2|. Jeje pengertian

1.3K 115 7
                                    

•••

Guna melampiaskan kekesalannya, beberapa kali Lia menendang batu kecil yang tidak bersalah. Entah berapa menit lagi dia akan sampai di terminal, yang jelas gadis itu masih berada di sekitaran komplek.

Sebenarnya banyak lelaki atau teman kakaknya yang dia kenal satu komplek perumahan, namun daritadi tidak ada satu pun yang lewat. Padahal Lia sudah berniat ikut menumpang.

Semalam gadis itu sudah berusaha belajar untuk mengerjakan tugas, karena katanya kalau ketahuan nyontek akan dihukum makin parah. Pak Karim, Guru matematika di sekolahnya bisa dibilang sangat galak. Paruh baya itu tidak akan segan menghukum murid yang melakukan kesalahan, mau kecil ataupun besar. Jelas Lia sangat kesal saat tahu pekerjaannya di rusak begitu saja. Apalagi bisa dipastikan nanti dia akan dijemur, atau yang paling parah harus membersihkan toilet laki-laki yang sangat terkenal akan baunya.

"Bangsat emang si Malika. Gue balas tau rasa lo!"

Lia lelah, dia tidak terbiasa berjalan sejauh ini. Apalagi rumahnya terletak paling ujung. Tidak peduli kalau nantinya akan terlambat, Lia justru berjongkok. Dia akan menunggu mobil siapapun yang lewat untuk ikut menumpang. Kalau saja masih tidak ada yang lewat, bodo amat. Lia akan kembali ke rumah, karena dia tidak bisa lagi berjalan apalagi menaikki kendaraan umum sendirian.

Belum sampai lima menit, sebuah mobil hitam berhenti di dekatnya. Lia sangat tahu itu mobil siapa, lantas dia pun tersenyum lebar.

"Ayo masuk, bareng sama Mas," ajak Jeje menyembulkan kepala dari dalam mobil.

Lia tentunya mengangguk senang. Dia langsung masuk ke dalam mobil, kemudian memakai sabuk pengaman.

"Mas salut kamu bisa jalan sejauh ini." Jeje tersenyum manis. Bukan hanya mulut, namun matanya juga ikut.

"Mas Jeje emang terbaik."

Sontak Jeje mencubit pipi Lia gemas, kemudian menjalankan kembali mobilnya.

"Mau makan dulu?"

Lia menggeleng. "Nanti aja di sekolah. Kasian nanti Mas sama aku telat, ini aja udah siang," tolaknya.

"Nana aja anak rajin belum berangkat, jadi Mas gak bakal telat."

Tetap saja Lia menggeleng. Dia juga belum terlalu ingin makan karena Echan sudah merusak moodnya .

"Lagian aku belum terlalu lapar."

"Tapi janji nanti harus makan!" suruh Jeje tidak boleh dibantah.

Lia langsung mengacungkan kedua jempolnya.

"Kenapa Kak Nana gak bareng sama Mas?" tanya gadis itu penasaran.

"Katanya bareng Luki," jawab Jeje tetap fokus menatap ke depan.

"Pantesan. Padahal aku berharap banget Kak Luki lewat, biar bisa nebeng."

Sontak saja Jeje menatap adiknya heran. "Kamu suka sama dia?"

Lia malah tersenyum lebar, sampai menampakkan deretan giginya.

"Enggak, tapi kalau soal muka dia lumayan ganteng."

Jeje hanya mendengus, dia kembali fokus menyetir.

"Aku kesel banget sama si Malika."

Sebenarnya Lia bukan orang yang pertama kali memberikan panggilan seperti itu. Justru dia mendengar dari teman-teman Echan sendiri. Alasan kenapa dijuluki Malika karena warna kulit lelaki itu terlihat lebih gelap dari yang lain. Walaupun sebenarnya gak terlalu hitam, sih.

Because, Only Brother'sWhere stories live. Discover now