BL || Chapter 18

213 43 9
                                    

HAPPY READING 🍁

Typo bertebaran

Maaf jika tidak sesuai dengan ekspektasi kawan:)

“Perubahan sikap perilaku seorang itu wajar. Bisa jadi mereka memanipulasi sikap mereka, agar orang-orang tidak ingin tau sifat dan sikap asli mereka.”

****

Motor hitam berhenti di depan gerbang rumah yang megah. Altair membunyikan klakson motor. Seorang pria paruh baya memakai baju satpam. Ia berlari tergesa-gesa lalu membukakan pintu gerbang.

Vanya turun dari motor, Altair memarkirkan kendaraannya di garasi. Altair turun dari motor, ia menghampiri Vanya dengan wajah datar.

"Kenapa lo enggak masuk?" tanya Altair dingin.

Vanya mengerutkan dahi, kenapa patung tai berjalan jadi dingin lagi? tanya batin Vanya.

Vanya mengaruk tengkuknya. "Enggak sopan kalau masuk langsung, yang punya rumah aja belum masuk masa gue sebagai ratu kerajaan, mampir ke gubuk nyelonong duluan."

"Matamu gubuk!" umpat Altair.

"Dua mata saya, hidung saya satu. Dua kaki saya pakai sepatu baru. Dua telinga saya yang kiri dan kanan. Satu mulut saya, tidak berhenti-"

"Bacot. Dasar gila," sahut Altair. Dia membuka pintu lalu masuk kedalam, saat Vanya ingin masuk Altair menutup pintu mengakibatkan kening Vanya terbentur.

Vanya memayunkan bibirnya. Dia mengusap jidatnya yang terbentur. Vanya sedikit mengintip dari lubang pintu. Tubuh Vanya ambruk seketika saat pintu terbuka.

"Lo ngapain tiduran disitu?" tanya Altair saat membuka pintu.

"Matamu tiduran! Gue jatuh gara-gara lo babi!" sahut Vanya ngegas. Altair tertawa terbahak-bahak. Bukannya membantu, dia memberikan kain.

"Sebelum masuk harap bersihkan kaki. Kerajaan gue anti bakteri, jadi lo sebagai parasit harap pergi dari muka bumi."

Vanya berdiri dia melempar kain tadi ke wajah Altair. Tanpa mereka ketahui dua orang menyaksikan Vanya dan Altair.

"Ayo masuk! Gue mandi dulu setelah itu baru lo," ujar Altair yang sudah menaiki anak tangga.

"Ada yang bisa bibi bantu non?"

Suara itu mengakaget kan Vanya. Vanya mengelengkan kepala. Orang tersebut mempersilahkan Vanya duduk. Vanya mengelengkan kepala, pakainya basah kuyup, tidak mungkin ia duduk.

"Non temennya den Arthur?" tanya wanita itu. Vanya bingung, Arthur siapa? Dia taunya miniatur.

"Maksud bik Siti, Altair Arthur," sahut seorang pria paruh baya yang masih terlihat tampan.

Vanya menoleh kebelakang. Mulutnya mengangga. Matanya tak berkedip sebab terpana ketampanan sang pria paruh baya.

"Anjir gue ketemu sugar daddy. Dia siapa, ya? Gue embat boleh enggak, ya? Jangan deh kayaknya udah punya pawang," batin Vanya.

"Ehm, kamu pacarnya Arthur?" tanya pria paruh baya.

"Bukan om. Saya majikannya patung tai berjalan," ucap Vanya spontan. Vanya menutup mulutnya. Yang imagenya jelek didepan om-om, harapan untuk jadi sugar baby langsung sirna.

"Kamu gaji berapa?"

"lima ratus perak om, kerja dia lelet."

"Gajinya sedikit."

BAD LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang