Chapter I

168 15 0
                                    

*A/n : (Y/n) = Your name
(L/n) = Last name
(N/n) = Nickname
Don't forget to vote and comments♡

Namaku (Y/n) (L/n), aku berumur 16 tahun dan bersekolah di Paradise High School. Hari ini, adalah hari pertama di semester dua, karena itu aku sudah rapih pagi-pagi begini. Sekarang tinggal menunggu sahabatku datang, si bocah titisan ayam kalkun, alias Eren Yeager.

"Samlekom mamang racing!" teriak seseorang di depan pintu.

"Punya temen kaga berakhlak bawaanya pengen gue ruqiyah itu bocah," geramku.

Aku buru-buru memasukan kotak makanku ke dalam tas lalu bergegas ke luar rumah.

"Good morning (Y/n)," sapa Eren dengan muka dibuat-buat.

"Sok Ing- huee anjir! Mulut lo bau jengkol, kambing! Mau mati gue!" Seriusan, mulutnya memang bau.

"Lah iya orang gue sarapan sama nasi uduk semur jengkol." Eren tersenyum sok polos, seolah itu bukanlah hal besar, padahal faktanya aku ingin pingsan karena bau mulutnya itu.

"Emang lo kaga ada akhlak, jauh-jauh lo dari gue! Pokoknya jangan lebih deket dari satu meter." Aku berjalan terlebih dulu, meninggalkan Eren.

"Eh bisul gurita! Tungguin!" seru Eren sambil berlari menyusulku.

"Bego! Gurita mana ada bisul."

"Kaga tau aja lo, itu yang bentol-bentol di tentakelnya apaan coba kalo bukan bisul?"

"Itu kantong penghisap, monyong! Makannya kalo sensei lagi ngajar itu diperhatiin, jangan malah ngupil!" Sepanjang perjalanan ke sekolah diisi dengan umpatan dan candaan. Meskipun otaknya hanya seperempat tapi Eren adalah sahabat terbaik yang aku punya, bahkan aku sudah menganggapnya seperti saudaraku sendiri.

Perjalanan dari rumahku menuju ke sekolah membutuhkan waktu setengah jam, itu saja jika kereta yang kami naiki tidak terlambat datang. Setelah sampai di depan kelas kami berdua langsung di sambut oleh temanku yang paling waras, Armin Arlert.

"Selamat pagi (Y/n), Eren," sapa Armin.

"Pagi Armin," jawabku, sementara Eren hanya diam karena memang tadi aku sudah memerintahkannya untuk menutup mulutnya itu.

"Eren, lo kenapa elah? Sariawan? Tumben diem aja, atau jangan-jangan kalian berdua lagi berantem, ya?" tanya Armin penasaran.

"Ngga apa-apa, dia cuma lagi menjalankan misi menyelamatkan hidup orang banyak," jawabku asal lalu mengisyaratkan mereka berdua untuk masuk ke kelas.

Saat kami memasuki kelas, teman sekelasku yang bernama Jean terjungkal dari bangku, membuat Eren menyemburkan tawanya tepat di depan muka Armin.

"H-ah ... b-bau, Eren stop ...." Setelah mengatakan itu Armin langsung tergeletak di lantai.

"Ehh Armin, kenapa?" tanya teman-teman yang tadi langsung berlari ke arah kami.

"Hah ini gara-gara lo njir! Gimana, nih?" seruku pada Eren.

"Lah, kok gue?"

"Iya emang siapa lagi? Gue 'kan udah suruh lo buat tutup mulut, kenapa lo malah nyablak kek kuda nil?! Armin 'kan paling anti sama jengkol."

"Coba lo kasih napas buatan, (N/n)," ujar Connie.

"Enak aja, ngga mau gue!"

"Iya, gue juga ngga setuju! Enak aja nyuruh-nyuruh ayang bebeb gue buat ngasih napas buatan ke cowok lain," timpal Jean.

"Ayang-ayang pala lo serantang!"

"Ya udah kalo lo ngga mau Eren aja deh, ini juga 'kan gara-gara lo, Ren," usul Shasa.

Love In High School (AOT x Reader) (Modern AU)Onde histórias criam vida. Descubra agora