seventeen

12 1 0
                                    

Pagi itu lembab, rintik air dari atap dan genangan air di aspal masih berbekas sisa hujan tadi subuh. Candice bergerak pelan dibalik selimutnya.

"Sudah bangun?"

Candice membuka kedua matanya sekaligus. Astaga, dia lupa kalau ia berada di apartemen milik San,  menghabiskan satu malam panas yang panjang bersama. 

"Ah, iya. Lo udah bangun dari tadi kak?"

"Hmm, kurang lebih sepuluh menit lalu."

Candice hanya mengangguk canggung, lengan San melingkar sempurna di pinggangnya, kulit mereka bersentuhan. Suhu tubuh San masih terasa sedikit panas, namun tidak separah kemarin malam.

"Candice"

"Hm?"

"So," San menjeda kalimatnya "what are we now?"

Tenggorokan Candice tiba-tiba kering, otaknya tidak bisa memproses jawaban apa yang harus ia lontarkan atas pertanyaan itu.

"Are we a couple now?"

Candice berdehem "If you want to"

San tersenyum lebar, lalu mengeratkan pelukannya kepada Candice "Selamat pagi, pacarku"

Jujur, itu terdengar asing, aneh. Tapi Candice tersenyum, ia menyukainya. Ah, sepertinya ia tertular San. Tubuhnya terasa panas, seperti ada listrik yang menyengat.

San melirik jam dinding di dalam kamarnya yang menunjukan pukul sembilan lewat dua puluh delapan menit.

"Bangun yuk, sarapan. Kamu mau sarapan apa pacar?"

Ah, Candice bisa gila lama-lama kalau begini.

"Kak please, gue bel-"

"Aku" Kalimat Candice dipotong.

"Aku belum biasa kalo lo be-"

"Kamu" Kalimatnya kembali dipotong.

Candice menghela napas kecil "kalo kamu begini, pelan-pelan aja. Gu- aku harus biasain diri dulu."

"Hmm, okey. Sekarang bangun ayo kita sarapan." San beranjak dari tidurnya lalu di susul Candice yang mengekori dibelakangnya. San berhenti tiba-tiba tepat di depan pintu, membuat Candice ikut menghentikan langkahnya. 

"Kenapa?"

San lalu mundur selangkah, mensejajarkan dirinya dengan Candice. Tangan kanan San meraih tangan kiri Candice untuk digenggam, membuat Candice sedikit mendongak, memberikan tatapan bingung.

"Gaboleh? Kan aku pacar kamu sekarang."

Sengatan listrik itu datang lagi, Candice berhasil menyembunyikan ekspresi terkejutnya "kan kita gak kemana-mana?" 

"Gapapa, mau aja. Yuk." San berjalan terlebih dahulu membuka pintu kamar. Candice tersenyum dibelakang. Mereka berdua berjalan ke arah ruang tengah, lalu kembali menghentikan langkah. 

"Makan apa ya?" San berbalik, bertanya pada Candice.

Candice menunjuk sesuatu dengan dagunya "tuh, belum dimakan sama sekali." 

San berbalik. Ayam semalam yang belum tersentuh, bahkan masih di dalam paperbag pembungkusnya, belum dibuka sama sekali. 

"Pagi-pagi makan itu?"

"Gapapa, aku maunya itu. Semalem kan ga sempet makan padahal pengen banget."

"Iya ya aku mintanya ayam, malah makan kamu."

Candice melepaskan genggaman tangan San lalu memukul dada San pelan, ia jalan terlebih dahulu karena malu. Yang menggodanya hanya menyengir jahil.

.
.
.

      Candice pulang dari apartemen milik San kemarin siang, dan sepertinya ia benar-benar tertular San. Kemarin siang sampai malam Candice tidak apa-apa, ia masih bertukar pesan dengan pacarnya itu sampai tengah malam. Sambil sesekali berguling-guling di kasur karena pesan gombal yang dikirim. Namun pagi harinya saat Candice terbangun, kepalanya pusing, dan suhu badannya tinggi dengan batuk dan hidung tersumbat. Untungnya Candice memiliki teman yang bisa di andalkan. Pagi itu juga, Saline dan Clara datang membawa makanan dan obat, Rasywa tidak merespon apa-apa, sepertinya masih tidur. Candice tentunya mendapat omelan dari mereka. Seperti "makanya, lo tuh makan yang teratur, jangan kecapekan, jangan tidur tengah malem terus" yah semacam itu. Ingin rasanya Candice membantah. Ia makan, tidur dan beristirahat dengan cukup dan teratur seminggu ini. Namun ia juga tidak bisa menyebutkan alasan sebenarnya kenapa ia sakit. "Gue sakit karena abis hook up sama San dan gue ketularan" tidak mungkin begitu bukan? Yang ada dia malah akan diinterogasi habis-habisan. Oh! Dan Candice sudah mengirimi San pesan tentang keadaannya pagi ini. Belum dibalas, yah mungkin mulai kembali sibuk, atau malah masih tertidur mengingat semalam mereka mengobrol sampai lewat tengah malam. 

Candice menghabiskan setengah porsi dari buburnya sambil mengobrol dengan Clara, Saline dan Rasywa yang baru datang sekitar lima menit yang lalu. Lalu terdengar suara pintu masuk dibuka, mereka berempat saling bertatapan seolah bertanya 'siapa?.' Saat Clara hendak bangun untuk melihat siapa yang datang, yang tahu password pintu apartemen Candice dan masuk begitu saja, orang itu sudah berdiri tidak jauh dari pintu kamar Candice yang terbuka dengan nafas yang tersengal dan masker hitam yang baru dibuka menggantung di tangan kirinya. 

"Oh, hai." Sapa orang tersebut.

Clara, Rasywa dan Saline berbalik menatap Candice yang meringis. 

...
"So what are you guys now?" Rasywa mengulang lagi pertanyaannya setelah sebuah wawancara yang cukup panjang untuk Candice dan San.

"A couple." Jawab Candice, lalu Rasywa menghela napasnya, "oke, a couple, congratulations."

"Lo kalo gak ketahuan gini mau ngumpet sampe kapan?" Tanya Saline.

"Gaakan selama itu."

"Berarti ada dong ya possibilities buat ngumpet dulu, wahhh"

"No, gue speechlesnya lo sakit karena ketularan abis do the nasty, like seriously?" Kini Clara buka suara.

Candice meringis, lalu mengangguk.

feelings left behindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang