• F&S: Dua

46 6 2
                                    

"Aku akan tetap percaya meskipun kepercayaan itu berakhir sia-sia."

- First & Second -
••••

Dirga sangat terpukul, jantungnya seolah dipelintir hingga menyesakkan dadanya. Darahnya seolah berhenti mengalir, nadinya bagaikan diputus secara bersamaan.

Laki-laki itu benar-benar lunglai. Ia merasa sangat pusing, dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap.

Tak lama setelahnya, ia membuka matanya. Kepalanya terasa nyeri, seolah baru saja dipukul dengan benda tumpul. Saat matanya benar-benar terbuka sempurna, hanya satu yang bisa ia lihat, yaitu kegelapan.

Dirga pun memutuskan untuk bangkit, menahan sedikit nyeri yang menjalar di tubuhnya. Pria itu tidak tahu dimana dirinya berada. Ia berjalan tertatih-tatih, namun yang ia temui hanyalah kegelapan.

Tempat apa ini? tanyanya dalam hati.

Ia mengedarkan pandangannya, kemudian jatuh pada cahaya dari arah kanannya. Dari kejauhan tampak sebuah pintu dan seberkas cahaya terang. Juga siluet wanita yang menarik perhatiannya. Dirga menyipitkan matanya, mencoba memfokuskan penglihatannya itu untuk mengetahui siapa yang ada di sana.

Samar-samar ia mendengar ada yang memanggil namanya. Dirga melihat sekeliling, namun suara itu tidak menunjukkan batang hidungnya.

Laki-laki itu tidak menghiraukannya. Kemudian pandangannya kembali jatuh pada siluet tadi. Posisinya masih sama, siluet wanita itu berdiri di tengah pintu. Dengan rambut panjangnya yang tergerai indah, dan lekuk tubuhnya yang sepertinya tidak asing bagi Dirga.

Ia melangkahkan kakinya menuju pintu itu. Dirga berpikir jika suara tadi berasal darinya. Dan benar saja, tak lama kemudian suara itu kembali terdengar.

Dirga....

Kini suara itu terdengar lebih jelas. Dan selepas suara itu menghilang, Dirga melihat ada seseorang yang menarik siluet itu ke dalam.

Sosok hitam di belakang siluet itu seperti membawa sesuatu yang tajam dan panjang. Tubuhnya tinggi tegap, dan salah satu tangannya menarik rambut wanita itu.

Entah mengapa, sekujur tubuh Dirga mendadak tidak bisa digerakkan. Ia bisa mendengar rintihan wanita itu yang mencoba melepaskan diri dari bayangan besar di belakangnya. Suaranya melengking, sangat menyakitkan untuk Dirga dengar. Bahkan ia tidak menutup matanya, dan memaksa dirinya untuk melihat adegan menyakitkan itu.

Rasanya seperti dihujam ribuan jarum, yang ditusukkan perlahan-lahan untuk memberi efek yang luar biasa sakitnya. Itulah yang Dirga rasakan. Sakitnya sampai ke ulu hati, melihat wanita itu semakin tertarik ke dalam pintu bercahaya tersebut.

Hingga akhirnya sesuatu yang tidak Dirga bayangkan terjadi di depan matanya. Tongkat dengan ujung melengkung dan runcing itu terangkat ke atas, dan sedetik setelahnya teracung pada leher wanita itu.

Lagi-lagi Dirga mendengar namanya disebut berulang kali. Awalnya samar lalu semakin lama semakin jelas.

Bayangan hitam itu tampak mengeratkan cengkraman tangannya. Dan dapat Dirga lihat dengan jelas bayangan hitam itu memenggal kepala wanita tadi dengan kasar.

First & Second (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang