11

7.2K 471 5
                                    

Selamat membaca cerita please don't go guysss jangan lupa untuk vote  dan coment!!!

*****

Setelah pembicaraaan yang sangat ber-faedah tadi malam, Wildan menjadi lebih baik dari sebelumnya, dia sudah kembali beraktivitas seperti biasanya dan hari ini dia sudah berangkat bekerja, kasian fans nya jika tidak diberi asupan gizi oleh ketampanan nya.

Wildan juga sempat berterimakasih terhadap Amira karena wanita itu telah membuka jalan pikirannya lebar-lebar sehingga pemikiran Wildan yang semula kalut menjadi  lebih terbuka.

Wildan memakaikan dasi bewarna merah pada kerah bajunya entah kenapa dirinya sekarang tidak berhenti tersenyum karena memikirkan semuanya, seolah semua beban dihatinya sudah terangkat seluruhnya. Bahkan Wildan bernah berpikir hidupnya sudah sepenuhnya berpusat pada Vivian nyatanya itu sebuah anggapan yang salah Wildan bisa berdiri dengan atau tanpa Vivian. Vivian hanya seperkesian persen alasan yang mempengaruhi pikirannya.

Setelah berhasil memakaikan dasi dengan sempurna, Wildan segera berangkat ke kantor, ngomong-ngomong tentang Amira dia menolak untuk berangkat dengan Wildan katanya takut kalau orang kantor tahu jika Amira dan Wildan tinggal di lingkungan yang sama. Padahal Wildan tidak merasa terbebani sama sekali dengan hal itu.

****

Amira melangkahkan kakinya pada lobby kantor, kemudian mulai memberanikan diri untuk menyapa karyawan yang lainnya, yang kebetulan lewat berpapasan dengannya, ternyata ini tidak seburuk yang dia bayangkan selama ini. Tidak semua karyawan yang ada disini, bersikap ketus kepadanya.

Amira duduk di bangku yang telah disediakan untuknya tepatnya di depan ruangan Wildan. Bahkan Amira bisa melihat Wildan dari pintu kaca yang ada dihadapannya, tapi ada yang aneh kenapa bosnya itu belum datang sampai jam sekarang ini.

Padahal Amira sudah menyiapkan semuanya mulai dari pakaian pria itu sampai sarapan kenapa  pria itu masih terlambat apa mungkin hari ini dia juga absen? Aneh juga sih kalau pemimpin perusahaan gak berangkat.

Amira mendelik lebar ketika Wildan tiba-tiba berjalan kearahnya, refleks yang kuat membuat Amira langsung berdiri, menyambut Wildan dengan senang hati.

Wildan berdiri tepat didepan Amira sambil tersenyum sebentar," hari ini ada meeting diluar, kamu siapin semuanya." Setelah mengucapkan itu semua Wildan langsung berlalu pergi meninggalkan Amira yang masih terpaku.

Amira langsung menganggukkan kepalanya cepat, "baik bos.

karyawan yang  kebetulan lewat di tengah pembicaraan nya dengan Wildan tadi refleks menoleh dan membisikkan sesuatu dan langsung menghampirinya.

Ada dua orang yang menghampiri Amira, Amira hanya tersenyum kaku bingung hendak menanggapi seperti apa.

"Hai " sapa salah satu dari mereka kalau menurut pandangan Amira, orang ini mungkin termasuk dalam golongan orang yang ditakuti di kantor meskipun jabatann mereka gak tinggi-tinggi amat kelihatan dari sorot matanya.

Amira membalas dengan senyuman, seraya mendudukkan tubuhnya kembali, "hai juga, ada apa ya?"

"Sekretarisnya pak Wildan yang baru? Kayaknya selama ini pak Wildan gak pernah ada sekertaris perempuan deh, kok bisa kamu jadi sekretarisnya pak Wildan?" tanya wanita yang menyapanya tadi kalau dilihat dari name tagnya sih namannya Mayang.

"Hah iya, ketemu waktu di acara kantor temen saya, waktu itu saya emang gak ada kerjaan dan kebetulan banget bisa ketemu sama pak Wildan, dan dia nawarin saya kerja jadi sekretarisnya," Ucap Amira sambil tersenyum bangga, emang patut diacungi jempol keahlian berbohong nya biar lah si dua orang ini yang kelihatannya iri banget dan kepingin jadi sekretaris nya si Wildan padahal mereka gak tahu kalau Wildan dirumah itu kayak gimana, ya ini nih tipe-tipe orang yang main jatuh cinta tapi cuma lihat dari visual nya doang.

Kedua orang itu saling berpandangan, yang satunya kalau Amira lirik dari name tag nya bernama Anna, jadi yang ada dihadapan nya ini adalah Mayang dan Anna, okay Amira akan mengingat mereka.

"Jadi udah lama kenal lama sama pak Wildan?" tanya Mayang penasaran, gimana gak penasaran bosnya ini jarang banget interaksi sama cewek meskipun hobinya tebar pesona sana sini, tapi tetap aja kan mereka masih penasaran..

"Udah hampir dua tahun," ucap Amira Dengansantai. "Maafin hamba ya Allah."

Mereka mengangguk, "nanti ngobrol-ngobrol lagi ya salam kenal aku Mayang," ucap Mayang sambil memperkenalkan diri.

"Aku janeeta, tapi biasa dipanggil Anna," kini giliran Anna yabg mengulurkan tangannya kepada Amira.

"Janeeta, Anna? Lah kok jauh amat??"

Amira tersenyum dan membalas uluran tangan mereka dengan senang hati.

"Amira." Ucap Amira sambil menyalami mereka bergantian.

"Nanti jam makan siang, makan di kantin bareng ya itung-itung perkenalan, okay bisa kan?" tanya Mayang dengan senyum yang ramah, tapi senyum ini yang sejujurnya membuat Amira radak merasa aneh. Takut kalau di apa-apain tahu sendiri kan Amira suka Parno.

Amira mengangguk,"okay nanti kalau kerjaan udah kelar ya."

*****

Saat ini Amira dan Wildan sedang melakukan meeting dengan salah satu klien di salah satu restoran dekat kantor Wildan. Sesuai kesepakatan seharusnya sang klien sudah sampai sejak satu jam yang lalu, tapi ini sudah mendekati jam makan siang tapi klien nya itu tidak kunjung datang dan tidak memberi kabar sama sekali. Tapi anehnya Wildan tidak merasa gugup atau bagaimana padahal proyek ini sangat menguntungkan loh, manusia yang gak paham bisnis pun gak mau melepas kesempatan ini.

Amira menatap Wildan sambil mengecek ponselnya takut ada pesan yang belum di baca dari klien nya itu. Namun ternyata nihil tidak ada sama sekali.

"Bos ini kliennya benar benar gak datang apa bagaimana pak? Keburu jam makan siang loh?" tanya Amira.

Wildan hanya menghembuskan nafasnya lelah, "laa kenapa, emangnya kamu ada janji?"

Amira sontak mengangguk, kan emang dia ada janji sama Mayang dan sohibnya itu.

"Iya bos, ada yang ngajakin di kantor " Jawab Amira.

Wildan memutar bola matanya malas.

"Sok sibuk banget kamu? Emangnya siapa yang ngajak?" tanya Wildan penasaran.

"Karyawan juga bos, kayaknya dari divisi human resource, kalau gak salah tapi," jawab Amira.

Wildan mendengus, sambil menyandarkan tubuhnya dikursi, "saya tanya sama siapa? Bukan jabatannya."

Amira menggaruk tengkuknya, dia pikir tidak penting untuk menyebutkan nama teman yang akan mengajaknya makan siang toh Wildan juga tidak akan mengenalnya.

"Sama Mayang dan Anna, bos." jawab Amira.

Wildan menegakkan badannya, dia terkejut tapi selanjutnya dia menampilka. Ekspresi biasa saja.

"Beneran kamu diajak makan siang sama mereka? Beneran mau, bodoh banget kalau kamu mau," ujar Wildan sambil meminum minuman yang sempat ia pesan tadi.

Dahi Amira mengernyit, "hah gimana bos, kan itu juga karyawan sekantor kok saya yang bodoh? Maksudnya itu gimana ya? Ya.... Saya sebagai pegawai baru cuman menghormati kalau ada yang pengen ngajak temenan," ucap Amira mencoba membela diri enak saja dirinya dibilang bodoh.

"Itu orang yang kamu yang sebutin itu gak Bener orangnya, udah kamu nurut aja, saya lebih paham karyawan saya daripada kamu yang baru kerja kemarin sore " ucap Wildan.

Amira menghembuskan nafasnya pelan, jujur dia juga bingung, "saya gak ada alasan buat nolak bos, saya juga sudah terlanjur bilang iya."

"Kamu makan siang sama saya, kan masalahnya udah beres, pusing amat sih jadi orang?"

****

Terimakasih telah membaca cerita please don't go, jangan lupa baca dan comen ya!!!!

See you!!!

 Please Don't Go! [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang