8.

2.5K 172 6
                                    

Selesai pembelajaran kini ketiganya tengah menuju kantin dengan afgan berada ditengah keduanya, jangan lupakan genggaman dikedua tangan afgan yang dilakukan kedua adiknya. Banyak siswa/i yang melihat pemandangan itu dengan tatapan geli, bahkan ada beberapa yang tertawa membuatnya benar-benar merasa malu.

Setibanya dikantin ia duduk diantara kedua adiknya, ia tadi ingin pergi memesan namun kedua adiknya melarangnya dan justru menyuruh salah satu murid disana untuk membelikan makanan mereka bertiga.

"i.. Ini kak makanannya." seorang siswa yang menggunakan kacamata itu meletakkan nampan berisi tiga buah nasi goreng dengan dua jus jeruk dan satu gelas susu rasa vanila.

"lo boleh pergi!" ucap arka tanpa menatap siswa tadi ia hanya terfokus memberikan nasi goreng dan susu kepada kakaknya yang memandangnya dengan tatapan polos.

"ini susu buat siapa?" afgan bertanya bingung ketika susu itu mendarat diantara ia dan raka disamping kirinya.

"buat baby, sekarang makan dan minum susu kamu!" raka menatap kakaknya dengan tatapan menuntut agar pemuda itu tak lagi banyak bertanya dan segera menghabiskan makanannya.

Afgan memakan nasi goreng didepannya perlahan, matanya mengedar mengamati seisi kantin mencari kedua sosok sahabat yang sejak bel istirahat berbunyi sudah menghilang entah kemana.

"cari siapa baby?" arka mengikuti arah pandang kakaknya yang tak tentu arah seolah tengah mencari seseorang.

Mengalihkan perhatian dari seisi kantin, afgan menatap adiknya yang kini juga tengah menatapnya dalam. Afgan meneguk ludah gugup merasakan tatapan tajam itu menghunus matanya, ia takut sekarang.

"apakah kau mencari kedua teman nakalmu itu?" pertanyaan retoris dari raka membuat afgan sulit menelan air liurnya sendiri.

Perhatian afgan kini hanya tertuju kearah sepiring nasi goreng yang baru ia makan beberapa suap, nafsu makannya menghilang begitu saja. Ia tak suka ketika kedua sahabat baiknya dianggap nakal oleh adik kembarnya meskipun terkadang kedua sahabatnya suka berbuat jahil terhadap dirinya.

"mulai sekarang, kau tidak kami perbolehkan untuk berteman dengan siapapun disini." suara rendah arka menusuk indra pendengaran afgan.

Mata yang menatap sepiring nasi goreng itu mulai berembun, sebentar lagi air mata akan mengalir jika ia mengedipkan matanya. Hatinya menjerit tak terima ketika keputusan sepihak dilayangkan oleh kedua adik kembarnya namun seakan ia tak memiliki hak sekarang karna kedua adik kembarnya memiliki dukungan keluarga besarnya.

"bisakah kau menuruti keinginan kami baby?" tambah raka berbisik tajam disisi lain afgan.

Menganggukkan kepala sekali pertanda ia menyetujui itu dengan terpaksa, bibirnya mengukir senyum pahit mengingat kebersamaan antara dirinya dan kedua sahabatnya yang sudah terjalin lama. Rasa sakit menyerang dadanya ketika harus berjauhan dari semua teman baiknya.

Pandangan afgan mengarah kepada kedua adik kembarnya bergantian dengan tatapan rumit, mengapa mereka bisa bertindak sejauh ini? Mengapa mereka harus memintaku menjauhi semua orang yang aku sayang? Itulah pikiran afgan sekarang.

"sekarang habiskan makan siangmu atau kau akan mendapatkan hukuman yang manis baby!" ucapan sarat akan ancaman berhasil membuat tangan afgan yang bergetar memasukkan sesendok nasi goreng kemulutnya, entah mengapa rasa nasi goreng yang  biasanya nikmat kini terasa hambar.

Tukk...

Sebuah botol berisi obat diletakkan didepan afgan membuat pemuda yang masih sibuk memakan nasi goreng dengan pikiran bercabang itu terhenyak sejenak merasa cukup terkejut.

"jangan lupa minum obatmu baby!" ucap arka mengambil satu dari banyaknya bulir obat didalam satu buah botol lalu menyodorkan kearah afgan yang bergeming.

Menatap obat dalam bentuk pil berwarna putih dengan pandangan kosong, ia tau apa efek samping obat itu. Ia akan merasakan kantuk yang sangat berat hingga ia akan kesulitan mempertahankan kesadarannya lalu ketika bangun tangannya akan terdapat bekas memerah dan bengkak.

Pandangan afgan masih terarah kearah obat yang belum jua ia ambil dari tangan arka, ia tak suka meminum obat itu jikalau kebiasaan kesulitan untuk terbangun diwaktu sore hari masih melekat pada dirinya meskipun telah meminum obat itu. Ia merasa skeptis jika bisa sembuh dari penyakit yang entah disebut apa dengan obat berwarna putih itu, ia selalu takut ketika diminta untuk tidur dan tak bisa terbangun lagi.

"minum obatmu baby." suara penuh penekanan membuat tangan penuh keringat dingin itu mengambil sebuah benda berbentuk bulat dengan rasa pahit yang hebat lalu meminumnya dengan bantuan air putih.

Perlahan pandangan mata afgan memberat, ia mencoba menahan kesadarannya sendiri yang perlahan mulai menghilang. Ia tak suka tidur! Pikirannya terus memberikan intuisi untuk terus terjaga namun dalam waktu sepuluh detik semuanya mengabur lalu menghitam.

Dengan sigap raka menahan tubuh kakak kembarnya yang tertidur lalu membopong tubuh kecil itu dan membawanya kesuatu tempat yang sudah dipersiapkan keluarganya, matanya terus tertuju pada wajah lelap yang begitu damai milik kakaknya.

"kuharap kau segera sembuh...kak." lirih arka berjalan disamping raka yang membopong tubuh kakak kecilnya menuju parkiran lalu melajukan dengan kecepatan sedang ketempat tujuannya.

.
.
.
.
.
.
TBC

udah update nih guys,
jangan lupa vote dan comment.
Sampai jumpa di part selanjutnya
Papay

AfganWhere stories live. Discover now