18 : Kepada Rindu, Saya Ingin Bertanya

894 67 6
                                    


Kepada rindu, saya ingin bertanya.
Mengapa kamu selalu bertamu?
Jika ada pereda
Mungkin aku akan menerimamu
Namun, nyatanya tidak ada
Tidak ada satupun yang bisa meredakanmu.

Kepada rindu, saya ingin bertanya.
Mengapa hadir tatkala kami tak bisa saling mengabari?
Ini sesak, amat sesak.
Ketika kita merindukan sosok yang tak bisa kita hubungi.
Ingin bilang, tapi ... tidak ada beranian.
Dipendam, rasanya amat menyakitkan.

🐣🐣🐣

Hari ini hanya Feisya dan Cassy yang pergi terawih. Bunda mereka, Anya tidak bisa ikut terawih karena sedang halangan sedangkan sang ayah dan Babas tentu terpisah dari kedua perempuan itu.

Terawih selesai tepat jam delapan malam. Jarak masjid dengan rumah mereka cukup jauh, tetapi mereka memilih untuk berjalan kaki karena setiap langkah orang yang ingin pergi ke masjid dinilai pahala.

"Dek, kamu kenapa?" Feisya sudah tidak marah lagi pada Cassy, ini sudah tiga hari berlalu dan selama itu pula Cassy terlihat lebih banyak diam.

Cassy menoleh. "Aku? Emang aku kenapa?" Cassy balik bertanya.

"Akhir-akhir ini kamu kelihatan banyak diem? Kenapa? Ada yang lagi kamu pikiran?"

Ada, dan itu tentang Bang Aldi.

Andaikan Aldi tidak merahasiakan penyakitnya pada sang kakak, mungkin Cassy akan menjawab demikian.

"Enggak ada kok, Kak," dusta Cassy.

Tiga hari ini, Aldi belum sadarkan diri. Cassy tidak tahu pasti, tetapi yang jelas hanya itu informasi yang dia dapat. Ingin sekali rasanya Cassy pergi ke Surabaya untuk menjenguk Aldi, tetapi itu tidak mungkin, dia masih sekolah.

"Kamu marah sama Kakak?"

Cassy menggeleng. "Enggak, Kak."

"Kepikiran masalah Kakak? Kalau iya, jangan dipikirin. Kakak udah enggak marah sama kamu. Kata bunda jangan musuhan lebih tiga hari, pamali. Jadi, kita baikan. Kamu jangan sedih ya?" ucap Feisya seraya menatap sang adik dan mengusap puncak kepala Cassy yang tertutupi mukena.

Cassy tersenyum kemudian memeluk sang kakak. "Makasih ya, Kak. Aku juga minta maaf."

"Iya, Adek. Jangan sedih lagi, ya? Kakak nanti ikut sedih."

"Aku usahain."

Feisya tahu pasti ada yang adiknya ini sembunyikan, tetapi mungkin Cassy belum siap bicara padanya. Jadi, biarlah jika nanti Cassy siap bercerita dia akan bercerita.

***

Ternyata benar ya kata orang, setiap kali ingin move-on pasti aja ada cobaannya. Misalnya, saat ini saja Feisya yang berniat ingin melupakan sang mantan, Aldi, tetapi dia menemukan barang yang dulu merupakan kado dari Aldi. Sebuah kotak musik yang indah dengan patung balerina yang cantik.

"Al, percaya gak dulu aku suka balet."

Aldi menyerngitkan dahinya, bingung, tetapi pada akhirnya dia mengangguk. "Percaya aja sih, tapi kenapa sekarang enggak?"

"Dulu, aku kepaksa berhenti balet dan beralih ke karate karena aku pengen jagain adik aku."

"Tapi, kamu masih suka sama dunia balet?"

Adasya [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang