Prolog

71 14 6
                                    

Cahaya itu bersinar dengan terangnya, seolah-olah memberkati setiap langkah dari sang pria yang penuh karunia dalam nama dewi.

Iblis-iblis sampai harus menutup mata mereka karena tak kuasa menatap orang yang telah dijanjikan. Seolah-olah sedang melihat sosok suci tengah berdiri dengan gagah di hadapan mereka.

"Apa dia benar seorang manusia!?"

Para iblis berteriak putus asa tatkala pedang cahaya memutus urat-urat leher mereka.

***

"Aku bukanlah dewa, aku masih manusia," keluh Gustav di pelukan sang pujaan hatinya, ksatrianya, Atristan. Ia menenggelamkan kepala ke dada pria berbadan kekar itu, lalu mulai menutup mata, letih.

Atristan mengelus rambut coklat bergelombang milik sang pria yang ada di dekapan. Berhenti sebentar, ia lalu membalas perkataannya, "Apapun penatmu, kamu selalu boleh bersandar padaku, Gus."

Gustav lalu tersenyum kecil. Di momentum yang baginya sangat berharga ini, ia beristitahat sebentar, mengumpulkan energi untuk lanjut bertarung melawan musuhnya besok pagi hingga pagi berikutnya lagi.

[BL] Galathea I : Kubea [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang