Asean

20.1K 3.5K 911
                                    

Kalau ada typo bantu tandai, ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau ada typo bantu tandai, ya!

     Bocah dengan kaos bergambar Cicak berdiri di depan pintu. Tangan kecilnya sibuk mengetuk pintu tersebut sembari terus berteriak.

"Althea ... halo! Atlan sama abang dateng!!"

Atlan, bocah itu terus menggedor pintu kediaman Bima. Di belakangnya ada Atlas yang sibuk menjilat es krim dan Anta bersidekap dada terdiam memperhatikan adiknya. Begitu juga dengan Sandra dan Bumi yang hanya diam di belakangnya.

"Althea! Ada di lumah gak, sih? Kita sultan, loh. Gak bisa beldili lama-lama, nanti kakinya pegel!" teriak Atlan lagi.

Tak lama kemudian pintu terbuka. Menampilkan wajah sosok pria dewasa dengan muka bantal, rambut acak-acakan dan pakaian kusut.

"Ada apa, sih? Tukang minta sumbangan heboh banget," gerutunya setengah sadar.

"Enak aja! Kita sultan, loh Om! Anaknya King. Gak boleh sembalangan, ya! Nanti kita penjalain." Atlan memukul kaki Bima.

Bima segera tersadar. Ia langsung berdecak menatap 3 kurcaci di depannya. Untuk apa mereka datang kemari? Apa mereka tidak punya jam di rumah? Kenapa harus datang sepagi ini?

"Ini para tuyul ngapain ke sini?" Bima berjongkok menatap ketiga kurcaci di depannya meminta penjelasan.

"Mau ketemu Althea, mau main!" cetus Atlas ia mengambil punggung tangan Bima dan menciumnya lalu tanpa pikir panjang langsung masuk diikuti Atlan dan Anta yang melakukan hal sama.

Bima menggeleng pelan. Lalu berdiri, menatap dua manusia dewasa dengan datar.

"Jadi? Ngapain dateng sepagi ini?"

"Triplet yang mau, kalau gak diturutin mereka rengek terus." Sandra yang menjawab. "Sekalian titip, gue sama Bumi hari ini harus ke Bandung."

"Ngapain? Bukan acara pembuatan produk dedek baru, kan?" tanya Bima memicing.

Pipi Sandra memerah. "B-bukan lah!"

"Pokoknya acara penting. Gak usah kepo, deh. Gue sama Bumi pamit. Jaga triplet, ya! Awas aja lo gak awasin mereka!" Sandra melambaikan tangannya dan segera menarik lengan Bumi untuk pergi.

Bima melotot. "Woy! Enak aja main titip-titip!" teriaknya tidak terima. Namun tak membuahkan hasil. Sandra dan Bumi tetap melesat pergi.

Bima mendengus, menggaruk kepalanya dan menguap ketika rasa kantuk masih menyerang. Wajar, semalam ia sibuk berkutat dengan berkas dan bergadang sampai dini hari. Ia langsung bergegas masuk.

Pandangannya jatuh pada triplet dan anaknya yang sudah bangun. Mereka tengah berkumpul di ruang keluarga. Bima menggeleng kecil. Althea yang biasanya susah untuk dibangunkan kini bangun lebih cepat hanya karena kedatangan triplet. Anaknya itu pasti merasa senang dengan kedatangan triplet mengingat anak Bumi itu sangat jarang kemari.

HEREDITARIUM || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang