3.

7.2K 559 28
                                    

Teruslah cari kesempatan
Meski didalam lubang semut sekalipun!

.
.
.
.
.

"oke jadi gue minta lu beliin gue empat miniatur robot yang nanti gambarnya gue kirim ke whatsapp lu!" binar dimata afgan terlihat begitu cerah bahkan mengalahkan matahari yang siang itu bersinar begitu terang.

Kalian pikirkan! Kalian bisa mendapatkan barang yang kalian inginkan dengan gratis tanpa mengeluarkan uang sepeserpun bagaimana perasaan kalian? Senangkan? Itulah yang tengah dirasakan afgan.

"huftt...iya nanti gue beliin." ucap ilham sembari mengusak rambut halus bocah yang lebih muda 4 bulan dari dia dan agim.

Setelah mendapat jawaban dari ilham, afgan bergegas menuju pagar sekolah menanti kedatangan sang papa, langkahnya begitu riang bahkan sesekali ia akan tertawa kecil mengingat ia akan pergi menjemput adik kembarnya. Aish...afgan sudah tak sabar.

Sesampainya didepan pagar sudah terpakir sebuah mobil mewah berwarna hitam, tanpa menunggu lama afgan berlalu dan masuk kedalamnya dengan bahagia.

"papa kita langsung ke bandara aja ya? Soalnya io udah ga sabar pengen ketemu mereka." ucap afgan disertai binar mata yang tak meredup serta senyum yang merekah sangat indah.

Bayangan dirinya ketika masih kecil terlintas kembali membuat ia merasa tak sabar namun perkataan sang papa membuatnya merasa kesal, apakah papanya tak tau jika ia sangat merindukan adik kembarnya bahkan dikelas pun ia tak bisa fokus belajar.

"kita pulang dulu, soalnya baby io harus ganti baju dan makan siang. Masih ada waktu satu jam sebelum mereka tiba." candra mengelus surai sang putra dengan lembut meski sesekali ia harus menatap kedepan takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan.

Rasa tak sabar sudah merasuki hatinya sejak pagi tadi dan papanya mengatakan harus pulang berganti baju lalu makan siang sebelum menjemput? Rasanya ia tak mampu, karena rasa rindunya sudah sangat membuncah didada.

"ga papa kok, kita langsung ke bandara aja ya pa. Aku udah ga sabar banget." afgan merengek meminta sang papa segera mengantarnya menuju bandara, bahkan air wajahnya tampak sangat menggemaskan untuk siapa saja yang melihatnya secara langsung.

"jika kamu ga nurut kita ga akan ngajak kamu buat jemput si kembar dibandara nanti, biar kamu dirumah sendirian terus dibawa setan." ucap sang papa dengan wajah serius membuat afgan takut jika benar-benar akan ditinggalkan dan dibawa hantu jika tak mau menurut pada sang papa.

"baiklah tapi jangan tinggalin io dirumah sendirian, io takut nanti dibawa setan!" ungkap afgan dengan ekspresi takutnya yang terlihat begitu menggemaskan.

******

Setibanya didepan mansion, afgan segera membuka pintu mobil meninggalkan sang papa dan berlari menuju pintu mansion, belum sempat ia menyentuh gagang pintu namun pintu tersebut sudah terbuka menampilkan sang mama yang berdiri sambil berkacak pinggang.

"kenapa lari-larian, nanti kalau jatuh gimana?" tanya sang mama sembari menggenggam tangan afgan masuk kedalam rumah, sungguh persis seperti anak kecil.

Setelah berganti baju dan makan siang. Disinilah ia berada, dibandara menanti adik kembarnya dan berdiri diapit kedua orang tuanya bahkan tangannya digenggam keduanya seperti anak tk yang takut akan hilang jika dilepaskan namun ia tak perduli karena sudah terlanjur semangat untuk menunggu adik kembarnya datang.

Tak lama dari kejauhan tampak dua orang pemuda dengan wajah tampan yang sama sembari menyeret dua buah koper menuju arah afgan dan keluarga berada.

