02 || ARKA

27 4 10
                                    

"Lepas" Ucap lelaki itu sambil melepaskan tangannya yang tergenggam erat oleh tangan gadis itu. Sontak gadis itu matanya membulat melihat lelaki itu yang meninggalkannya, tak ambil pusing Nesya melangkah kaki-nya menuju kelas. Tetapi tangannya dicekal oleh seseorang lelaki dari belakang.

"Ikut gue!"Ucap lelaki itu dengan menarik paksa tangan Nesya. Sontak Nesya terpaksa mengikuti lelaki itu dan berhenti dilorong yang sepi.

Nesya mengigit tipis bibir-nya menandakan dia binggung akan lelaki yang membawanya ke lorong, lorong yang sepi menambah kesan tersendiri ditambah lelaki yang sekarang berada didepannya.

"Lepas, dasar mes*m!" Ujar gadis itu, memberanikan diri untuk melepas genggaman tangan dengan menatap tajam lelaki itu.

"Lo tau gue kan?"Ujar lelaki itu berusaha mendekati wajah gadis itu lebih dekat, gadis itu terdiam dan mata-nya membulat melihat tatapan lelaki itu.

"Gue Samu-" Ucapnya terjeda, karena gadis itu melarikan diri dari keberadaan lelaki itu. Lelaki itu tersenyum tipis melihat gadis itu yang berusaha lari.

• • •

Kring

Bel sekolahpun berbunyi menandakan pembelajaranpun berakhir. Nesya melangkahkan kakinya menuju gerbang tak disangka teriakan seorang gadis membuatnya menghentikan langkahnya.

"Nesya, udah aku bilangin jangan berani sama Samudra" Ujar Titan, Nesya mendengarnya hanya binggung.

"Jangan ikut campur sama urusan mereka berdua" Ujarnya lagi.

"Kenapa?"Ucap Nesya kebinggungan

"Pokoknya jangan ikut campur deh" Ucap Titan, Nesya hanya menganggukkan kepala sambil mengerutkan bibir-nya dengan kebinggungan yang menyelimuti pikirannya. Memang tadi Samudra berusaha bicara dengan gadis itu, tetapi Nesya terlebih sigap kabur meninggalkan Samudra.

"Yaudah aku duluan, Nesya. Bye bye!" Ucapnya lagi dengan melambaikan tangan menuju arah keberadaan Nesya.

Kring

Loncengpun berbunyi menandakan terdapat seseorang yang memasuki sebuah toko komik, gadis itu sudah lama tidak mengunjungi sebuah toko komic yang berada dekat dengan rumah tempat tinggalnya. Sunyi dan sepi, terasa kehidupannya hanya milik dia pribadi. Gadis itupun beranjak mencari buku yang akan dia beli, akhirnya dia menemukan buku yang dicarinya. Buku komik edisi terbaru dan sangat berbatas. Benar sangat terbatas sampai hanya tersisa satu buku didalam rak buku.

Ketika gadis itu berusaha mengambil-nya dengan seketika seseorang mengambilnya terlebih dahulu membuatnya sangat geram dan berusaha ingin merebutnya.

"Punya gue!" Ucap gadis itu, seketika mata-nya terpusat pada keberadaan seseorang yang berada di sampingnya. Seseorang yang sangat lemah dihadapan Samudra, entah dirinya takut atau dirinya mengalah akan adanya Samudra.

Arka tidak mengubris akan keberadaan gadis itu dihadapannya, dengan seketika gadis itu merebut paksa akan buku itu. Tak disangka tangannya dicekal oleh lelaki itu dan pertemuan dua matapun terjadi.

"Gue duluan yang ambil! lo kan bisa cari buku yang lain" Ucap Nesya geram.

"Gue mau ini!" Ujar Arka datar, tak disangka dinginnya Arka membuat Nesya mengalah akan perlakuan padanya. Percuma berbicara panjang lebar dengan lelaki itu, yang hanya akan membuat suasana hatinya naik pitam. Ingin rasanya Nesya menginjak kaki lelaki itu, tetapi dia mengurungkan niatnya untuk tidak membuat masalah padanya.

Mendengar gadis itu mengalah, Arka tersenyum tipis tipis sampai tak terlihat. Ia beranjak menuju kasir berusaha untuk membayarnya.

Arka sesekali melihat arah gadis itu yang masih sibuk mencari buku dan mulut-nya masih berucap tapi tak terdengar oleh Arka.

• • •

Samudra mengedarkan pandangannya disebuah ruangan yang bernuansa putih dengan bau obat obatan yang sangat menyengat. Kini dirinya terpusat pada seseorang yang masih memejamkan matanya di ranjang. Sungguh betapa dia sangat menyanyangi wanita paruh baya itu, ia adalah satu satunya yang samudra miliki sekarang.

Samudra mengenggam tangan wanita itu seraya dia sangat menyayanginya lebih dari diri-nya sendiri. Tak disangka matanya berkaca sampai akhirnya pecah tak terbendung mengenai tangan wanita itu.

"Kok nangis anaknya bunda?" Ucap Monica, berusaha bangkit dari ranjang tidur-nya. Spontan samudra mengelus pipinya berniat untuk menghapus air matanya, tak disangka tangan Monica mendarat terlebih dahulu berusaha untuk menghapus-nya.

"Ada yang sakit bun??" Ucap Samudra dengan senyum lebar dipipinya.

"Bunda udah sembuh kok, tadi kata dokter bunda udah boleh pulang" Ucap Monica dengan mengeluh tipis rambut Samudra, membuat Samudra manja oleh kehangatan Monica.

"Maafin Samudra ya bun" Ucap Samudra dengan mencium tangan bunda-nya, memang selama ini Samudra bolos sekolah berniat untuk merawat ibundanya, tak terpikirkan olehnya betapa pentingnya sekolah yang terpenting bunda-nya sembuh dari koma, karena dia sudah berjanji pada papanya untuk senantiasa menjaga bundanya.

"Gapapa sayang, bunda juga udah sembuh. Besok kan bunda udah boleh pulang" Ucap Monica dengan senyum melengkung dipipinya. Samudra hanya membalas senyum yang terlukis diwajahnya.

• • •

Arka melangkahkan kaki menuju rumah berusaha membuka pintu rumah yang berornamen kayu. Sekarang matanya hanya terpusat pada seseorang yang berada di ruang tamu.

"Arka" suara Roy Bagaskara membuat Arka menoleh. Ia terpaksa membalikan badan malas menghadap papanya itu.

"Kenapa baru pulang? Jam berapa sekarang?" tanya Keano.

"Papa udah lama nungguin kamu disini"

"Saya tidak menyuruh anda melakukan hal itu" jawab Arka tidak ingin berlama lama berbicara dengan Roy.

Arka berusaha membalikan badannya menuju kamarnya, tak disangka tangannya disangkal oleh papanya dan berujar "Dengerin papa dulu"

"Semuanya itu salah paham"

"Percaya sama papa"

"Kenapa saya harus percaya dengan anda,yang sudah jelas terbukti melakukan hal itu" ucap Arka dengan menyengirkan bibirnya. Rasanya Arka memang tidak mempercayai hal yang dilakukan papanya, tapi bukti yang membuat Arka percaya bahwa papanya adalah seorang pembunuh.

• • •

Makin mencekang nih ceritanya hehe.
Samudra tadi mau bilang apa ya ke Nesya?
Dan apakah papa Arka benar benar seorang pembunuh?

Stay Turn~

PELABUHAN ANGKASAМесто, где живут истории. Откройте их для себя