BAB V

6 3 2
                                    

Present Day.....

"Mbak Ana, ini dokumen yang perlu di tanda tangani big boss...aku nitip ya mbak..."

" Kenapa gak langsung dikasi?, Bapak gak lagi sibuk kok... Paling tadi tamunya juga si Doni.."
Jawabku sambil tetap mengetikkan pekerjaanku di komputer

"Justru itu mbak...aku tuh grogi- grogi gimana gitu kalo ketemu langsung calon suami dan mertua."

Calon mertua?
Aku meliirik Sesil sebentar, alisnya ku lihat naik turun sambil cengengesan..ahhh...aku lupa kalo Sesil naksir berat sama Doni anak sulung si Bos yang saat ini sedang berkunjung ke perusahaan Ayahnya. Doni memang sering mampir, semenjak beban kuliahnya sudah hampir selesai, mungkin sekalian belajar karena bukan tidak mungkin dia bisa jadi pengganti sang Ayah yang saat ini sudah tak lagi muda.

"Ckk...bukannya kesempatan buat kamu sekarang?, kan kebetulan ada di Si Doni...jadi kamu bisa langsung cari muka"

"Ish..apaan sih mbak, mentang - mentang sekarang sudah jadi kakaknya si Doni jadi suka reseh deh, kalo nyinggung soal adeknya..."

"Reseh gimana maksudnya?, kan aku kasih saran biar pendekatannya gampang"
Kataku sambil menahan senyum, melihat wajah Sesil yang sudah mulai kesal.

"Tauk ah...malas aku ngomong sama mbak Ana! Pokoknya dokumen ini mbak yang nganterin kedalam sekalian minta di tandatangani si big boss.."

Belum sempat ku jawab, Sesil dah hilang di balik pintu ruangan ku. Aku hanya menahan senyum. Aku nggak bisa membayangkan, kalo Sesil tahu si Doni cowok yang dia suka sampai hampir mati itu ternyata sukanya sama aku? Bisa shock dia!

Setelah menyelesaikan kuliah beberapa tahun lalu, ternyata aku masih di beri hal - hal baik oleh Tuhan atas hidupku. Aku langsung di terima kerja pada lamaran pertama di perusahan keluarga Hendrawan Prawira, aku berusaha keras dan sungguh - sungguh untuk membuktikan pada seorang dari masa lalu bahwa wanita tidak selamanya berada di belakang pria, ia bisa saja berada di samping atau bahkan jauh di depan. Dan aku berhasil, dengan posisi asisten presiden Direktur saat ini. Aku bukan berambisi, keadaanku yang sekarang justru membuatku tidak lagi tertarik pada pria , aku hanya ingin membahagiakan sebagian diriku yang cacat.

Keluarga Prawira sudah menganggap ku seperti anak kandung mereka, selain karena tugasku sebagai asisten yang selalu berhubungan langsung dengan Sang Bos entah itu urusan pekerjaan sampai kesehatannya bahkan urusan keluarganya, mungkin juga karena rasa kasihan padaku karena mereka tahu tentang hidupku yang sebatang kara sejak remaja atau mungkin karena mereka tak memiliki anak perempuan karena kedua anaknya lelaki, Doni yang hampir menyelesaikan kuliah dan Dani yang masih di bangku kelas 3 SMA.

Salah satu diantara keduanya baru - baru ini mengungkapkan perasaanya padaku. Doni mengaku jatuh cinta padaku, awalnya ku pikir ungkapan perasaanya hanya karena kami sering bersama dan ia merasa nyaman sebab sering berbagi cerita layaknya adik dengan kakak perempuan nya. Lalu, kemudian aku sadar tak ada ikatan darah diantara kami.

Tentu aku menolak perasaanya, Doni sudah kuanggap adikku sendiri begitupun Dani.
Mereka berdua sangat tampan dan dari keluarga baik - baik. Masih banyak wanita di luar sana yang lebih pantas menjadi kekasih atau istri sekalipun cukuplah aku menjadi saudarinya saja. Dan heii...usiaku dan Doni terpaut jauh, masa aku pacaran sama brondong?? Gak lucu !

" Beri aku alasan yang jelas, kenapa kamu nolak aku?"

Masih ku ingat pertanyaan Doni, saat ku tolak perasaanya.

"Kita sodara..!"

"Gak ada ikatan darah!" Baru sadar aku

"Aku dah tua, kamu masih muda..."

"Kamu 28 aku 21, itu hanya selisih 7 tahun"
Aku memutar bola mata jengah, kemudian ku sentuh pundaknya dan memandang tepat dimatanya.

"Aku sayang kamu sebagai sodara dan akan tetap seperti itu....dan satu hal yang perlu kamu tahu aku gak sebaik yang kamu kira...jangan buang waktumu untuk mendekatiku sebagai pria, aku saudarimu...ingat itu!"

"Aku gak bisa!"

"Kamu bisa, tapi kamu gak niat Doni!" Aku mulai kesal

"Aku akan tetap tunggu kamu, bila perlu sampai kamu nikah baru aku mundur"

"Aku gak akan nikah!"

"Kalo gitu aku juga!"

"Gila kamu!"

"Karena kamu..."

"Doni! Aku tuh gak suka sama kamu sebagai pria..."

" Lha..kalo aku jadi cewek kamu suka?"

Ingin ku Jambak rambutnya!

"Doni dengar !, Aku sayang kamu sama kayak sayang aku ke Dani"

"Aku beda sama Dani!"

"Aku sudah punya cowok!" Semoga cara ini ampuh

Ku perhatikan raut wajah Doni sedikit berbeda, rahangnya mengeras.

"Kamu bohong, aku gak pernah liat kamu dekat sama cowok..?"

"Itu kan privacyku...!"

"Katamu kita sodara, kenapa kamu nggak pernah cerita?"

Mampus!

"Yaaa...kan masih pacaran kalo dah sampai ke tahap yang serius pasti aku ceritain kok...sama Bapak dan Ibu juga bakal aku ceritain!"

"Pokoknya...aku bakal tunggu sampai kamu nikah sama siapapun itu! Selama kamu belum nikah aku tetap bebas deketin kamu!"

"Ahhhh.....terserah deh! Pusing aku ngomong sama kamu"

Pada akhirnya aku memang belum bisa memberi pengertian pada Doni. Satu- satunya cara adalah mencari seorang pria yang mau menikah denganku...ah...seandainya semudah itu...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 26, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

WHAT'S LOVE?Where stories live. Discover now