Bab 6 : Merindu garis dua

21 1 0
                                    

"Aku kangen dengan kebersamaan kita, Mas, kapan kita bisa jalan berdua lagi? Bagaimana kalau besok kita keliling Cherry Hinton? Akhir-akhir ini, Mas selalu sibuk, tidak ada waktu buat Aya."

❇️❇️❇️

Ayana sudah tak sabar ingin segera mengetahui  hasil test pack-- alat tes kehamilan--yang baru kemarin ia beli di apotek. Sudah satu minggu lebih ketika haidnya telat dari jadwal siklus bulanan. Terlintas di pikiran Ayana.

"Apakah aku hamil?"

Ayana berdiam diri dalam kamar mandi, duduk di atas closet, mata bulat Ayana menatap tajam, menunggu dua garis yang selama ini ia inginkan.

"Bissmillah, ya Allah, please izinkan hamba hamil." Ayana mengigit bibir, degup jantungnya berdetak tak karuan.

Tak lama perlahan garis itu muncul. Ayana langsung menangis. Membuang kasar alat tes pack itu ke dalam keranjang sampah, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, air bening mengalir dari sudut matanya. Ayana menghela napas dalam kemudian menyugar rambut panjangnya dengan kasar. Ia bangkit mendekati wastafel lalu membasuh wajahnya yang tampak kusut. Beberapa kali ia merapalkan kata istigfar dalam hati tak lama isakan tangisnya mulai terdengar.

Ayana menangisi garis yang muncul dalam alat test pack itu. Garis yang muncul dalam alat itu muncul satu. Artinya negatif. Sudah dua bulan tinggal di Cambridge. Belum ada tanda-tanda Ayana hamil. Setiap ibunya menelepon pasti mengungkit momongan. Hal itu membuat Ayana stres.

***

Pagi sekali Hasnain sudah berangkat ke Cambridge. Karena dua hari sebelumnya ia mendapat telepon dari Mrs. Rachel staf administrasi di Universitas Cambridge. Meminta Hasnain hadir di ruang kerja Prof. Edward. Profesor ingin mendiskusikan hal penting berkaitan dengan jadwal kuliah.

"Good morning, Profesor?" sapa Hasnain.

"Hasnain, masuklah!" sambut Prof. Edward dengan hangat.

Di dalam ruang, profesor itu sedang berbincang-bincang dengan salah satu mahasiswi.

"Hasnain, perkenalkan ini Carol, ia mahasiswi S1 jurusan Bisnis dan manajemen, kalian sudah saling kenal'kan?"

Hasnain mengangguk tersenyum pada seorang wanita bule cantik berambut coklat kepirangan. Penampilan wanita itu tampak modis dan elegan. Siapapun melihat wanita itu pasti tertarik. Karena memang menawan penampilan wanita bule itu.

"Carol, jika kamu ada kesulitan berkaitan dengan tugas akhir,  kamu bisa langsung menghubungi Mister Hasnain. Dia yang akan membantumu, selama aku cuti."

" Okey, Profesor!" Carol menoleh ke arah Hasnain lalu menjulurkan tangan pada Hasnain, tetapi Hasnain hanya menangkup kedua tangannya di dada. Sehingga membuat wanita bule itu jadi serba salah. Carol menarik kembali tangannya.

Sebenarnya beberapa hari yang lalu Profesor sudah menjelaskan pada Hasnain, bahwa bulan depan ia mulai cuti dan meminta Hasnain untuk menggantikan mengajar mahasiswa S1. Profesor sangat memuji atas kecerdasan Hasnain. Bagi Profesor Hasnain mahasiswa S2 yang selama ini disiplin dan selalu mengerjakan tugas dengan baik. Sehingga Profesor mengangkat Hasnain menjadi asistennya.

Setelah Carol izin pamit, Profesor Edward menyerahkan selembar kertas yang memuat jadwal mengajar yang harus dilakukan oleh Hasnain. Awalnya Hasnain keberatan, karena merasa belum pantas, harus total mengajar apalagi sekaligus membantu tugas akhir sang mahasiswi S1.

"Kenapa, harus saya Profesor? Apa tidak  sebaiknya yang lain saja yang sudah senior, biar saya hanya sebagai asisten saja," usul Hasnain.

"Begini Hasnain, kalau yang lain urusannya jadi ribet dan banyak birokrasi. Makanya aku mengharapkanmu, hanya beberapa bulan saja, tidak akan lama. Dan kebetulan Carol tidak keberatan, malah dia senang, kamu jadi penggantiku.  Bagaimana siap?" tanya Profesor  Edward sambil menatap Hasnain penuh harap.

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: Jul 16, 2021 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

Di Bawah Langit Cherry Hinton (Sudah Terbit)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum