***Semenjak mengetahui sisi lain Calista, Aditya tidak lagi suka memaksakan kehendak dan mencoba bersikap wajar, tidak cepat panik dalam menghadapi sikap labil Mama putranya itu. Memberikan rasa nyaman dan perhatian yang lebih, bukan hanya untuk Rafael, tetapi juga untuk Calista.
[Mau di jemput?] Pesan dari Aditya masuk ke ponsel Calista yang sedang bersiap menutup toko bunganya.
[Apakah tidak mengganggu?] balas Calista.
[Tidak. Tunggu di depan toko. Aku beli mainan pesanan Rafael, sebentar.] Ketikan balasan Aditya membuat Calista tanpa sadar mengulas senyum, senang.
Suasana mulai sepi saat Calista keluar dari dalam toko. Suasananya lengang tidak banyak kendaraan yang berlalu-lalang di jalan depan toko. Beberapa ruko pun sudah mulai tutup.
Calista berjalan mendekati jalan di depan toko, karena melihat penjual permen kapas menjajakan dagangannya. Dia teringat Rafael yang sangat suka memakana jajanan itu bila di ajak ke acara pekan raya.
Senyum senang terulas di bibir Calista sambil menenteng satu buah permen kapas berwarna merah muda, terbayang senyum mengembang anaknya nanti saat menerimanya.
"Malam tante?" tanya seorang pengamen.
Calista menoleh dan tubuhnya mendadak gemetar melihat segerombolan anak mendekatinya.
"Mau apa kalian?" teriak Calista sambil melangkah mundur.
"Kami hanya menyapa, tan," jawab seorang pemuda, tetapi justru ketakutan Calista terlanjur datang.
"Pergi!" bentak Calista sambil menudingkan telunjuknya ke arah para pengamen itu yang masih merasa heran melihat tingkah Calista padahal mereka hanya ingin menyapa saja. Namun, hal berbeda tertangkap dalam pandangan Calista yang justru melihat tatapan penasaran itu seakan penuh nada ejek.
"Pergi!" bentak Calista lagi, membuat beberapa pejalan kaki yang sedang lewat memandang kegaduhan yang di buat Calista.
"Jangan mendekat!" Ketakutan Calista semakin menjadi dan semakin histeris.
"Mbak tidak apa-apa?"
"Mbak kenapa?"
"Rumah Mbak di mana? Biar kami antar pulang," suara orang-orang di sekitar Calista tidak mampu membuat Calista membaik. Rancauannya semakin menjadi. Calista terduduk dengan memeluk kedua lututnya dan menyembunyikan wajah di sana.
Aditya yang baru datang merasa heran karena tidak menemukan Calista di depan toko bunganya. Dia mengambil ponsel hendak menghubungi Ibu anaknya, tetapi kerut histeris dan kerumunan orang membuat Aditya mengarahkan pandangan pada kehebohan itu.
"pergi!" teriak Calista yang membuat Aditya melangkah cepat karena dia hafal suara itu. Suara dari mantan tunangannya.
"Ta? Apa yang terjadi?" tanya Aditya begitu bisa menyibak keramaian di sana.
"Ta?" tanyanya lagi memegang pundak Calista yang segera di tepis kasar oleh ibu anaknya.
"Pergi!" suara Calista lagi. Gemetarnya sangat ketara di ketahui Aditya dan menjadikan dirinya cemas.
"Dia calon istri saya," jelas Aditya pada orang-orang yang masih berkerumun. Seketika mereka membubarkan diri yang membuat Aditya mendekati Calista. Calista tetap berontak dan berteriak, Aditya mendekat dan mendekapnya erat membuat rontaan Calista melemah dan jatuh pingsan.
Aditya yang panik langsung membawa tubuh ringkih itu ke rumah sakit tempat dokter Irsyad melakukan praktik.
Selama perjalanan doa tak pernah berhenti terlafaz dari mulut Aditya agar Calista bai-baik saja.

STAI LEGGENDO
Balada Ra-shi ( Tamat di Kbm-app)
Storie d'amoreCalista melangkah ringan menuju unit apartment Aditya, tunangannya. Hari ini rencananya dia ingin memberikan kejutan kepada tunangannya tersebut. Senyum terus tersungging di bibirnya dan tak terasa senandung lirih sering terucap dari bibir mungil C...