55. Jadi ... benar?

5.2K 228 1
                                    

Jangan lupa dipencet tombol bintangnya 🥺

Happy Reading 💞

* * *

Setelah dari sekolah, Antaris langsung pulang untuk meminta penjelasan pada Papanya, Vano. Ia masih tak menyangka kalau Vano telah membunuh Papa dari Aurora. Apa benar?

"MAH! PAPA DI MANA?" tanya Antaris berteriak saat baru saja sampai di depan pintu rumahnya.

Cyrinda menghampiri Antaris dengan raut wajah kesal. "Kebiasaan banget baru juga sampai udah teriak-teriak. Salam dulu napa, Bang!"

Antaris cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Iya-iya, Mah, maaf. Assalamu'alaikum Mama ..."

Cyrinda tersenyum. "Wa'alaikumsalam, anak Mama."

Antaris ikut tersenyum. "Papa di mana, Mah?" tanyanya.

"Di ruang kerjanya mungkin, Bang. Kenapa emang? Kok tumben kamu nyariin Papa?" jawab Cyrinda sekaligus bertanya dengan heran.

"Aris kangen aja sama Papa. Kan udah lama Aris gak ketemu sama Papa, Mah," balas Antaris membuat Cyrinda memicingkan matanya curiga.

"Tumb----"

"Udah ya, Mama gak boleh kepo-kepo. Ini urusan cowok," potong Antaris sambil merangkul pundak Cyrinda agar tidak bertanya terus.

Cyrinda hanya menatap Putranya dengan kesal. Setelahnya, ia pamit untuk melanjutkan kerjaannya di dapur. Sedangkan Antaris, ia melanjutkan langkahnya untuk menemui Papanya, Vano.

Setelah sampai, Antaris langsung mengetuk pintu ruang kerja Vano. Tidak mungkin ia langsung masuk. Bisa-bisa dirinya diceramahi habis-habisan oleh Vano karena tidak ada sopan santun sama sekali.

"Masuk," suruh Vano dari dalam.

Tanpa berlama-lama lagi, Antaris langsung masuk ke dalam. Ia bisa melihat Papanya yang sedang berkutat dengan laptopnya seperti biasa.

"Pah." Antaris memanggil Vano, membuat Vano langsung menghentikan aktivitasnya. Ia menoleh ke arah Antaris.

"Mau ngapain, Bang?" tanya Vano sambil memandang Antaris dengan tatapan bingungnya.

"Antaris mau nanya sesuatu sama Papa," jawab Antaris.

"Duduk," suruh Vano. Antaris langsung mendudukkan dirinya di hadapan Vano.

"Mau nanya apa, Bang?" tanya Vano setelah melihat Antaris mendudukkan dirinya di hadapannya.

Antaris berdehem pelan. "Emang bener Papa udah ngebunuh seseorang?" tanya Antaris to the point.

Vano terkejut mendengarnya. Dari mana Putranya itu tahu? Vano memandang Antaris dengan serius.

"Dari mana kamu tahu?" tanya Vano setelah menormalkan kembali raut wajahnya.

"Papa gak perlu tahu aku tahu dari siapa. Cukup jelasin aja, Pah," jawab Antaris yang sepertinya sudah kelewat penasaran.

Vano menghembuskan nafasnya kasar. "Kejadiannya dulu. Pas Papa baru pulang dari kantor sekitar jam sepuluh malam. Di dalam mobil 'kan Papa lagi telponan sama Mama kamu. Terus, tiba-tiba ponsel Papa jatuh. Dan pas Papa mau ngambil ponselnya, Papa gak tahu kalau di depan ada mobil yang sedikit oleng. Mungkin pengemudinya lagi menahan kantuk kali ya, makannya oleng. Terus, Papa gak bisa ngehindar saat mobil itu menabrak mobil Papa. Dan akhirnya, terjadilah kecelakaan di sana. Dan, pengemudi mobil tersebut langsung meninggal di tempat karena benturan keras di kepalanya dan kekurangan banyak darah juga."

"Itu bukan murni kesalahan Papa, Bang. Karena Papa saat itu menjadi tersangka, akhirnya Papa di penjara. Tapi, gak bertahan lama, untungnya Papa dikeluarin karena Mama kamu yang nebus." Vano menjelaskan panjang lebar pada Antaris. Dan tentu saja disimak baik-baik oleh Antaris.

ANTARIS [LENGKAP]Where stories live. Discover now