10. BERAWAL DARI LUKA

2.3K 138 0
                                    

"HAHAHA!"

Juna otomatis tertawa ngakak saat Ivana masuk ke dalam rumah dengan tubuh yang basah. "Habis nyebur got, ya? Udah kayak tikus aja."

Dengan air muka yang tertekuk Ivana mendelik pada Ayahnya yang menertawainya habis-habisan. Ivana membanting sepatu dan tas yang semula dia tenteng ke lantai.

Ivana lalu mencak-mencak seperti orang kesurupan. "Argh! Liat aja besok, gue penyet-penyet sampe jadi orang geprek itu cowok!"

"Jangan duduk disitu!" Juna menunjuk sofa yang di duduki Ivana. "Nanti sofanya bau gara-gara kamu! Liat tuh dia aja udah nutup hidung suruh kamu jauh-jauh!"

Ivana mendecak. "Ayah gak usah bikin Iva tambah badmood, deh!"

"Tapi sofanya jadi basah!"

"Nanti Iva yang urus! Udah Ayah ke kamar aja sana gak usah ganggu Iva!"

"Ini rumah siapa?" tanya Juna.

"Ayah," jawab Ivana.

"Ya berarti suka-suka Ayah dong mau dimana. Kok kamu malah yang ngusir Ayah?"

Ivana diam, kalah dari Juna. Tapi yang namanya Ivana dia tetap tidak pernah mau menerima kekalahan.

Ivana berdiri, mendekat pada Ayahnya dengan tangan yang terentang lebar. "Udah lama nih Iva gak meluk Ayah."

Juna mundur-mundur. "Gak! Ayah gak mau di peluk kamu!"

"Gak apa-apa, Ayah. Iva kan sayang Ayah."

"Tapi Ayah gak sayang kamu," balas Juna.

"Yang penting Iva tetep sayang sama Ayah." Di detik dimana Ivana hendak memeluk Juna, pria yang menjabat sebagai single parents itu sudah berlari lebih dulu.

Ivana mengejar. "Ayaaahhh!"

"Lebih mending di kejar hutang daripada di kejar setan!" Juna teriak-teriak. Melemparkan buku-buku dan bantal untuk menghalau Ivana.

Namun Ivana tidak gentar, sembari tertawa dia masih tetap mengejar Juna. "Ayaaahh, anakmu dataaaangg."

"Gak! Kamu bukan anak Ayah!"

"Ayaaaahhh...."

Suara Ivana terdengar mengerikan bagi Juna. "Jauh-jauh sana! Puji Tuhan hilanglah kau dari dunia ini! Tempatmu bukan disini wahai roh yang hilang!"

"ADUUUHHH!" Ivana memegang pinggangnya yang terantuk sudut meja.

Juna berbalik, melihat Ivana yang meringis sembari memegangi perutnya bagian kiri.

"Apa liat-liat?! Gara-gara Ayah nih!" kata Ivana menyalahkan Juna.

"Itu kualat namanya," balas Juna seraya tertawa. "Makanya mandi sana!"

"Iya, iya." Ivana tidak mau lagi membantah Ayahnya. Dia sudah merasakan apa arti karma.

Ivana memungut tas dan sepatunya lalu berjalan ke kamar mandi untuk membasuh diri. Setengah jam kemudian Ivana keluar dari sana dengan setelan casual rumahan.

Ivana menggosok-gosok rambutnya menggunakan handuk agar cepat kering. Berjalan ke arah ponselnya yang tergeletak di atas ranjang.

Ivana duduk di sisi kasur lalu meraih hanphonenya yang di silent mode. Kerutan di dahi Ivana terbentuk ketika ada nomor tidak di kenal mengiriminya pesan.

08121909**** : Lo baik-baik aja?

Ivana mengetik pesan untuk nomor itu yang menanyakan dia siapa. Ivana mengambil sisir dari meja rias dan menyisir rambut panjangnya.

KELV (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang