°Senior

702 97 20
                                    

Happy reading ~

Don't forget to comment and like ehe..

.

.

.

Changbin mengeluarkan kotak rokok dan korek api dari sakunya. Laki-laki bermarga Seo itu menyelipkan satu batang rokok dibibirnya lalu membakar ujung rokok tersebut. Belum sempat ia menghirup zat nikotin tersebut, dada Changbin sudah sesak dan batuk-batuk.

Changbin berdesis, gak pernah dia nyoba ginian sebelumnya. Sosoan doang karena setahunya lelaki sejati kalau depresot ngisep rokok.

"Bang"

Changbin terperanjat. Tangannya spontan membuang batang rokok ke dalam selokan beserta bungkus rokok dan korek api, tapi usahanya sia-sia karena Chaeryeong sudah melihatnya.

"Bang Changbin ngapain?"

"Bukan urusan lu" jawab Changbin tajam.

'Ada anak-anak yang siap bantu lu'

Chaeryeong tersenyum kecut. Berusaha menepis anggapan buruk terhadap Changbin.

"Kalau ada masalah -"

"Please diam, pergi dari sini. Gue pengen sendirian" desis Changbin.

Kelopak bawah mata Chaeryeong bergetar, berusaha keras menahan air mata yang hendak keluar. Kakinya kaku untuk sekedar bergerak pergi.

Changbin berdecak, senyuman kaku Chaeryeong semakin terlihat kentara saat Changbin memilih untuk pergi dari hadapan Chaeryeong lebih dulu. Air mata Chaeryeong menerobos begitu saja membasahi pipinya.

Entah Chaeryeong yang datang disaat yang tidak tepat atau memang Changbin yang tidak bisa menerima kehadiran Chaeryeong saat ini. Ya seperti itulah, karena kalau diingat kembali, Changbin dan Chaeryeong yang tidak akrab satu sama lain. Mungkin itulah kenapa, Chaeryong memutuskan untuk mendekati Changbin terlebih dahulu.

Satu hal lagi yang Chaeryeong yakini, bahwa anak-anak akan ada untuk membantu Chaeryeong. Tapi ternyata itu tidak sepenuhnya benar.

.

Yeji bersandar ke punggung sofa. Mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah.

Semenjak rakyat asrama tidak lengkap lantaran harus menjaga Lino di rumah sakit secara bergantian  jadwal memasak jadi berantakan.

Yeji mengeluh? Tidak, tugas dapur ini adalah pilihannya, mengingat kesibukan anak-anak lain ditambah dengan tugas-tugas asrama lainnya. Bersyukurlah Yeji yang kini hanya menunggu detik-detik UAS dilaksanakan. Disisi lain  menurutnya menjadi maba jurusan Hukum sangat menyenangkan.

Yeji mengangkat kakinya keatas sofa. Mumpung rumah mereka sepi ia bisa mengambil waktu untuk beristirahat sejenak.

"Ji"

Yeji membuka sebelah mata. Hyunjin.

"Jin? Kenapa?"

"Bisa beliin obat nggak ke apotik?"

Yeji menegakkan tubuhnya, "Asma lu kambuh?"

Hyunjin mengangguk.

"Sesak banget? Biar gue beliin sekarang"

"Nggak kok, masih bisa ditahan. Gue minta tolong ya"

"Iya" jawab Yeji masuk kekamarnya mengambil jaket.

"Jenis obat yang harus dibeli udah gue kirim ke WA"

"Iya, bawel ah. Lu diam aja disana" cerca Yeji. Hyunjin tersenyum, melihat kepanikan Yeji, ia seperti mendapat seorang kakak secara cuma-cuma.

[0] Rumahan | SKZ × ITZY ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang