24. Pantai

92 14 1
                                    

"JUNAIDIIIII..." teriakan melengking itu berasal dari Nesya, gadis tinggi semampai itu berlari kencang mengejar Jun yang sudah tertawa riang membawa ayam bakar miliknya.

"Balikin ayam gue!"

"Gak mau, elo udah makan punya Dev tadi, ini jatah gue" teriak Jun masih berlari menghindari kejaran Nesya yang kini berjongkok mengatur nafasnya.

Devan mendelik, Selalu saja begitu.

Cowok tinggi berkulit sawo matang itu mendengus, sudah malas sebenarnya karena selalu saja menyaksikan keributan sahabat dengan kekasihnya itu.

Devan berdiri dari duduknya tepat saat Jun sudah berhenti, Jun menunjukkan cengiran khasnya, cowok tinggi kurus itu cengengesan saat melihat raut datar Devan dihadapannya.

"Kasih!" ucap Devan bernada memerintah yang seketika membuat Jun memelas meminta belas kasihan.

Nesya ditempatnya sudah tersenyum kemenangan, gadis itu kini berjalan riang menghampiri kedua pemuda itu kemudian menepuk bahu Jun kencang sehingga membuat pemuda itu meringis.

"Nah kan, kasih!" Ucap Nesya meledek.

Oke baiklah, Jun mengalah.

"Nih" Jun menyodorkan ayam digenggamannya kepada Nesya yang sudah akan mengambilnya, namun tertahan saat Devan justru memegang tangan gadis itu menghentikan pergerakannya.

"Yeu... kasih ke gue lah, kan elo tadi udah makan ayam gue" ucapnya menarik ayam ditangan Jun yang kemudian berlari menghindari Nesya yang masih melongo.

Jun dan Nesya saling pandang, keduanya mengerjap belum menyadari apa yang terjadi namun setelahnya langsung melempar pandang kepada Devan yang sudah berlari menjauh.

"DEVAN..." Teriak keduanya serempak.

Sementara empat orang yang sedang menikmati langit malam dengan api unggun ditengah-tengah mereka itu sudah tertawa terbahak menyaksikan ketiga orang yang kini saling mengejar itu.

Kali ini sudah seperti double date.

Dengan Radit yang memegang tangan Resa disampingnya, juga Salsa yang menyandarkan kepala pada bahu Rangga yang memeluknya dari samping.

Resa terbahak memerhatikan saat kini Nesya sudah menarik kuat baju kaos putih milik Jun, meminta cowok itu agar mau menunggunya istirahat sejenak, sementara Jun mendecak tidak ingin berhenti, pemuda itu tidak terima ayam bakarnya diambil begitu saja.

Resa tersentak saat tangan Radit yang tadi menggenggam tangannya justru berpindah kini melingkar dipinggangnya disusul dengan kepala pemuda itu yang kini bersandar dibahunya.

"Hanya mengikuti contoh" bisik pemuda itu tenang tanpa dosa yang membuat Resa reflek menoleh kesebelah kanannya melihat Rangga dan Salsa yang masih pada posisi 'rapat' nya.

Radit memejamkan mata sementara Resa menahan nafasnya gugup.

Radit tumben banget kek gini.

Jarang lohhhh.

Radit kalo random emang suka tiba-tiba bikin jantungan.

Gadis itu berdeham canggung memecah kegugupan, sedangkan Radit masih nyaman dengan posisinya saat ini.

"Dit, cewek lo kepanasan noh" celetuk Immanuel yang baru saja datang entah dari mana mungkin baru saja selesai mencari jajanan bersama Jefri juga Jeni yang mendadak akrab dengan kedua sejoli itu.

Kedatangan ketiganya tentu saja memecah keheningan diantara dua pasangan disana.

"Merah gitu muka nya" Jeni menyahuti dengan ekspresi menahan geli.

Rasa √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang