39. RASA YANG TERPENDAM

1.2K 75 0
                                    

1 tahun yang lalu.

Joshua kelabakan. Kenapa di hari senin, barang-barang seperti topi, dasi, atau gesper itu suka sekali menghilang secara misterius. Dan sialnya, ketiganya Joshua hilangkan.

Sungguh hari yang sial. Niatnya Joshua akan membeli yang baru di koperasi jika seandainya saja dia tidak datang mepet-mepet begini, sepuluh detik sebelum upacara di mulai.

Bukannya berjalan ke lapangan, Joshua berbelok ke arah UKS. Yep, niat hati Joshua ingin berbohong dengan beralasan dirinya sakit.

“EH, EH, LO YANG TINGGI!”

Joshua langsung menengok. Bukannya terlalu GR atau percaya diri berlebihan, tapi memang sejauh yang Joshua temui di sekolah ini jarang ada yang tinggi. Intinya nengok aja dulu, salah orang atau enggaknya urusan belakang.

“Gue?” Joshua menunjuk dirinya sendiri.

“Iya, lo.” Gadis itu mendekat. “Lo mau masuk UKS? Di dalem isinya cewek semua, loh.”

Joshua berpikir sejenak lalu membalas. “Gak apa-apa.”

“Lo mau mesum, ya?”

Joshua cengo menatap gadis di depannya yang asal ceplos itu. “Sembarangan kalo ngomong.”

“Habisan, muka lo gak ada tampang-tampang sakitnya.” Cewek itu menuding Joshua dengan telunjuk. “Lo bohong, ya, biar gak ikut upacara? Nih, ketara dasi sama gesper lo gak ada. Topi lo juga mana? Hadeh anak zaman sekarang.”

Joshua terdiam, bingung ingin menjawab apa lagi. Siswi itu terlalu banyak bicara dan ikut campur dalam ukuran orang asing. Tapi apa yang dipikir Joshua langsung kalah telak, nyatanya perempuan di depannya ini melepas atributnya yang berupa topi, dasi, dan gesper dan memberikannya kepada Joshua.

“Pake, cepet.” Karena greget akan respon Joshua yang kelamaan, perempuan itu segera memasangkan dasi di leher Joshua sambil jinjit-jinjit karena perbedaan tinggi mereka.

“Gespernya lo pake sendiri, ya kali gue yang makein?” ujarnya menyadarkan lamunan Joshua dan segera memasang gesper juga topi.

“Lo sendiri gimana? Gak upacara?” tanya Joshua pada gadis itu.

“Gue? Gue mah anaknya males, jangan ditiru.” Dia tertawa sendiri. “Lo harus jadi orang pinter dan rajin. Biar besarnya sukses. Okay?”

Joshua mengangguk, mengulas senyum.

Cewek itu berjalan beberapa langkah menuju UKS tapi saat hendak membuka pintu dia justru terpleset dengan gaya yang tidak aesthetic sama sekali. Mungkin jika itu perempuan lain akan merasa malu tapi tidak dengannya, ia justru tertawa dan menolak bantuan uluran tangan dari Joshua.

Joshua menilai gadis itu adalah perempuan terunik yang pernah ia temui.

“Kemana gue harus balikin semua ini?” tanya Joshua.

“Ivana Kassalia, kelas sepuluh IPA 3.”

Sejak itu Joshua selalu memerhatikan Ivana diam-diam meski Ivana tidak pernah tahu.

****

Tanpa terasa, seminggu berlalu dengan cepat dan kesempatan itu tentu tidak dengan mudahnya Joshua sia-siakan. Dia gencar mendekati Ivana, berusaha memperjuangkan sesuatu yang selama ini ia pendam sendirian.

Seperti sekarang ini, Joshua ke rumah Ivana. Joshua berjanji akan membuatkan makanan enak untuk Ivana.

“Lo mau bikin apa, sih?” tanya Ivana.

Joshua tersenyum pada gadis itu. “Sandwich ala Jojo, sama es mangga yang sering gue bikin.”

“Jadi itu sebabnya lo bawa mangga dua kilo kesini?”

Joshua mengangguk, setelahnya mereka berdua tertawa.

“Bantu gue kupas mangganya,” ujar Joshua dan Ivana membantu.

*Resepnya bisa kalian pake. Ini murni sesuatu yang sering aku bikin dan enak banget sumpah. Bahannya juga simple dan cara buatnya gak ribet. Aku rekomendasi banget pokoknya.

For the first, Joshua menyiapkan beberapa lembar roti, pada tumpukan yang pertama dia akan menaruh telur ceplok mata sapi yang dibaluri saus cabai di atasnya.

“Telurnya sempurna banget! Seumur-umur gue belum pernah berhasil bikin telur mata sapi seperfect itu,” kagum Ivana.

Joshua merasa sedikit malu karena pujian dari orang yang ia suka. “Gampang. Lo tinggal jatuhin telurnya dari atas ke teplon, nanti kebentuk sendiri.”

Habis itu Joshua menutup lapisannya dengan roti lagi. Joshua memotong beberapa sosis dan memanaskannya hingga kecokelatan di alat bekas memasak telur tadi. Joshua menatanya lagi di lapisan kedua sandwich dan terakhir menutupnya dengan roti.

*Aku belum cobain pake mayonise tapi mungkin bakalan enak menurutku. Oh, ya, aku gak pake sayur karena aku gak suka sayur hehe jadi kalo kalian mau tambahin so, dipake aja.

“Udah jadi?” tanya Ivana dibalas anggukan oleh Joshua.

“Mangganya udah di kupas?” Joshua balik bertanya.

“Belum semua, baru beberapa.”

“Yaudah gak pa-pa, gak usah semua. Cukup kok itu. Tolong di iris-iris, Van.”

“Siap, Pak Bos.”

Sementara itu Joshua mengambil balok es dari kulkas dan menghancurkannya menggunakan palu.

*Kalo mau es batunya di serut juga boleh. Mungkin bakalan lebih enak.

“Jangan besar-besar getoknya. Maunya yang kecil biar bisa di kunyah,” pesan Ivana.

“Dasar betina.” Joshua mencibir pelan namun sambil menahan senyum.

Ivana menaruh beberapa irisan mangga ke dalam gelas dan membaginya sama rata. Setelah itu Joshua menumpuknya dengan es batu dan melapisinya lagi menggunakan irisan mangga. Di tahap paling akhir Joshua menyuruh Ivana membuburinya dengan susu kntl manis.

“Yeay!” Ivana menatap hasil buatannya dengan kagum dan mata yang berbinar —tidak bisa dibilang buatannya sebetulnya karena hampir seluruh dibuat oleh Joshua, Ivana hanya sedikit membantu apa yang diperintahkan oleh Joshua.

“Kita coba, gue penasaran rasanya bakal enak apa enggak,” goda Ivana.

“Pasti enak.” Joshua menjawab dengan percaya diri.

Mereka membawa masing-masing satu piring sandwich dan gelas berisi es mangga tadi. Ivana mencicipinya lebih dulu.

“Demi Tuhan, ini enak banget!” pekik Ivana. “Lo belajar darimana?”

“Mama,” kata Joshua. “Mama itu koki.”

Ivana baru teringat hal itu. “Oh, iya. Sorry gue lupa.”

Joshua senang melihat Ivana memakan buatannya dengan lahap. Gadis itu terlihat senang.

“Habis ini karaoke mau?”

Ajakan Joshua membuat Ivana menghentikan aktivitasnya dan beralih menatap cowok di depannya ini.

Joshua terlihat aneh dalam seminggu terakhir. Ia memaksa Ivana terus untuk mau berangkat dan pulang bersama namun tentu saja Ivana tidak mau. Dia masih bersahabat dengan Kira.

Pengecualian hari ini, Ivana tidak tahu darimana Joshua mengetahui alamat rumahnya tapi tiba-tiba Ivana mendapat telepon dari Joshua yang mengatakan bahwa cowok itu ada di depan rumahnya. Kali saja Ivana mengusir tamu, tidak beradab.

Ivana menggeleng, menjawab tawaran itu. “Gue mau pergi main sama yang lain habis ini, hehe. Maaf, Jo,” bohong Ivana.

****

HAPPY 2K! Congrats to me.

KELV (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang