Bab 2 : Ratu di Hati

27 4 3
                                    

"Dalam rangkaian waktu terus berjalan pasangan halal itu memadu rindu. Banyak kata yang ingin diurai. Melepas rasa yang tertahan selama LDR berjalan."

❇️❇️❇️

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...."

Terdengar pelan suara lembut Ayana mengakhiri rakaat terakhir salat Isya. Kepalanya yang terbalut mukena putih menoleh ke kanan dan ke ke kiri--seirama dengan ucapan salam yang keluar dari bibirnya yang tipis.

Setelah menyelesaikan zikir, Ayana mengangkat kedua telapak tangannya cukup lama, sambil sesenggukan ia melantunkan doa untuk kesembuhan ibunya. Wanita berdarah Sunda-Jawa itu hanyut dalam untaian doa yang ia munajatkan ke langit.

Sedangkan langit malam itu tampak cerah setelah seharian kota Bandung di guyur hujan. Cahaya temaram bulan masuk ke dalam ruang rawat inap Kelas 1 yang berukuran 2,4 meter x 3 meter. Dalam ruangan itu Fatma terbaring pulas di atas ranjang. Sejak beberapa hari yang lalu sempat pingsan membuat wanita paruh baya itu dilarikan ke rumah sakit. Alhamdulillah dengan penanganan cepat dari dokter dan perawat di rumah sakit tersebut membuat kondisi kesehatan Fatma membaik.

Jam dinding menunjukkan pukul delapan malam lebih sepuluh menit. Ayana menyudahi zikir dan doanya setelah mendengar ponselnya di atas nakas berbunyi, sambil melipat sajadah Ayana menghampiri nakas dan meraih ponsel tersebut. Matanya sempat melirik ke arah Fatma yang sedikit menggeliat karena terusik dengan deringan bunyi ponsel.

Netranya yang telah sembab karena deraian air mata menangkap satu nama yang ia kenal muncul di layar ponsel.

"Mas Has, kemana saja? Sebel, nggak pernah telepon Aya?" bisik Ayana sambil melangkah keluar dari ruang rawat inap.

"Maaf, Sayang. Mas baru sempat menghubungi kamu, lagi fokus dengan tesis. Banyak yang harus Mas kerjakan, ini baru sampai flat." Terdengar suara berat pria di balik ponsel.

Flat adalah sebutan nama untuk gedung bertingkat semacam apartemen. Masyarakat Inggris menyebutnya dengan flat.

Mendengar penjelasan suaminya Ayana terdiam, sebenarnya ia ingin memahami kesibukan Hasnain yang sedang menyelesaikan kuliah S2-nya di Universitas Cambridge, Inggris. Ini kesempatan terbaik Hasnain untuk mengejar pendidikan yang diperoleh lewat beasiswa. Selain itu perbedaan waktu antara Inggris dan Indonesia menjadi kendala buat mereka untuk beradaptasi menjalani hubungan jarak jauh.

"Iya Mas, aku ngerti, tapi masa, sih, nggak sempat sama sekali menghubungi Aya, lupa yah sama istri jangan-jangan kepincut gadis bule di sana," Mulut Ayana mengerucut kesal beberapa sentimeter.

"Iya, iya, maafkan Mas. Cantik'kan istri Abdullah Khoerul Hasnain daripada gadis-gadis bule di sini, Mas masih suka gadis Asia," goda Hasnain sambil terkekeh.

"Ihh ... Mas bisa aja." Wajah Ayana merona saat mendengar pujian suaminya.

"Oh, iya ... bagaimana kabar Ibu?" Suara khas pria yang ia cintai selama ini terdengar kembali.

Hasnain mengetahui kabar Fatma setelah menerima pesan teks (SMS) dari Ayana beberapa hari yang lalu.

Ayana menyandarkan punggungnya di kursi yang terletak di lorong ruang inap Bougenville. Salah satu ruangan khusus rawat inap Kelas I di rumah sakit swasta di Bandung.

"Ibu sudah mendingan, setelah diinfus beberapa hari ini." Ayana menghela napas perlahan.

Ia berusaha untuk tidak menangis di depan suaminya. Ayana ingin rasanya menumpahkan segala rasa yang bergumuruh dalam dadanya, tetapi bibirnya kelu akhirnya hanya bisa menangis.

Di Bawah Langit Cherry Hinton (Sudah Terbit)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin