19 : I've Tried.

5.6K 962 201
                                    

○🏀○

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

○🏀○

Flashback 11th Grade.

Haechan mengetuk pintu dihadapannya, tak lama pintu itu terbuka, menampilkan Injun yang berbalut kaus hitam besar dan celana pendek hitam selutut.

Pemuda kelahiran Juni itu tak bisa menahan senyumnya melihat penampilan Injun, "You look nice." Ujarnya. Injun hanya terkekeh, "Kamu juga."

"Udah, siap? Nggak ada yang ketinggalan?" Tanya sang pemuda tan yang dibalas gelengan dari lelaki mungil itu. Haechan lantas mengulas senyum sumringahnya, dan menarik Injun untuk masuk ke dalam rengkuhannya.

"Aku yang bonceng kamu."

Injun yang mendengar pernyataan itu lantas mengerutkan keningnya, "Loh? Aku yang bonceng!"

"Nanti jatuh! aku aja ya, Manis." Balas Haechan tak mau kalah. Injun memicingkan matanya namun ia tak bisa menghiraukan jantungnya yang menggila akibat panggilan yang pemuda tan itu sematkan. Pemuda mungil itu menggidikkan bahunya tanda mengalah, bila tak ada yang mengalah, mereka akan terus berdebat hingga entah kapan.

Injun mendudukkan dirinya pada kursi penumpang dibelakang Haechan, dan berpegangan pada ujung baju sang pemuda tan. Namun, Haechan menarik kedua lengan ramping itu dan melingkarkannya pada perutnya.

"Pegangan." Ucapnya yang berhasil membuat nafas Injun tercekat dan semburat merah mulai menyebar pada kedua pipimya. Pemuda tan itu mulai menggoes sepedanya menjauhi pekarangan rumah sang pemuda mungil.

Injun tak bisa menahan senyumnya dikala ia dapat merasakan jantungnya yang berdebar keras, lelaki manis itu tak menyangka Haechan akan mengajaknya jalan-jalan lebih dulu. Kemarin setelah Haechan meminta maaf padanya, pemuda tan itu berjanji akan memperlakukannya dengan baik.

"Kita mau kemana?" Tanya Injun yang sedari awal tak mengetahui tujuan lelaki itu.

Haechan mendeham, seakan ragu menjawab, "Nanti juga kamu tau~"

Pemuda mungil itu mengerutkan keningnya namun ia tak berucap apapun, mereka berkendara cukup lama, 15 menit dari gang rumah Injun. Hingga akhirnya mereka berhenti di depan sebuah kedai hotpot yang sangat Injun sukai.

Injun seketika melompat dari boncengan sepeda dan berseru, "Kita makan hotpot?!"

"Injun! Nanti jatuh gimana?!" Omel Haechan saat ia memarkirkan sepedanya, pemuda mungil itu hanya tersenyum bodoh sambil menggaruk tengkuknya canggung.

Haechan menggelengkan kepalanya lalu mencubit pipi lelaki itu gemas, membuat Injun mencebikkan bibirnya tak suka. Pemuda tan itu merangkulnya masuk ke dalam restauran, ia melirik raut wajah Injun yang terlihat benar-benar bahagia seakan ia baru saja dibelikan rumah baru.

Love? -HyuckRenWhere stories live. Discover now