The Stranger

1.8K 85 4
                                    

Stefanie menjalani hari yang berat selama dua Minggu terakhir. Ia bekerja keras, berlatih dan belajar lebih keras.

Restoran itu telah tiba pada musim ramainya. Ditambah koki mereka baru saja merilis menu baru masakan Perancis, membuat pelanggan mereka semakin menggila. Pada hari biasa mereka melayani lima ratus tamu dalam sehari. Pada akhir pekan jumlahnya bisa menjadi dua kali lipat.

Setelah bekerja, ia harus membuat evaluasi, menghafal naskah dan latihan untuk melatih aktingnya. Banyak teknik dasar yang harus cepat dikuasai. Begitu banyak perbedaan diantara akting layar lebar yang dia pelajari dari Daniel dengan akting dalam seni teater.

Sisi baiknya, pola tidur Stefanie  mengalami kemajuan. Sekarang, dia berhasil bertahan hingga pukul empat pagi. Tetapi pada pagi harinya dia kesulitan untuk bangun ketika alarmnya berbunyi. Matanya begitu sulit untuk terbuka. Ia tak pernah lagi menggunakan bus. Memilih untuk meminta tetangga terdekatnya, seorang pria paruh baya baik hati bernama Thomas untuk mengantarnya. Dia tidak mau tertidur saat sedang berada di dalam bus.

Saat ini Stefanie membawa pesanan kepada salah satu pengunjung di meja outdoor. Melihat seorang pria yang duduk sendirian sambil menatap deretan pohon-pohon yang masih diselubungi kabut pagi. Sudah empat hari berturut-turut pria itu datang ke restoran itu dengan gaya pakaian yang sama. Celana jeans, jaket kulit hitam dengan topi baret yang membuat wajahnya tersembunyi. Wajar saja jika beberapa orang akan curiga jika melihatnya.

"Silahkan, pesanan anda tuan." Stefanie menyerahkan satu gelas kopi dan sepiring kentang goreng yang dipesan pria itu.

"Terimakasih. Kau anak yang rajin."

Pria itu tersenyum dan memuji Stefanie yang selalu mengantar pesanannya.
Stefanie membalas tersenyum sopan. Dia melakukannya karena Alina terlalu takut untuk mengantarkan pesanan. Menurutnya pria itu sangat mencurigakan dengan potensi bahaya yang bisa terjadi kapan saja. Pelayan pria sedang sibuk menurunkan bahan makanan dari truk dan Jasmine sedang sibuk membantu Catherine memeriksa laporan keuangan. Dia tidak ingin merepotkan yang lainnya, karena ini adalah pekerjaannya maka Stefanie lah yang akan maju.

Jika diperhatikan, pria itu tampak belum terlalu tua, mungkin berada di sekitar lima puluhan seperti Robert. Stefanie bisa lebih jelas melihat wajah pria itu yang sebelumnya tertutup oleh topi berwarna gelap menutupi rambut warna abu-abu kekuningan yang dipotong pendek. Mata yang menyorot cerdas yang dibatasi kerut-kerut kecil. Jaket hitam tidak dapat menyembunyikan tubuh yang masih gagah dengan wajah yang dipenuhi bakal jenggot kelabu. Stefanie yakin, dia adalah dambaan para wanita saat masih berusia muda dan wanita sebaya.

Sebagian dari diri Stefanie mengatakan pria itu tidak terlihat seperti orang untuk merencanakan sesuatu yang jahat. Sebaliknya saat dia memandang pria itu dan memperhatikan lebih teliti, ada sorot aneh di dalam matanya ketika melihat ke arah hutan, seperti... sebuah kerinduan yang tidak dapat dikatakan? Entah itu dengan tempat ini atau mungkin dengan seseorang.

Dan yang membuat Stefanie berpikir adalah pria itu hanya memesan kentang goreng dan kopi. Bukan sebuah menu sarapan yang seimbang untuk pagi hari. Apalagi setelah menerima pesanannya, pria itu hanya duduk diam sambil melihat hutan dan pegunungan hingga sekitar pukul sepuluh pagi, barulah pria itu pergi.

Dengan tangan masih membawa nampan,Stefanie bertanya pada laki-laki itu.

"Hm... Tuan, apakah tidak apa-apa jika kau hanya makan kentang goreng dan kopi setiap hari?"

Stefanie berpikir untuk menawarkan menu lain. Mungkin cemilan ringan dan kue manis akan cocok untuknya.

"Menu lainnya terlalu besar, aku tidak bisa menghabiskannya sendirian."

His Girl 🔞 Where stories live. Discover now