Sembilan Belas

385 27 7
                                    

Tanpa terasa kini waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Arkana bersama dengan Laras dan Aryo baru saja sampai ke rumah. Tidak banyak yang mereka bicarakan selama perjalanan dari café ke rumah, Arkana menutup matanya di kursi belakang. Sedangkan Laras dan Aryo tidak tega untuk mengganggunya karena mereka dapat melihat raut kelelahan yang tampak jelas di wajah Arkana.

Sampai di rumah, Laras segera menyuruh Arkana untuk membersihkan diri. Sedangkan dirinya dan Aryo masih harus membahas sedikit masalah café yang belum selesai.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, Arkana sudah menyelesaikan mandinya. Dia melangkah keluar kamar dan mendapati Laras dan Aryo yang terlihat sedang membahas sesuatu hal yang serius.

"Mbak, Mas, mau aku masakin sesuatu buat nemenin diskusi kalian?" Tawar Arkana saat membuka kulkas yang penuh dengan sayuran, buah dan beberapa hal lainnya.

"Nggak perlu, Sya. Habis ini juga selesai. Tinggal dikit kok." Sahut Aryo tanpa menatap Arkana. "Kamu istirahat aja, kamu pasti capek kan?"

Laras berhenti sejenak dari menatap laptopnya dan mengalihkan perhatiannya pada Arkana.

"Kenapa Mbak Laras lihat aku begitu? Apa ada yang salah? Atau Mbak mau sesuatu?" Tanya Arkana yang kebingungan dengan tatapan Laras.

"Bisa kita sebentar habis kerjaan kita selesai?"

"Laras, kita bisa bicarakan besok, Rasya pasti lelah. Café hari ini agak ramai kan.." Sebelum Arkana menjawab, Aryo sudah menengahi.

"Penting banget nggak, Mbak? Harus sekarang banget? Kalau nggak, bisa kita bicarakan besok aja, Mbak? Hari ini aku capek banget." Ungkap Arkana lemah.

"Oh, ya udah. Kalo gitu kamu buruan istirahat, besok aja kita bicarainnya. Hari ini café lumayan rame ya.. Kamu sampe kecapekan gini." Jawab Laras lembut.

"Iya, Mbak. Café hari ini rame banget, sampe badanku rasanya sakit. Kalo gitu, aku ke kamar ya.." Pamit Arkana melangkah menuju kamarnya.

Sebenarnya Arkana sengaja menolak permintaan Laras karena dia tahu apa yang ingin Laras tanyakan padanya. Meskipun lelah memang salah satu alasannya, namun itu bukan alasan utamanya. Dia hanya belum siap menjawab pertanyaan yang akan Laras tanyakan padanya.

Kedatangan Dania di café tadi siang membuat Arkana merasa tidak nyaman seharian. Baginya satu bulan terakhir adalah hari-hari yang menenangkan karena dia bisa menyibukkan dirinya dengan pekerjaan di café dan bisa melupakan sejenak masalah-masalahnya di Jakarta.

Namun, semuanya segera sirna sejak kedatangan Dania. Walaupun Dania sudah pulang, Laras terus menatapnya seakan ingin mencari kesempatan untuk berbicara dengannya. Arkana cukup beruntung karena café hari ini cukup ramai sehingga dia bisa mengelak dari pertanyaan Laras.

"Untung aja Mbak Laras nggak maksa gue buat bahas masalah identitas gue. Tapi, kenapa tadi tiba-tiba aja Dania dateng? Kenapa harus sekarang? Di saat gue udah bisa tenang.." Ujar Arkana sesaat setelah dia membaringkan dirinya di atas tempat tidurnya.

Ingatan tentang kedatangan Dania di café hari ini terus datang di pikirannya. Satu hal yang mengganggunya adalah pernyataan Dania tentang bagaimana khawatirnya Ardian karena kepergiannya.

"Kenapa lo malah nyariin gue sih, Bang? Kenapa lo nggak nikmatin waktu lo aja? Seharusnya tanpa gue, lo bisa hidup bebas tanpa mikirin gue. Tapi, kenapa lo malah sibuk nyariin gue? Bahkan saat sakit lo masih nyariin gue, gimana kalo sakit lo tambah parah gara-gara gue? Lo mau bikin gue makin merasa bersalah?"

Pertanyaan-pertanyaan itu terungkap di dalam hatinya. Pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada Ardian. Dia tidak habis pikir dengan kakaknya yang terus-terusan mengkhawatirkannya.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang