bag 16. Kado Ulang Tahun Satya

135 27 3
                                    

"Mas Satya mau kemana?" tanyaku saat melihat Mas Satya sudah berseragam Polri lengkap sedang menghidupkan motornya. Biasanya hari libur seperti ini, pemuda berbadan tegap itu lebih memilih merebahkan diri di kamar atau ke rumahku untuk meminta makanan.

"Keluar ada urusan," jawabnya singkat. Lalu dia menaiki motornya dan melaju meninggalkan rumahnya.

Aku cemberut. Dia pergi seenaknya begitu saja. Padahal kedatanganku ke pagar rumahnya untuk menanyakan Kak Gio yang tiba tiba mendapat nomorku. Akhirnya dengan bibir mengerucut, aku kembali masuk kedalam rumah.

Karena satu jam lagi Kak Gio akan datang ke rumahku untuk menjemputku. Sesampainya di kamar, segera aku berganti baju. Hoodie abu abu serta celana jeans dan sneakers putih menjadi outfitku hari ini.

Bertepatan dengan selesainya aku berdandan, suara klakson mobil di depan rumah membuatku segera keluar dan mengunci pintu rumah. Hari ini papa dan mama sedang tidak ada di rumah. Mereka melakukan perjalanan ke salah satu rumah pamanku. Karena paman meminta bantuan.

"Pagi," sapa Kak Gio begitu aku memasuki mobilnya. Aku tersenyum lalu mengangguk.

Sejujurnya aku sedikit tidak nyaman dengannya setelah selesai mendengar cerita Mas Satya. Tapi karena Kak Gio sudah berujar bahwa dirinya bertobat dan insyaf lalu punya niat baik untuk membelikan kado Mas Satya, akhirnya dengan tidak enak hati aku mengiyakan permintaannya.

"Mau beli kado dimana kak?" tanyaku saat mobil mulai melaju meninggalkan perumahan. Kak Gio menoleh sebentar lalu kembali fokus menatap jalanan yang cukup padat.

"Saya sudah lama gak ketemu satya. Jadi saya gak tau apa yang dia suka. Menurutmu dia sukanya apa?" tanya Kak Gio. Lalu tangannya mengetuk ngetuk sembari menatap lampu yang masih menunjukkan warna merah.

Aku mendengung. Berfikir sebentar apa yang paling Mas Satya sukai. Pria berbadan tegap itu menyukai banyak hal apalagi yang berhubungan dengan olah raga. "Sepatu olah raga?" gumamku tipis tapi masih dapat di dengar oleh Kak Gio.

"Sepatu olah raga?" beo Kak Gio. Lalu tangannya melepas hand rem dan mulai menginjak gas karena lampu sudah menunjukkan warna hijau. "Daridulu dia memang manusia yang sehat ya," kata Kak Gio sambil terkekeh kecil.

Kak Gio menoleh sebentar padaku. Lalu dia berujar, "mau denger gak cerita Satya selama sekolah?"

Satya baru saja melempar basket ke dalam ring tepat ketika waktu habis kurang 5 detik. Seketika itu juga suara sorak penonton menggelegar mengisi lapangan basket indoor. Teman teman Satya langsung memeluk pemuda berbadan tegap itu. Berkat pemuda itu, SMA Balakosa memenangkan kejuaraan basket tingkat Provinsi untuk pertama kalinya.

Gio yang melihat dari tribun langsung bertepuk tangan merasa bangga terhadap teman sebangkunya itu. Lalu dia mendengar bisik bisik siswi siswi Balakosa di tribun belakang tempat duduk.

"Aku yakin banget kalo kamu yang nyatain perasaan pasti di terima sama Satya." Ucapan salah satu wanita membuat pemuda berkacamata itu menoleh kebelakang.

Kalangan wanita wanita hits sedang berkumpul disana sambil mengipas ngipas wajahnya yang panas. Salah satunya adalah Angeline, cewek hits yang terkenal sebagai model sekaligus anak donatur terbesar di Balakosa. Selain itu Angeline memiliki hubungan baik dengan artis artis yang berada di tanah air ataupun negara tetangga.

"Siapa sih yang gak nolak Angeline? Kalo yang di tolak Angeline ya banyak," celetuk salah satu dari mereka. Lalu mereka tertawa bersama sama membuat beberapa penonton yang ada di tribun menoleh terpesona. Termasuk Gio, bahkan pemuda berkacamata itu sudah tersenyum tipis hanya karena melihat Angeline tertawa kecil.

Dibalik Bina [#1.BSS] [Terbit E-book]Where stories live. Discover now