terima enaknya saja. Jangan panggil aku Ling-ling."

Sepanjang perjalan mereka dipenuhi dengan obrolan (pertengkaran). Hingga akhirnya sampai di Gusu.

"Sizhui, turunkan aku."

Rulan berjalan ke arah Wei Wuxian yang sibuk menggoda Lan Wangji.

"Wei Wuxian, kau yang mengajakku untuk menginap, jadi dimana tempat aku akan tidur?"

"Kau kan bisa sekamar dengan a-Yuan atau Jingyi. Oh, ya, panggil aku paman."

"Cih, ogah."

"Zizhen, lebih baik kau sekamar denganku, aku tidak mau sekamar dengan nona muda."

"Kau pikir aku mau!?" Protes Rulan.

"Jingyi, salin peraturan 10 kali dengan handstand."

"tapi, Hanguang-jun–"

Terlambat. Lan Wangji sudah menuju jingshi bersama Wei Wuxian. Ingin cepat cepat melakukan ritual setiap hari adalah setiap hari mungkin?

Jingyi mengarahkan Zizhen ke kamarnya dan Rulan pun mengikuti Sizhui yang menuju kamarnya.

"Jin-gongzi, ingin mandi dulu sebelum tidur?"

"Kurasa, iya?"

"Iya? Mari kuantar ke kamar mandinya."

Rulan masuk ke kamar mandi, dan mulai berendam. Berendam sebentar sepertinya tidak masalah, pikir Rulan.

Tapi, dia salah. Dia ketiduran saat sedang berendam. Sampai Sizhui harus mengetuk pintu berkali-kali dan karena khawatir akhirnya mendobrak pintu kamar mandinya, saat itulah dia baru  terbangun.

"Ah, Sizhui. Maafkan aku, aku ketiduran, sebentar, mungkin?"

"Jin-gongzi, kalau sudah selesai langsung ke kamar saja."

Rulan melangkah keluar dari kamar mandi menggunakan pakaian yang sebelumnya dia pakai.

"Jin-gongzi, kau akan merasa tidak nyaman, jika, tidur menggunakan pakaian itu. Aku sudah menyiapkan pakaian untukmu. Maaf, kalau tidak pas."

"Sizhui, aku jadi merepotkanmu. Tapi tidak apa jika kau memaksa, aku akan ganti baju. Dah."

Rulan kembali menggunakan baju yang diberi Sizhui. Baju khas gusu lan.

"Sizhui, tingginya pas, tapi ini masih kebesaran." Jangan salahkan Rulan karena terlalu kurus, ini efek dari terlalu banyak berlatih.

"Oh, ya, lalu aku akan tidur dimana?"

"Dikasur."

"Lalu, kau?"

"Dilantai, mungkin?"

"Aku merasa tidak sopan, ini kamarmu, kau saja yang tidur dikasur."

"Ya sudah, kita berdua saja yang tidur dikasur." Sizhui menarik Rulan untuk berbaring di sebelahnya.

"Sizhui, rasanya hari ini aku ingin berbicara terus."

"Hmn."

"Sizhui, aku masih tidak menyangka kau seorang Wen."

"Hmn."

"Sizhui, aku ingin memukul Wei Wuxian, karena mengambil banyak kasih sayang dari ibuku, bantu aku ya?"

"Hmn."

"Sizhui, jangan hanya berdeham."

"Hmn, iya."

Rulan bangkit dari tidurnya dan menatap Sizhui dengan kesal.

"Jin-gongzi, sebentar lagi jam sembilan, aku harus tidur, kau juga tidur juga ya? Ayo, sini."

"Baiklah, tidur saja, aku akan terus berbicara hingga mengantuk."

Nyatanya, Sizhui sama sekali belum tidur dan mendengarkan ocehan Rulan hingga selesai.

The Truth And Love Where stories live. Discover now