BAB 9

48.8K 8.5K 563
                                    

-o0o-

•Anti-Male Transmigration•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Anti-Male Transmigration•

Aristia dan Altair sudah pulang ke Mansion. Aristia yang memakai kaos hitam dan celana panjang menuruni tangga untuk mengambil wortel.

Setelah sampai di dapur, Kepala Pelayan Oky yang melihat Nona Aristia langsung menghampirinya.
"Apa Nona membutuhkan sesuatu?" Tanya sopan Kepala Pelayan OKy.

"Tiga buah wortel dan jus asparagus kirimkan tiap malam ke kamarku." Aristia langsung berbalik. Kepala Pelayan Oky bingung karena Nonanya dulu sangat membenci sayur. Tapi, Ia juga bersyukur Nonanya sudah mau mengonsumsi sayur.

Aristia ingin menaiki tangga menuju lantai tangga tapi terhenti karena melihat Ayahnya di ruang Keluarga.

"Ayah?"

Ayah Aristia tersenyum, masih dengan penampilan andalannya hanya memakai celana jeans pendek dan kaos.

"Oh putriku yang malang." Aristia yang sudah cukup terbiasa dengan panggilan itu hanya bisa menghela napas.

"Apa Ayah sibuk?" Aristia melihat Ayahnya yang sedang menyulam.

"Ya. Aku sibuk bernapas. Kenapa?" Ayah Aristia meletakkan sulamannya.

"Kau tidak lupa kan sebentar lagi hari ulang tahun Ibumu?"

Aristia menaikkan alisnya. "Aku melupakannya." Ucap datar Aristia.

Ayah Aristia menghela napas, "Kau dan Ibumu sebenarnya ada masalah apa?"

Aristia tetap diam, "Apa Ayah mencintai wanita yang melahirkanku?"

"Tentu saja. Dia adalah cinta pertamaku, saat aku menikahi Ibumu aku sudah berjanji sehidup semati dengannya." Ucap bangga Ayah Aristia.

"Ayahmu sangat malang Qisya." Ucap Aristia di dalam hati.

"Jika Ibu selingkuh apa yang akan Ayah lakukan?"

Ayah Aristia langsung berwajah datar dan serius. Aristia yang melihat perubahan mimik Ayahnya langsung berdiri, "Lupakan ucapanku. Selamat malam." Aristia melangkah pergi menuju lantai tiga.

Saat sampai di depan kamar, Aristia melihat Altair dengan kemeja yang tiga kancing atas terbuka dan celana panjang. Aristia melihat Altair membawa nampan yang berisi pesanannya tadi.

Aristia menggendong Zev seperti menggendong bayi, "Kau sangat bersemangat ingin tidur bersamaku Altair." Aristia terkekeh lalu membuka pintunya. Aristia dan Altair memasuki kamar Aristia.

Noel yang melihat itu, Ia mengepalkan tangannya dan turun lagi menuju kamarnya.

"Letakkan di meja balkon." Suruh Aristia dan Altair hanya menurut. Aristia menurunkan Zev di kursi sebelahnya.

"Berapa lama kau menunggu di depan?" Tanya Aristia mengambil wortelnya. "Hanya 10 menit, Aristia."Jawab Altair dengan sedikit malu-malu.

"Apa kau dan Zev sudah makan malam?" Altair mendongak dan mengangguk.

"Aristia?"

"Hm?"

"Sejak kapan Aristia suka sayur?" Aristia yang mendengar itu langsung melahap habis dua wortel lainnya.

"Sejak aku bangun dari Rumah Sakit."

"Apa kepala Aristia masih sakit?" Altair bertanya dengan khawatir.

"Tidak." Aristia menjawab dengan seadanya lalu meminum jusnya. Setelah meneguk habis jusnya, Aristia berdiri menuju pembatas balkon menatap bulan.

"Jika aku memiliki anak laki-laki nanti aku akan menamainya Chandra tapi jika perempuan aku akan menamainya Shandra." Ucap Aristia membuat Altair mengerutkan dahi.

"Bukankah kedua nama itu hampir sama?"

"Ya. Artinya juga sama yaitu bulan." Aristia terkekeh, Ia mengingat dulu sebelum menjadi rival dengan Leo. Ia pernah berbicara seperti ini saat di pinggir pantai menikmati langit malam dengan gemerlap cahayanya.

"Mau aku ceritakan sebuah kisah?" Aristia menoleh kearah Altair.

"Ya. Aku mau." Altair mengangguk.

Aristia duduk di tepi ranjangnya dan Altair yang duduk di sebelah Aristia. Sedangkan Zev yang sudah tidur di kursi.

"Ada seorang gadis ambisius, Ia tidak mempunyai teman. Suatu saat, Ia bertemu dengan seorang anak laki-laki seumurannya. Mereka berkenalan dan menjadi dekat. Mereka menghabiskan waktu bersama, sekolah yang sama, warna kesukaan yang sama, mengetahui hal kesukaan masing-masing. Saat keduanya beranjak dewasa, si gadis memiliki perasaan pada teman laki-lakinya. Tapi, teman laki-lakinya tidak menyukai si gadis. Lalu, si gadis melihat teman laki-lakinya berciuman dengan teman dekat si gadis. Ia kecewa dan sakit hati. Apalagi ditambah memanasnya dua kubu keluarga, membuat si gadis bersemangat menjatuhkan keluarga si laki-laki. Dan keluarga si laki-laki sempat terjatuh membuat si laki-laki marah. Hingga si gadis dan si laki-laki menjadi rival walaupun marga mereka sama."

"Mereka bersaudara?"

"Ya. Saudara jauh."

"Apa si gadis masih menyukai laki-laki itu?" Tanya Altair membuat Aristia terdiam.

"Tidak." Tahu" Aristia merebahkan tubuhnya. Menatap langit-langit mengingat Leo yang sudah berubah menjadi lebih dewasa dan kelicikannya yang meningkat.

"Tidurlah Alta." Aristia membelakangi Altair. Altair langsung merebahkan tubuhnya dan memeluk Aristia dari belakang.

"Apa yang kau lakukan?" Aristia menoleh ke belakang.

"Hanya menjalankan tugas suami menghangatkan Istrinya." Altair memejamkan matanya, Ia merasa sakit hati mendengar kisah yang dibicarakan Aristia, Ia melihat dengan jelas dari pancaran matanya bahwa Aristia menceritakan dirinya sendiri.

"Baiklah." Aristia tidak memejamkan matanya, bertemu dengan Leo kemarin sedikit membuatnya teringat kenangannya dulu.

Sedangkan Altair menghapus diam-diam air matanya.

Di tempat lain. Leo sedang menghabiskan rokoknya. Menunggu suruhannya datang.

"Tuan Leo?"

"Katakan." Leo menginjak putung rokoknya yang tinggal sedikit.

"Kami menemukan tubuh Nona Grana." Leo yang mendengar itu langsung berdiri.

"Aku akan ke Negara Tengah. Rahasiakan dari publik. Kau yang mengurusi kerjasamaku dengan Keluarga Cakrabuana."

"Tapi-"

Terlambat Leo sudah mengambil jasnya berlari keluar. "Grana aku datang, rival dan cinta pertamamu."

Bersambung...

-Terima kasih untuk orang-orang baik yang sudah vote, comment, follow, dan share🐣-

Anti-Male Transmigration ✓Where stories live. Discover now