• F&S : Empat

27 4 0
                                    

"Aku percaya, kepercayaan yang kuberikan padamu tidak akan berakhir sia-sia."

- First & Second -
••••


Seminggu sudah sejak kedatangan Jani tempo lalu ke rumah orang tua Dirga, Rosa mencoba tidak memusingkan ucapan mertuanya itu. Seperti biasa, pagi-pagi sekali Rosa sudah berkutat dengan segala peralatan dapur beserta isinya.

Hari ini adalah bulan keempat pernikahan mereka. Entah mengapa, anniversary bulan ini ingin ia rayakan bersama Dirga. Rasanya seolah ada sesuatu yang mendorongnya untuk membuat kejutan untuk suaminya itu.

"Sayang...."

Suara serak terdengar dari arah tangga. Itu Dirga yang baru saja bangun dari tidur malamnya. Penampilannya khas sekali seperti orang bangun tidur.

Piyama biru melekat di tubuh tegapnya, rambutnya yang acak-acakan membuat aura 'Dirga'nya itu keluar.

Laki-laki itu mendekat, sambil tetap mengucek matanya.

"Kamu masak apa?" tanyanya.

Rosa tersenyum melihat Dirga yang acak-acakan itu. "Cuci muka dulu ih," ujarnya sambil mendorong tubuh Dirga menuju kamar mandi.

Wanita itu terkekeh setelah berhasil memasukkan Dirga ke kamar mandi. Ia kembali lagi pada pekerjaannya.

Pancake karamel kesukaan Dirga terhidang cantik di atas meja. Disisi lain, dia juga memanggang beberapa lembar roti tawar jikalau mereka mungkin ingin memakannya.

Rosa juga mengupas beberapa buah apel di atas piring. Perlahan-lahan pisau tajam itu memisahkan kulit dan isi buah berwarna merah itu.

Dor!!!

"Astaga!"

Rosa berjingkat. Tangannya terasa kebas, ia menatap Dirga kesal. Sedangkan suaminya malah terbahak di hadapannya, sukses mengageti istri cantiknya itu.

"Kebiasaan deh, bikin kaget!" omel Rosa.

Tawa Dirga mendadak berhenti, saat melihat tangan kiri istrinya berlumuran darah.

"Ya Tuhan!" Dirga cepat-cepat menarik Rosa ke wastafel dapur.

"Kok bisa berdarah sih?" omelnya sambil mencuci tangan Rosa.

"Sakit nggak?"

Rosa mengangguk samar, jarinya sedikit kebas saat darahnya mulai berhenti. Karena jujur saja dia tidak menyadari jika tangannya teriris pisau tadi.

Setelah bersih dari lumuran darah, Dirga buru-buru mengambil sebuah plester dan membalutkannya pada tangan Rosa.

"Besok lagi hati-hati, ya..." ujarnya. Dirga tersenyum sambil mengacak rambut Rosa. Lalu merengkuh tubuh mungil istrinya dan mengecup keningnya pelan.

Saat sedang asik berpelukan, tiba-tiba bau menyengat menusuk hidung mereka. Rosa melepas rangkulannya.

"Bau apa nih?" tanya Dirga. Hidungnya mengendus mencari sumber bau.

First & Second (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang