Sabtu

3.4K 596 306
                                    

Sekedar informasi, cerita ini 60% based on true story, 40% fiksi.

C kepada chapter ini:

⚠️ A bit misgendering!

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

⚠️ A bit misgendering!

Major Papa Doy dan Injun!

Happy reading!

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Pagi itu di hari Sabtu, Doyoung langsung mengantar Injun ke rumah orang tuanya. Bagaimanapun, kerja kelompok putranya dimulai masih pukul 9 nanti. Mau tidak mau, Doyoung harus meminta tolong pada bapak untuk mengantar Injun.

Sebenarnya tidak enak juga sih, masa harus menyuruh bapak sendiri. Tapi kebalikannya, bapak malah merasa senang. Bahkan kata mama, sejak semalam bapak sudah siap-siap pilih kemeja buat mengantar Injun.

Memang ya, kalau kata orang, kakek nenek itu punya sisi lembut sendiri kalau sudah menyangkut tentang cucu.

"Injun, papa berangkat dulu, ya?"

Injun mengangguk sambil memberikan jempolnya. Bocah 9 tahun itu asik main ikan-ikanan di komputer milik tantenya yang masih belum pulang setelah sekian bulan.

Doyoung menoleh ke arah dapur, mama dan bapak ada di sana. Dirinya jadi berpikir-pikir untuk memberitahu mereka tentang undangan mami, tapi ragu juga.

Ah, sebenarnya tidak apa-apa, kan?

Meskipun pada akhirnya Doyoung melangkahkan kaki lagi ke sana.

"Loh? Belum berangkat, mas?" Tanya bapak sembari menyeruput kopi.

"Udah pamitan balik lagi. Ada yang ketinggalan?"

Doyoung menggeleng, memberi respon negatif untuk kedua pertanyaan orang tuanya.

Begitu, sempatnya papa beranak satu itu duduk di kursi meja makan.

"Pak, ma," panggil Doyoung.

Bapak dan mama jadi otomatis meninggalkan pekerjaan mereka, fokus sepenuhnya pada anak sulung mereka yang agaknya punya sesuatu untuk dibicarakan.

"Sebenernya beberapa hari lalu maminya Mas Il telepon Doy, minta biar Injun diantar ke sama," Doyoung membuka percakapan.

Ah, semoga saja ia tidak terlambat kerja.

"Memang salah Doy juga sih, udah lama Injun nggak mas anter ke rumah oma opanya."

Bapak dan mama mengangguk-angguk.

"Terus masalahnya apa?"

Doyoung menggembungkan pipi gembilnya, tampak menggemaskan. Tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengagumi itu.

"Kan maminya Mas Il minta Injun dianter sekarang, tapi karena Injun ada kerja kelompok...harusnya gak bisa, kan?"

"Heem, terus?"

MAS IL [Ilyoung]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt