7 : Saling Berbohong

4.2K 614 9
                                    

A lie is like a pain killer.
It gives instant relief, but has side effect forever.

-Unknown-

Citra menahan diri untuk tidak mendesah berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Citra menahan diri untuk tidak mendesah berat.

Dia baru saja keluar dari lobby kantornya. Semua karyawan lain juga sibuk berhamburan keluar dari pintu yang sama. Tapi Citra berdiri di depan pintu kantor dan berhenti ketika menangkap sosok yang dia kenal. Lebih tepatnya sosok yang dia kenal sedang berdiri di depan mobil merahnya dengan tangan terlipat di depan dada. Senyum orang itu langsung melebar ketika matanya bertemu dengan mata Citra. Dia melambaikan sebelah tangannya ke arah Citra.

"Ya ampun, Mars jemput lo?" Bisik Dea di sampingnya dengan jeritan tertahan. Satu tangannya dia gunakan untuk menutup bibirnya.

"Iya," Citra malah mendesah pelan. "Gue duluan ya."

Dea menepuk pundaknya kasar. "Semangat dong! Dijemput pacar loh!"

Citra tersenyum tipis sebelum berjalan meninggalkan Dea. Sepanjang langkahnya, Citra mengingatkan dirinya untuk lebih pandai berakting. Dia harus bisa tampil seperti Mars yang terlihat sangat meyakinkan. Wajar saja, Mars memang berpengalaman dalam hal ini. Rasanya Citra harus memintanya untuk mengajarkan cara berpacaran yang benar. Dia tidak mau ada orang yang sampai menangkap kebohongan mereka.

Sepatu heels-nya berhenti di depan Mars. Laki-laki itu masih tersenyum padanya. Rasanya Citra benar-benar harus belajar berakting dari laki-laki ini. Kepura-puraannya terasa sangat nyata dan rasanya itu menakutkan. Citra berdeham pelan. "Kamu sengaja jemput aku?"

Mars mengangguk sambil menekan tombol kunci mobilnya. "Aku mau mengajakmu makan dulu sebelum pulang. Kamu bisa 'kan hari ini?"

Citra merapatkan bibirnya sebelum mengangguk. Mereka berdua masuk ke dalam mobil. Citra baru bisa merasa lega ketika puluhan mata tidak lagi melaser punggungnya. Dia menoleh ke arah Mars yang sedang tersenyum tanpa dosa. Tangannya mulai menjalankan mobilnya untuk keluar dari gedung kantor mereka. Gadis itu menghela napas panjang sambil menggeleng. Rasanya Mars lebih cocok menjadi aktor daripada bekerja jadi karyawan perusahaan.

"Seharusnya lo ikut audisi jadi aktor," Citra mendengus sebal.

"Not interested," Mars mengibaskan sebelah tangannya. "Lagipula, bisa-bisa kepala orang tua gue pecah karena tahu anaknya jadi aktor."

Citra tersenyum geli. "Iya juga sih, pasti pusing ya punya anak kayak lo."

Mars terdiam sebentar sebelum berdeham. "Kita makan di mall ya."

Citra mengangguk. "Terserah lo aja, tapi bukannya lebih enak makan di pinggir aja?"

"Khusus hari ini kita makan di mall," Mars memutar kemudinya ke arah pintu masuk parkir. "Karna kita harus cari baju buat lo, buat akhir minggu nanti."

Lips Are Sealed (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang