six

12 2 2
                                    

six months later. 

     "Mark, thank you for today. I really enjoy it" Ucap Rasywa, dagunya ia taruh diatas bahu sebelah kanan Mark yang memboncengnya menggunakan motor, tangannya juga melingkar di sekitar pinggang Mark.. Mereka baru saja selesai pergi kencan dan dalam perjalanan pulang ke rumah sekarang. Langit sore ini agak mendung, tidak sepanas biasanya. 

"Sama-sama Wa"

Setelah itu sunyi, hanya suara ribut kendaraan dan angin yang terdengar, lalu rintik-rintik kecil mulai turun dari langit, lama-kelamaan berubah menjadi sebuah hujan. 

"Wa, sorry gue gak bawa jas hujan, jadi harus minggir dulu deh" Ucap Mark setelah menyisi dari jalan dan duduk berteduh di kursi teras sebuah ruko yang tutup, hanya ada mereka berdua disitu. 

"It's okay, I don't mind waiting biar hujannya agak reda" 

Hening sesaat.

"Dingin?" Tanya Mark setelah melihat Rasywa menduduki kedua telapak tangannya. 

"Hehe, dikit, anginnya lumayan sih"

"Emang agak dingin sih. Tapi aku gak akan minjemin jaket aku, aku juga dingin"

Rasywa agak kecewa, biasanya di buku-buku yang ia pernah baca di saat kayak gini si pacar bakal kasih pinjam jaket atau hoodienya. "Ya, gapapa" 

Mark tertawa kecil "Sini" ucapnya sambil menepuk pahanya. 

"Hah?"

"Hah apaan? Sini" Mark kembali menepuk pahanya.

"Apaan dah?"

"Kamu masih lemot ternyata. Duduk, disini"

"Apaan si ah gak mau"

"Yaudah, aku gak akan nawarin dua kali"

Rasywa terlihat berpikir sebentar sebelum akhirnya bangun dan duduk di atas paha Mark.

"Nah kan, akhirnya juga nurut"

"Ih udah ah, kalo gitu aku mendingan duduk sendiri kayak tadi'

"Eh jangan" Mark berhasil menahan Rasywa yang hendak beranjak dari pangkuannya. Mark lalu membuka kancing jaket, melebarkannya sampai ikut menutupi tubuh Rasywa.
"Anget kan, gini aja, daripada ada yang kedinginan"

Wajah Rasywa panas sekarang, tapi ia tersenyum. 

Hampir lima belas menit berlalu, hujan tidak juga menunjukan tanda-tanda akan segera reda.

"Mark, hujan-hujanan aja yuk, aku tau kaki kamu sakit sekarang"

"Nanti sakit"

"Gaakan, cuma air, aku mandi juga pake air dan gak sakit udahnya, ayok bangun" Rasywa berdiri, lalu mengulurkan tangannya. 

Mark mendongak, menatap Rasywa dan meraih tangannya "Oke, siapa takut hujan-hujanan?"

Sepeda motor yang dikendarai Mark meluncur pelan di sebelah kiri jalan menembus hujan, Rasywa memeluk Mark erat seperti ia tidak akan melihat wajahnya lagi esok hari. Mark hanya melirik sesekali lewat kaca spion. Rasywa lalu menenggelamkan wajahnya ke belakang leher Mark. 

"Wa, sayang. Jangan nangis ah, kok malah nangis?" 

"Siapa bilang aku nangis?" Suaranya terdengar samar, teredam oleh suara ribut hujan. Lalu selanjutnya tidak ada jawaban dari Mark. 

Mark benar, Rasywa menangis, tiba-tiba kepalanya penuh dengan bagaimana jika ia harus benar-benar berpisah dengan Mark dan menikah dengan Jeno. Rasywa tahu, Jeno baik. Tapi Jeno bukan Mark.

feelings left behindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang