Part 3

241 24 0
                                    

Happy reading
------>

Suara dentingan jarum jam memenuhi studio shooting yang dipakai tadi.

Menyisakan Seungcheol dengan aktivitas membolak-balikkan lembaran yang sudah meninggalkan bekas sidik jari di sudut bawahnya.

"Oh? Kau masih di sini Seungcheol-ssi? Aku kira kau sudah pulang." tanya Jeonghan yang melihat Seungcheol duduk di kursi sendirian.

Jeonghan sebenarnya sudah pulang tadi bersama staff-staff lain, tapi karena ada panggilan mendadak dari atasannya, jadi dia harus kembali ke agensi lagi.

Dan entah kebetulan atau tidak, saat ia melewati ruang yang di gunakan shooting tadi. Jeonghan menangkap siluet Seungcheol dari luar. Karena ia sekarang menjadi manager namja bertubuh kekar itu, jadi dia menghampirinya.

Jeonghan pikir Seungcheol sudah pulang. Karena saat pembubaran shooting tadi, Seungcheol dan dirinya keluar ruangan bersama-sama. Tapi ternyata Sengcheol masih di agensi.

Mendengar suara yang tak asing di telinganya. Seungcheol pun menoleh dan mendapati Jeonghan yang berdiri tak jauh dengan tatapan curiga.

Menarik kursi kosong tepat disebelah sekaligus mempersilahkan Jeonghan untuk menempatinya.

"Aku dapat tawaran untuk main drama dan shootingnya di mulai lusa. Jadi aku menghafal naskah dramanya sekarang." Jelasnya saat Jeonghan sudah duduk.

"Oh,. Kalau begitu, mau aku buatkan minuman? Kopi misalnya?" tawar Jeonghan

"Tidak perlu, Jeonghan-ah. Lebih baik kamu pulang saja, temani ibu mu. Lagipula ini sudah malam, beristirahatlah." Sergah Seungcheol yang masih menatap naskah di tangannya.

"Tap-tapi.."

"Saat ini aku tidak bisa bersantai-santai saja. Jika pengambilan gambarnya buruk, aku akan merasa kesal nanti. Lagipula keberadaan dirimu di sini, juga tak akan membantuku." Seungcheol menanggapi perkataan Jeonghan yang belum selesai dengan nada dingin.

"Aku akan tetap membantumu, Seungcheol-ssi. Apapun, karena kau menjadi tanggung jawabku sekarang." Jeonghan yang tetap pada pendiriannya, berusaha menyakinkan Seungcheol untuk menemani namja berlesung pipit itu.

"Kau serius dengan ucapanmu, Jeonghan-ah?" walau sudah mendapat pernyataan dari Jeonghan, masih ada binar keraguan di diri Seungcheol.

"Dangeunhajji. Aku sangat serius dengan itu. Dan itu sudah termasuk pekerjaanku." Jawab Jeonghan dengan penuh semangat.

"Geurae. Kau harus membantuku dalam menghayati isi naskah ini, agar saat aku memainkan peran itu tidak akan ada kesalahan." Jelas Seungcheol.

" Oh ya,. Drama yang dimainkan kali ini berbeda dengan drama ku yang lain. Drama ini bergenre romance - sci-fi, kau akan berperan sebagai lawan mainku." Tambahnya panjang dan tanpa sadar mendekati wajahnya ke wajah tampan sekaligus cantik milik Jeonghan.

"Eo-Eottaekhae? Kenapa aku jadi gugup begini? Jamkkan.. lawan main Seungcheol? Oh tidak, dia aktor yang hebat sedangkan aku? Kalau bantuanku ini semakin menyulitkannya bagaimana? Aakkkhh !!" batin Jeonghan yang diselimuti kebingungan sekaligus rasa gugup.

"Itu.. kalau kita istirahat dulu bagaimana?" tanya Jeonghan yang sudah gugup. Jangan lupakan rona merah yang menyelimuti kedua belah pipinya, karena rasa malu.

"Andwae !! Kita tak bisa istirahat, dan kau? Kau tak boleh kabur. Kau bilang akan membantuku, jadi kau harus menepati perkataanmu." Ujar Seungcheol yang sudah berada di depan Jeonghan.

Hanya tinggal beberapa senti saja, Jeonghan dan Seungcheol dapat merasakan hembusan nafas hangat dari keduanya.

Dalam satu kedipan mata, bibir tebal Seungcheol menempel sempurna di atas bibir tipis berwarna peach milik Jeonghan.

"Euugghh !" erangan keluar dari bibir Jeonghan karena ciuman Seungcheol yang semakin dalam.

"Eh?" mendengar erangan itu, Seungcheol pun melepaskan ciumannya dengan Jeonghan.

"Mian, aku terbawa suasana." Lanjut Seungcheol dengan kepala menunduk. Ia tengah merutuki dirinya yang bersikap bodoh terhadap Jeonghan.

Karena tidak ingin kecanggungan melanda keduanya, akhirnya Jeonghan bergegas menegakkan tubuhnya dan berdiri dari duduk.

"A-aku.. aku akan mengambil minum dulu." Ujar Jeonghan gugup yang tengah berlari meninggalkan ruangan.

"Jeonghan-ah..." panggil Seungcheol pada Jeonghan yang sudah hilang di tikungan.

"Bodoh. Apa yang telah kau lakukan, Choi Seungcheol bodoh." Sesal Seungcheol dengan mengacak-acak rambut hitamnya yang tertata rapi tadi, sekarang berubah menjadi sarang burung.

-------->

Di pantri perusahaan, Jeonghan terpaku di depan kabinet berjajarkan macam-macam merk minuman.

Tangan kanan tanpa sadar memegang jantungnya yang tak berhenti berdegup dengan ritme cepat.

Masih teringat sangat jelas bagaimana bibirnya bertemu dengan bibir cherry milik Choi Seungcheol. Manis, itu yang dia rasakan.

"Kenapa tadi aku tak mengelak saja?" runtuknya memukul kepala.

Iya, kenapa tidak menghidar? kenapa justru menikmati ciuman tersebut? bukankah ini ciuman pertamanya?

Bodoh. Daripada memikirkan hal tersebut. Jeonghan segera membuat minuman untuknya dan Seungcheol.

Bergelut dengan pikiran rumit, justru menciptakan rasa haus di tenggorokannya.

------->

Jeonghan kembali dengan kedua tangan memegang gelas plastik ukuran sedang, berisikan kopi hangat. Salah satu kopi yang di pegangnya, ia arahkan ke Seungcheol.

Melihat sebuah gelas plastik yang ditujukan untukknya, membuat Seungcheol terkejut dan segera menatap orang yang memberikannya. Senyum manis Jeonghan menjadi hal pertama yang menarik perhatian Seungcheol.

"Ini, minumlah." Kata Jeonghan, karena Seungcheol tidak segera mengambil minuman yang ia berikan.

"Oh? Gamsahamnida." Balas Seungcheol lirih.

"Apa kau sudah lebih bersemangat?" tanya Jeonghan.

"Ah? N-ne.." Seungcheol hanya bisa menjawab dengan rasa gugup. Masih teringat kejadian beberapa menit lalu, memenuhi otaknya.

"Baguslah, setidaknya bantuanku berguna untukmu."

Mendengar jawaban yang tak terduga dari Jeonghan, Seungcheol hanya bisa tersenyum tipis. Namun, rasa malu dalam dirinya masih mendominasi.

MY ASSISTANT (JEONGCHEOL)Where stories live. Discover now