18

56 11 0
                                    

"Nes." Rey memanggil nama Nesya kembali membuat Nesya menengok kearahnya dan mengerutkan keningnya. Rey kesal setengah mati—gini rasanya mengode seseorang yang tidak peka.

Sepertinya Rey ngga ngaca nih wk.

"Kalian tau hutan Devil's Tramping?" tanya Nesya kepada semua orang didalam ruangan tersebut, mengabaikan Rey yang sedari tadi berusaha mengode sesuatu kepadanya—sejujurnya ia peka. Semua orang didalam tersebut mengerutkan keningnya, termasuk Rey.

"Wait, itu bukannya hutan yang katanya rawan ya?"

Nesya mengerutkan keningnya kala mendengar kata tersebut.

"Itu hutan yang ngelewatin jalan path of destruction?" Tambah Aurel, Nesya mengangguk—sejak kapan disana rawan.

"Rawan?"

"Iya, gue denger-denger katanya dijalan itu banyak begal dan nggak banyak orang bilang kalo kita pergi kesana kita nggak bakal bisa pulang dengan selamat—atau kata lain, hilang."

"Semacam penculikan gitu?"
___________

Celly sedari tadi melamun memikirkan sesuatu, walaupun ia melamun tapi ia masih tetap mendengarkan pembicaraan teman-temannya.

"Tunggu, lu tadi bilang apa? Jalan path of destruction?" tanya Celly yang dijawab anggukan oleh Aurel.

"Kayaknya gua pernah lewatin jalan itu deh," ujar Celly sambil berusaha mengingat-ingat, nama jalan itu tidak asing ditelinganya dan semacam pernah merasakan situasi seperti saat ini—Dejavu.

"Seriusan?!"

"Iya, gua kek nggak asing sama nama jalan itu dan—gua kek pernah ngalamin keadaan kayak gini."

"Maksud lu?"
__________

Perasaan sakit masih menyelimuti dirinya, ia masih ingat dengan jelas kesalahan-kesalahan yang ia perbuat kepada seseorang tapi seseorang tersebut dengan sabar selalu memaafkan kesalahannya. Terlalu banyak kebohongan yang ia sembunyikan, tapi orang itu masih dengan sabar berusaha percaya kepadanya.

Ini memang salahnya. Sesabar-sabarnya seseorang, jikalau itu sudah melebihi batas wajar pasti ujungnya ia akan kecewa juga. Terlalu banyak kebohongan yang ia ciptakan membuatnya tak lagi dipercaya, walau sekeras apapun ia mencoba untuk memberikan alasan namun tak dapat dipungkiri jikalau kebohongan tetap kebohongan.

David menatap Nesya dengan tatapan sendu, ia merasa bersalah. Tak dapat dipercaya bahwa dirinyalah yang membuat seorang Nesya yang selalu ceria dengan cepat bisa berubah menjadi seseorang yang pendiam dan tak banyak bicara.
_________

"Jadi maksud lu kita pergi kejalan itu?"

Nesya yang mendengar pertanyaan itu menganggukkan kepalanya. "Bukan jalan sih—hutan lebih tepatnya."

Noval menautkan alisnya tak paham dengan maksud dan tujuan dari Nesya.

"Ngapain kita kehutan?" pertanyaan Rendy adalah pertanyaan yang sama dengan yang lainnya pikirkan.

Bukannya menjawab, Nesya malah menatap Rey. Rey yang peka dan tau apa maksud Nesya hanya mengangguk.

"Disana kita aman," ucapan dari Rey membuat 95% orang didalam sana kebingungan.

"Oke kalo itu menurut lu bener, terus gimana cara kita kesana?"
___________

"Loh? Almet gua kemana ya, perasaan tadi gua bawa deh."

"Ini—bukan kamu yang bawa, tapi aku," ujar Liera lalu menyerahkan almamater milik Rendy yang sedari tadi ia pegang dan ia bawa.

"Oh iya, makasih," ucap Rendy langsung merogoh saku didalam almamater miliknya itu, berusaha mencari sesuatu.

Zombies In Your Area {ZIYA}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang