9

1.6K 242 4
                                    

Chapter sembilan:

Beberapa jam perjalanan dan Draco masih mendidih, tapi setidaknya dia diam sekarang.

Sebelumnya, dia menggerutu pelan dan membuat ancaman yang menjanjikan yang bahkan membuat Verde ikut mengangguk. Ron tampak sedikit memerah mendengar cara kreatif yang ingin Draco lakukan pada Dumbledore untuk mendorongnya akan tetapi dia kurang lebih setuju. Ron bahkan bergumam pelan, "Kupikir dia lebih baik dari itu," yang mendekati si pirang dan setelah meyakinkan Draco bahwa Nimmy memiliki kendali lebih dari Verde dengan amarahnya, (yang mana itu bohong, tapi ya sudahlah), Nimmy berakhir di pangkuan si pirang dan terlihat cukup puas. Tampaknya, bahkan Nimmy telah mendapatkan favorit.

"Katakan," Ron berhenti sejenak untuk mencegah Verde dari tempat dia mencoba naik ke rambut merah dan memegang dengan tangan sebagai gantinya, "Kira-kira kau akan masuk asrama apa?"

"Slytherin," Draco menjawab spontan. "Keluargaku sudah di sana dari generasi ke generasi."

Kerutan muncul di bibir Ron. "Sama," katanya, "Aku tak bisa membayangkan ditempatkan selain Gryffindor,"

Dengan memiringkan kepala, Draco bergeser sehingga dia menghadap Ron sepenuhnya. "Kau tak terlihat sepenuhnya bahagia karena itu," tunjuknya, dengan lembut dia mengangkat Nimmy dan menempatkannya di bahu. Ular merah-kuning itu melilitkan tubuhnya ke leher Draco dan memberikan desisan.

"Jangan menyalahkanku," kata Ron, "Gryffindor hebat. Sungguh, hanya saja...." dia tampak tak yakin, dengan sebuah gelengan kepala, dia bergumam pelan, "Nevermind."

Ketika Draco mengerutkan alisnya dan mengerutkan bibirnya menjadi cemberut yang dalam, Harry dengan canggung berdehem untuk menghentikannya mengajukan pertanyaan yang berpotensi membuat Ron sedih. Sebaliknya, dia membuka mulutnya untuk berbicara. "aku sebenarnya ingin berada di Slytherin," akunya.

Ironisnya, ketika dia mengucapkan kata-kata itu, seperti ada beban yang terangkat dari bahunya.

Ron dan Draco langsung menatapnya.

"Tapi, tapi kau....kau Harry Potter." Draco menghembuskan nafas, bingung.

Harry mendengus.

Kira-kira satu jam kemudian, Harry menyadari satu detail kecil dan penting.

Ron tak membawa tikusnya.

Pengkhianat. Pettigrew. Kill. Kill. Kill. Kill--

Harry memberikan senyuman yang tak sampai ke sudut matanya. Dia tidak boleh memikirkan tentang Sirius. Tidak disini. Tentu tidak sekarang. "Verde," Dia memanggil, menyelinap ke parseltongue. "Aku ingin kau untuk tinggal bersama Ron sampai dia mendapat tikus. Tikus itu jelek dan kehilangan satu jari kaki. Jangan membunuhnya, hanya ..... lumpuhkan saja. "

"Tentu saja, Master," Verde mengangguk.

Ron dan Draco menatap Harry curiga.

"Aku baru saja menyuruh Verde untuk tinggal bersama Ron sampai dia mendapatkan familiarnya sendiri," jelasnya. "Karena sepertinya kau belum memilikinya,"

"Oh, um, thanks." Ron memerah dan menunduk, mengusap pipinya dengan hati-hati ke sisik hitam dan hijau Verde. "Aku akan merawatnya dengan baik," dia bergumam.

Tiba-tiba ada teriakan di sisi jendela yang menarik perhatian ketiganya. Harry membuka jendela dan melangkah ke samping saat bulu-bulu putih terbang masuk. Dinginnya di luar mengirimkan getaran ke tulang punggungnya.

"Hedwig?" Harry mengangkat alis saat burung hantu putih duduk di bahunya. Dia berseru lagi dan mengulurkan cakar. Ada bungkusan kecil yang melekat padanya.

Harry. Exe Has Stopped WorkingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang