27

3.5K 259 19
                                    

Come Back To Me, I Miss You
.

.

.

Prima meregangkan lehernya yang terasa kaku karena terlalu lama menunduk. Mencuci piring di hadapannya yang tidak ada habisnya. Ketika ia ingin berdiri karena piring telah habis, pasti akan ada lagi yang membawa piring untuk dicuci.

Seperti saat ini. Ketika ia bersiap untuk istirahat, setumpuk peralatan makan dan juga masak disodorkan di dekatnya. Disuruh untuk cepat-cepat mencuci peralatan masak tersebut karena ingin segera di pakai.

Ia pun kembali berkutat dengan semua peralatan masak tersebut. Mencucinya hingga bersih.

Beginilah pekerjaannya selama seminggu ini. Untuk mencari sesuap nasi.

Enggan meminjam uang pada Kirana karena tau jika keuangan temannya itu dibatasi. Pun uang tabungannya yang tersisa, ia pakai untuk menyewa kamar kos yang sangat sederhana.

Prima kembali pada kehidupannya yang dulu. Sendirian dan kesepian. Mencari uang untuk biaya hidup.

Kedua tangannya berkereut. Bahkan mengelupas karena terlalu lama terkan air.

"Nih makan cepat! Abis itu kamu balik cuci tuh piring!" Suruh salah satu karyawan di rumah makan tersebut.

Prima mengambil bungkus nasi tersebut. Lalu ke belakang, duduk di atas sandal jepitnya, mulai memakan nasi bungkus berisi satu tahu dan dua tempe goreng. Hanya itu, tapi Prima bersyukur diberi makan gratis.

"Hei! Lo mau makan ayam sisa gak? Pelanggan cuma makan dikit."

Prima melihat ke arah piring sisa pelanggan. Hanya memakan sedikit. "Aku bungkus buat makan malam aja, Mbak."

"Ya udah ini."

Prima meraih piring tersebut. Orang-orang terkadang tidak menghabiskan makanannya, tanpa tau jika ada orang lain yang kesusahan mencari makan.

Pekerjaan Prima baru selesai setelah pukul sembilan malam. Singgah ke apotek untuk membeli plester luka untuk telapak tangannya.

"Mbak, sama obat maag juga, ya?" ujar Prima karena sering terlambat makan sehingga maagnya kambuh.

Setelah membayar obat serta sebotol air, Prima tidak langsung beranjak. Duduk di kursi besi apotek tersebut. Meneguk air dingin yang langsung melepaskan dahaganya. Mengeluarkan ponsel senter miliknya. Karena ponsel pintar miliknya sudah ia jual.

Membuka pesan yang Kirana, bertanya di mana keberadaannya. Lagi-lagi, ia abaikan pesan tersebut.

Rasanya Prima ingin sendirian untuk saat ini. Tidak ingin membagi lukanya pada Kirana. Karena mengerti keadaan wanita itu juga yang memiliki luka sendiri. Walau bukan luka yang timbul karena urusan percintaan.

Memijat pelan betisnya yang terasa pegal.

Apotek sekaligus klinik tersebut sedikit ramai. Prima memperhatikan orang-orang yang berada di sana.

Perhatiannya singgah pada sepasang suami dan istri. Sepertinya menunggu antrian untuk memeriksakan kehamilan.

Refleks tangannya menyentuh perutnya. Lalu menghela nafas panjang. Kemudian beranjak dari sana. Pulang ke tempat kosnya untuk beristirahat karena besok akan kembali bekerja.

Usai mandi, ia memakai daster. Menghitung kembali uangnya. Lalu menyimpannya di tempat aman. Tangannya terulur untuk meraih cincin pemberian Kencana yang hingga saat ini belum tersemat di jarinya karena menunggu Kencana yang melakukannya.

GORGONIZEOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz