BL || Chapter 07

375 115 47
                                    

HAPPY READING🍁

Gue selalu salah dimata orang apalagi dimata kedua orang tua gue, padahal mereka tidak tau sebenarnya yang terjadi.”

****

Ruangan yang selalu ditakuti masuk oleh anak-anak baik nan pintar, sedangkan bagi anak brandal ruang ini tempat ternyaman untuk berdebat.

Barang-barang tertata rapi diatas meja, seorang pria paruh baya memainkan penggaris.

Pintu ruang terketuk kemudian pria paruh baya itu langsung menyuruh masuk orang yang mengetuk pintu tadi. Namun tu orang kagak masuk-masuk banjir! Bikin emosi ngab.

Tok .. tok ..

"Masuk!" perintah paruh baya.

Tok ... tok ...

"Masuk woi! Jangan bikin gue darah rendah!" teriaknya sedikit emosi.

Tok ... tok ... tok

"Siapa sih Lo? Nggetuk pintu mulu! Gue udah bilang masuk! Emang lu kira tik tok!" ucap paruh baya tersebut. Sekali lagi gue bangal!

Tok ... tok ... tok

Cklek!

Pintu terbuka menampilkan seorang gadis. "Paket! Ahsiap!"

Gadis itu sedikit bergoyang-goyang tanpa malu! Saat pintu terbuka, pria paruh baya itu melempar penghapusan mengenai kening gadis itu.

"Ihs bapak legen! Kening Vanya sakit tau." Vanya mengusap kening.

Bapak Regen mengelus dada sabar. Punya murid kok aneh! Atau jangan-jangan muridnya satu ini punya kepribadian ganda. Kadang sangar, kadang bego, kadang-kadang bikin malu.

"Sana ke rumah sakit, nanti saya yang membiayai kamu," ujar bapak Regen.
Vanya duduk di kursi menghadap guru BK.

"Siapa yang nyuruh kamu duduk?" tanya galak bapak Regen. Vanya mengelengkan kepala pelan. "Enggak ada pak."

"Silahkan duduk," sambung Bapak Regen. Rasanya Vanya ingin mencekek orang yang dihadapannya.

Bapak Regen terkekeh kecil, dia jarang menjahili murid satunya ini. Bahkan sebaliknya dia yang sering dijahili.

"Kenapa bapak manggil saya? Butuh duit pak? Main uno aja pak," seloroh Vanya. Bapak Regen geleng-geleng.

"Duit saya. Kemarin malam Jumat saya habis ngepet," balas bapak Regen.

"Bapak bohong, ya?" tuding Vanya. Dia tak percaya jika gurunya ngepet, takutnya yang jadi babinya bapak Regen lalu dia salah sasaran harusnya ngambil duit, eh malah ngambil bangkai ikan kan enggak lucu!

"Enggak bohong kok, mau saya tujukan?" ucap bapak Regen. Vanya mengiyakan.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BAD LIFEWhere stories live. Discover now