Setibanya dua pemuda tersebut didepan afgan mereka menatap afgan intens. Sedangkan yang ditatap masih menatap sekelilingnya tanpa menyadari kedua pemuda didepannya, afgan masih sibuk mencari kedua adik kembarnya yang tak kunjung datang.

"ekhem.." suara deheman yang terdengar dekat dengannya mengalihkan atensi afgan kearah dua pemuda didepannya yang begitu tinggi, bahkan tinggi dirinya hanya sebatas bahu kedua pemuda tersebut.

"iya ada apa?" tanya afgan dengan polos bahkan ia harus mendongak untuk menatap orang didepannya.

"kau tak mengenal kami baby?" salah satu pemuda didepannya bertanya dengan pandangan yang mengimintidasi serta jangan lupakan raut wajah yang datar itu.

"ha?" afgan merasa bingung dengan dua orang didepannya yang tidak ia kenal dan apalagi tadi mereka memanggilnya baby.

"kau melupakan kami baby?" tanya satu pemuda lagi.

Mendengar pertanyaan yang sama dari orang yang berbeda membuat afgan kebingungan, apalagi jelas ia tak mengenal keduanya.

"emangnya kalian siapa? Aku disini lagi nungguin adik kembar aku loh, aku kangen banget sama mereka!"

Dua orang pemuda didepan afgan dengan setia mendengar cerocosan afgan yang tak ada hentinya namun mereka merasa bahagia bahwa sosok yang mereka nantikan untuk bertemu juga merindukan mereka, akan tetapi apakah benar dia adalah kakak mereka? Jika dilihat dari postur tubuh dan wajahnya justru terlihat seperti adik mereka.

"aku udah nungguin mereka daritadi tapi mereka ga dateng-dateng, padahal aku ma-" ucapan afgan terhenti ketika bibirnya ditutup sang mama dengan tangannya, karna jika tidak maka entah sampai kapan mereka akan dibandara bahkan sedari tadi mereka sudah menjadi tatapan orang-orang.

"baby io diem dulu ya? Biarin mereka ngomong dulu oke?" tanya sang mama yang dibalas anggukan afgan, setelahnya barulah sang mama melepaskan tangannya.

"baiklah sepertinya kau melupakan kami, jadi mari kita berkenalan dulu, aku Arkara Hermanlio Fernandes."

"dan aku adalah Araka Hermanlio Fernandes, jadi apakah kau sudah ingat?" tanya raka sembari menampilkan senyum tipisnya.

"itukan nama adik kembar aku, tapi.... masa sih? Ga mungkin ah adik aku kan gemoy terus pipinya chubby. kalian ga sesuai sama adik aku, udah gitu kalian lebih tinggi lagi daripada aku." ungkap afgan setelah meneliti dua sosok dihadapannya dari atas hingga bawah.

Sungguh afgan ragu dengan dua sosok dihadapannya yang mengaku adik kembarnya, dilihat dari rahangnya yang tegas serta hidung mancung dan tatapan mata yang tajam tak lupa badannya yang menjulang tinggi membuatnya ragu.

'apakah benar mereka adik kembarku? Tapi mengapa mereka harus lebih tinggi daripada aku? Sungguh ini tak adil! Aku justru seperti adik mereka bukan kakak mereka, huft... ' batin afgan meggerutu.

Memang selama ini ia tak pernah berjumpa adik kembarnya meski hanya melalui video call atau telepon pun mereka tak pernah, karna mereka selalu menolak sedari dulu dan hanya bisa berbalas chat. Jadi ia hanya mengingat masa kecilnya ketika masih bermain dengan si kembar sebelum mereka ikut sang opa ke jepang.

"sudahlah kita pulang dulu baru kita kasih pengertian ke baby io!" ucap sang papa yang segera menggendong anak tengahnya menuju parkiran mobil.

Didalam mobil afgan masih saja terus mengoceh bagai radio yang baru diganti baterai namun lama kelamaan ia merasa kantuk dan tertidur sembari memeluk sang mama disampingnya.

.
.
.
.
.
.
.
TBC

AfganWhere stories live. Discover now