27 : Cassy Adik yang Baik

944 59 9
                                    

Pada akhirnya akan ada resiko kala kita mengambil keputusan, maka dari itu pikirkan baik-baik saat kita akan mengambil sebuah keputusan.

🐣🐣🐣

"Bu Feisya!!!"

Feisya terkejut kala Aziza memeluknya erat, bahkan Aziza tak peduli dengan karyawan lain yang sudah menatapnya aneh.

"Ya ampun, Bu! Sumpah aku kangen. Ibu kemana aja? Ibu sehat, kan? Kok wajahnya agak lesuan sih, Bu? Ibu kok makin cantik? Ibu ko—"

"Aziza bisa kembali bekerja?"

Aziza tak berkutik kala mendengar suara Devon memotong ucapannya. Aziza lantas melepas pelukannya dan menatap Devon penuh rasa salah kemudian membungkukkan diri. "Maaf, Pak. Saya permisi," katanya seraya menjauh dari Feisya dan Devon.

Feisya menoleh ke arah sang ayah. "Ayah.... Enggak usah kayak gitu. Kasihan Azizanya."

"Banyak konsentrasi karyawan terganggu, Kak. Kamu udah mau kerja? Yakin?"

Feisya mengangguk. "Yakin, kok. Butik ini sebentar lagi beres, kan? Tinggal pengecatan dan penataan furniture. Aku mau proyek ini aku yang pegang lagi. Maaf juga selama ini aku sering bikin Ayah repot."

Devon tersenyum dengan kedua tangannya dimasukkan ke saku celana, sangat tampan. Devon memang tampan, visual yang luar biasa, jadi maklum jika Feisya itu cantik. "Kalau memang seperti itu, saya percayakan Anda untuk kembali memegang alih proyek ini."

Feisya ikut melebarkan senyumnya sebelum akhirnya perempuan itu memeluk sang ayah. "Makasih, Yah. Maaf kalau akhir-akhir ini aku egois."

"Enggak papa, Kak, enggak papa. Sekarang intinya kamu harus fokus lagi, ya. Jangan kecewakan client ya? Buat perusahaan kita makin dipercaya orang."

"Siap, Yah!"

Setelah acara maaf memaafkan itu, Feisya lantas segera memakai topi proyeknya, topi orange kesukaannya. "Semangat Feisya!" ujarnya sebelum dirinya bergabung dengan karyawan lain.

"Bu, maafin saya, ya. Sumpah, Bu, saya enggak maksud, kok. Saya cuman excited aja lihat Ibu ada di sini lagi." Aziza berujar demikian kala Feisya berdiri di depannya.

Feisya mengangguk. "Enggak papa, Za. Saya maklumi dan saya harap sekarang kita fokus ya. Utamakan keselamatan, prioritaskan client perusahaan."

Aziza mengangguk. "Siap, Bu!" ujarnya seraya sikap hormat.

Feisya terus saja tersenyum. Entahlah, rasanya ada hal yang membuat hormon bahagianya bergelojak. Untuk saat ini, Feisya melupakan masalahnya dengan Aldi.

"Kamu juga harus semangat buat sembuh, ya, Di."

***

"Hari ini kamu mau pulang sama aku atau sama Nathan?"

Cassy menatap pacar pertamanya, Laskar namanya. Sejujurnya, Cassy merasa bersalah pada Laskar karena sempat menduakannya, tetapi saat dia ingin mengakhiri dan mengatakan semuanya, bukannya memarahi, memutuskan dan memaki dirinya justru Laskar tersenyum sebelum akhirnya memeluk dirinya dan berkata, "Tetap sama aku, ya? Aku enggak mau kamu tinggalin. Kamu boleh sama yang lain, asal jangan lupain aku. Aku sayang kamu."

Sejak saat itu, Cassy berusaha menjadi pacar yang baik untuk Laskar. Dia selalu mengutamakan Laskar, bukannya pilih kasih, tetapi Nathan memang sibuk, maklum anak OSIS, ketua basket dan belum lagi organisasi di luar sekolah yang pria itu ikuti.

Adasya [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang