13.

1.2K 67 3
                                    

Entah harus berapa lama lagi afgan harus menetap didalam bangunan putih dengan bau obat-obatan yang sangat menyengat ini, sungguh ia sudah merasa bosan dan muak berada didalam tempat yang selalu berhasil membuatnya bagai berada didalam penjara tanpa diketahui.

Baru saja ia menyelesaikan latihan berjalannya bersama dokter fahmi dan raka yang hari ini memilih menunggunya, dan sekarang ia tengah duduk diam di taman yang sekarang menjadi tempatnya untuk beristirahat setelah latihan sambil mengamati sekitarnya yang lumayan ramai.

Pandangan mata afgan jatuh pada seseorang yang memakai pakaian dan penutup kepala berwarna hitam, tak ingin ambil pusing ia memilih mengalihkan perhatiannya pada anak kecil yang tengah bermain tak jauh dari tempatnya duduk.

"hai anak manis." panggilan dari seseorang yang tak ia sadari kedatangannya berhasil mengalihkan pikirannya yang tengah berkelana.

"maaf paman siapa?" perasaan afgan menjadi was-was menatap pria yang kini duduk disampingnya dengan tenang.

"tenanglah paman bukan orang jahat, paman hanya ingin mengobrol sebentar denganmu karena sepertinya kau kesepian." ucapan pria misterius itu berhasil mengejutkan afgan karena memang benar apa yang dikatakan pria itu tentunya.

"bagaimana paman bisa tau?" tanya afgan penasaran tentu saja, apakah terlalu kentara sekali tatapannya?

"tentu saja paman bisa melihatnya walaupun kau tak mengatakannya." ucap pria itu dengan santai mengabaikan tatapan penuh tanya yang dilayangkan afgan padanya.

"boleh paman tau siapa namamu?" tanya pria itu mengangkat tangannya hendak mengajak berjabat tangan sebagai bentuk salam perkenalan.

Dengan ragu afgan menjabat tangan pria yang ia tak kenal. "aku afgan, paman siapa?"

"panggil aku paman jk saja." ucap pria yang mengatakan namanya jk menatap gemas wajah afgan yang masih penasaran dengan nama aslinya.

"paman jk? Karena paman tak ingin memberitahukan nama paman yang sebenarnya maka aku setuju memanggilmu paman jk." setuju afgan karena ia merasa nyaman meskipun masih cukup penasaran nama sesungguhnya dari pria itu.

"good boy. Apakah kau mau permen?" tawar jk mengeluarkan beberapa bungkus permen dari saku jaket denim yang ia kenakan.

Menatap penuh minat pada beberapa bungkus permen dengan beberapa perasa membuatnya ingin mencicipinya namun bagaimana jika nanti ia ketahuan dan dimarahi?

"boleh? Tapi aku takut nanti dimarahi papa dan mama." keluh afgan yang ketakutan akan kemarahan kedua orang tuanya nantinya jika ia melanggar perintah mereka untuk mengurangi makan makanan manis.

"tak apa sesekali memakan makanan manis agar kau semakin manis tentunya." rayu jk mendekatkan bungkusan permen lebih dekat dengan afgan yang menatap penuh minat.

"enak saja aku tampan asal paman tau." rasa kekesalan afgan menguap ketika mulutnya merasakan rasa manis dari permen yang baru saja masuk kedalam mulutnya yang di sebabkan pria didepannya tanpa meminta persetujuannya.

"baiklah kau tampan, puas?" tanya jk menatap gemas pemuda yang sekarang asik menyesap rasa manis permen dimulutnya yang tadinya menolak dengan alasan takut dimarahi.

"besok temui paman disini lagi dan paman akan membawakan banyak permen untuk kamu."

*****

Dilain tempat agim dan ilham tengah menunggu orang tua mereka yang tak kunjung keluar dari dalam ruang konseling dengan santai sambil sesekali meniup permen karet dimulutnya sesekali mengamati objek yang membuatnya ingin tertawa kencang..

Tak lama pintu terbuka menampilkan kedua wanita dengan balutan pakaian mewah menatap kesal putra mereka yang kelewat santai setelah membuat ulah.

"agim bisa-bisanya kamu membuat kenakalan lagi ya? Berapa kali mama harus ngasih tau kamu hmm?" gemas wanita yang memakai dress warna kuning cerah dengan tas branded di tangan kirinya sedangkan tangan kanannya menjewer pelan telinga putra satu-satunya.

"a..aduh mama sakit, lepasin kuping agim dong." melas agim yang tak dihiraukan sambil menariknya menuju mobilnya terparkir.

"ngga akan, kamu ini kalo dibilangin iya-iya besok diulangin lagi." kesalnya menatap putra semata wayangnya yang sangat ia sayangi.

"ish mama gimana nanti kalo kuping anak mama yang ganteng ini putus?"

"gampang tinggal mama lem aja nanti juga nempel lagi." jawaban kelewat santai dari sang mama membuat agim cemberut dan pasrah mengikuti langkah sang mama yang akan membawanya pulang.

'punya mama gini amat galaknya kaya macan!' dengus agim menatap kesal kearah sang mama yang masih menarik telinganya.

Setelah kepergian agim dan sang mama kini tinggal ilham dan tentunya bersama kanjeng ratunya yang sudah siap mengeluarkan tanduknya.

"kamu juga kenapa bandel banget sih ilham, mau kamu mama kirim biar di didik sama kakek saja?" tanya wanita yang memakai pakaian kantor sambil berkacak pinggang menatap putra bungsunya yang kelewat aktif dengan segala kenakalan dan kejahilannya.

"jangan dong ma, nanti kalo mama ngirim aku kesana mama ga bakal bisa ketemu aku yang gantengnya ngalahin papa setiap hari loh." ungkap ilham menyugar rambut hitam legamnya dengan jemari tangannya.

"bisa-bisanya ya kamu dikasih tau malah ngejawab terus." kesal wanita itu menarik tangan anak bungsunya untuk pulang kerumah tak lupa sambil mengomel sepanjang jalan karena kenakalan putranya sehingga membuatnya harus bolak balik ke sekolah untuk mendengar aduan kenakalan putranya bersama anak sahabatnya.

"mau kamu mama kutuk jadi tuyul terus mama suruh nyari duit ha?" kesalnya menghadapi putranya yang kelewat nakal.

"enak aja masa anak seganteng aku dijadiin tuyul mending jadi pangeran berkuda putih." usul ilham menatap sang mama dengan berbinar.

"udahlah mama pusing ngadepin kamu ham." lelah wanita itu yang nasehatnya hanya masuk telinga kanan kemudian keluar telinga kiri dam esok harinya akan mengulangi kembali.

"ayo dong ma kutuk aku jadi pangeran berkuda putih." rengek ilham yang tak dihiraukan sang mama yang kelewat lelah dan pusing menghadapi putranya sendiri.

"sudah diam dan pulang."

Tanpa mereka sadari ada sesosok pria yang duduk menenggelamkan wajahnya diantara lututnya menghadap kearah taman sekolah yang akan tampak cantik di sore hari. yah hari sudah cukup sore karena kedua wanita yang menjadi wali agim dan ilham datang sangat terlambat, entah apakah masih bisa dibilang terlambat jika mereka tiba saat bel pertanda jam pulang berbunyi.

Pria itu masih setia terdiam dalam lamunanya kemudian tanpa diduga pria itu menangis sambil mengelap ingusnya di lengan kemejanya sendiri.

"kenapa bu mawar hiks.. tega banget hiks... selingkuhin saya hiks...padahal saya kan hiks... cinta banget sama bu mawar." isak pak guntur yang memang sudah berada disana sejak jam pulang telah berdering sekitar sepuluh menitan dan setelah mengamati sekitarnya yang ia rasa aman dan sepi padahal ada agim serta ilham yang sedari tadi menatap kearahnya dengan menahan tawa.

"BU MAWAR TEGA HIKS!" teriak pak guntur sebelum berlari menuju mobilnya untuk pulang.

.
.
.
.
.
.

Ada yang suka menyendiri ketika sedang sedih atau marah? Kalo ada berarti kita sama.

Gimana nih partnya ada yang penasaran sama paman jk?

Jangan lupa vote dan comment.

Papay

AfganWhere stories live. Discover now